25

14.6K 1.1K 34
                                    

Vans menatap sengit orang dihadapan nya, ia sungguh membenci wajah orang dihadapan nya.

"Menyingkir dari jalan ku brengsek." Vans mengertakan gigi nya, ia ingin sekali membogem wajah orang ini.

Ia merasa sial, kenapa ia harus setuju dengan suruhan Abyan, yang menyuruh nya pulang dan istirahat.

Ia tak berpikir jika manusia dihadapan nya akan datang sampai kerumah nya.

"Kita perlu bicara." ujar Lukas, ya orang yang membuat Vans naik darah, sedari tadi tak lain adalah Lukas.

"Aku muak lebih baik pergi, wajah mu sungguh menjijikan." tekan Vans.

Lukas menganga, ia tak terima wajah tampan nya di hina.

"Hey, tadi malam itu kecelakaan aku tak sadar dan aku..."

"Dan kau bajingan." lanjut Vans malas mendengar ucapan selanjutnya.

"Apa masih sakit?" tanya Lukas ragu, yang langsung mendapat tatapan kematian dari Vans.

"Kau pikir, batang besar mu itu tak menyakiti lubang ku sialan, kau hampir membuat ku mati malam tadi." ucap Vans prontal. "Kau bukan hanya menyetubuhi ku, kau juga memukul ku habis-habisan." lanjutnya.

Vans selalu bisa bertahan dengan serangan apapun, tapi dia tak berdaya saat bajingan di hadapan, menyetubuhi nya dengan kasar.

"Vans aku, bis..."

"Simpan kata-kata mu dan menyingkir, kau membuat ku muak!" teriak Vans kesal, membuat Lukas akhirnya menyingkir dari pintu rumah Vans.

Kejadian semalam sangat memalukan, bahkan Vans berjalan seperti bebek cacat, itu semua karena Lukas si pelaku kriminal.

"Atasan dan bawahan sama-sama kaku." gumam Lukas, saat Vans sudah masuk ke rumah nya.

__________

Sesuai rencana, Arsen dan Abyan akan kencan.

Tak ada yang spesial menurut Arsen, karena kencan dengan pria terasa aneh baginya namun tidak dengan Abyan yang antusias.

Makan bersama, nonton, dan juga jalan kaki saat pulang. Abyan meminta itu semua, makan dan nonton dapat Arsen terima namun dengan jalan kaki ia merasa ragu.

Setelah nonton tadi, Abyan tak ingin pulang dengan mobil ia meminta jalan kaki, dengan dalih ingin merasakan udara malam yang menyenangkan.

"Kau benar-benar tak ingin naik mobil?" tanya Arsen memastikan.

"Ya, aku ingin berjalan kaki." sahut Abyan. "Lagipula rumah kita dekat dari sini." lanjutnya.

Dengan terpaksa Arsen menuruti kemauan aneh Abyan.

Selama perjalanan, Abyan merasa senang karena impian nya dari dulu adalah menjadi sederhana dan pulang bersama pasangan menikmati suasana malam, melihat lampu jalanan yang terasa indah bagi Abyan.

Selama masa lajang nya, Abyan selalu di ikuti oleh orang suruhan Papa nya. Abyan tak pernah merasakan kebebasan, namun sekarang ia bisa me wujudkan mimpi nya.

"Kenapa kau sangat senang?" tanya Arsen, tak ayal dia melihat rona kebahagiaan di wajah Abyan.

"Ini impian ku sejak dulu, pulang bekerja berjalan kaki bersama pasangan ku." ucap Abyan.

Dan tentu impian nya bersama mu, karena aku sungguh menyukai mu dari dulu  lanjut Abyan dalam hati.

"Benarkah?" ucap Arsen. "Kalau begitu selamat keinginan mu sudah tercapai." lanjut Arsen.

Abyan mengangguk. "Apa dulu kau punya cita-cita selain menjadi pimpinan perusahaan?" tanya Abyan.

"Aku ingin sekali menjadi atlet basket, namun semuanya gugur karena aku anak satu-satu nya, dan harus meneruskan usaha ayah ku." jelas Arsen.

"Apa cita-cita mu dulu?" tanya Arsen.

"Aku tak memiliki keinginan yang berarti sedari dulu, karena aku tahu, aku berbeda dari mereka." sahut Abyan. "Bahkan semasa sekolah aku tak memiliki teman." lanjutnya.

Arsen mengerutkan kening nya, ia kurang percaya jika orang seperti Abyan tak memiliki teman.

"Kenapa?" tanya Arsen penasaran.

"Ya, karena aku terkenal manja dan juga Papa selalu mengirimkan para bodyguard untuk menjaga ku, mereka akan berdiri menunggu ku di gerbang sekolah." ungkap Abyan, ia menghembuskan napas nya. "Banyak sekali yang tak menyukai ku, mereka menganggap ku manja, sombong, dan juga... cupu." tutur Abyan, ia terkekeh mengingat masa sekolah nya dulu.

Arsen masih setia mendengarkan, ternyata berjalan kaki sambil mengobrol tak seburuk yang ia pikirkan.

"Sampai aku pindah ke negeri paman sam, karena tak tahan sekolah di sini." papar Abyan.

"Kau keren sekali." sahut Arsen. "Apa dulu kau pernah memiliki kekasih?" tanya Arsen.

Abyan menggeleng kecil. "Teman saja tidak punya apalagi kekasih. Bahkan orang yang ku cintai diam-diam, dia sama sekali tak tahu aku, mungkin sampai sekarang ia tak tahu kalau dulu kita satu sekolah." tutur Abyan, ia melirik Arsen disamping nya sebentar.

"Disayangkan, kau malah menikah dengan ku, dia pasti menyesal karena tak tahu dirimu." ucap Arsen.

"Ya ku harap dia menyesal, sampai merasakan apa yang aku rasakan." Abyan terkekeh miris, segitu tak tahu nya kah Arsen padanya dulu, apa Abyan tidak mencolok sema sekali, padahal dulu ia sangat di kenal dengan sebutan anak manja, dan Arsen si playboy.

Arsen menarik tangan Abyan, ia menautkan jari-jari nya menggenggam tangan Abyan yang pas di tangan nya.

"Lupakan dia, bukankah kau mencintai ku." ucap Arsen.

"Ya kau berhasil membuatku menyukai mu, sampai aku mencintai mu." ungkap Abyan.

Keduanya berjalan dengan santai, Abyan merasa tidak ingin cepat sampai, karena ia masih ingin berjalan dengan Arsen.

Hal paling berarti di kencan hari ini, adalah detik ini, bahkan Abyan tak menikmati acara nonton.

Namun jika dengan Arsen ia tak merasa rugi, ya setidak nya ia bisa duduk bersama Arsen.

Drttt...drttt...drttt

"Aku akan mengangkat telepon dulu, tunggulah." Arsen merogoh ponsel nya.

Ia menganggkat sambungan telepon nya, sedikit menjauh dari Abyan.

"Hallo?"

"Sayang kapan kau akan kesini, baby merindukan mu."

"Apa kau lupa pada ku?"

Arsen terkekeh, mendengar suara lucu Rose.

"Baiklah aku akan kesana, sekarang." ucap Arsen.

"Sudah dulu, tunggu aku di sana."

Arsen mematikan sambungan telepon nya, ia menghampiri Abyan yang menunggu nya di depan sana.

"Aku seperti nya tidak bisa meneruskan pulang bersama mu." ucap Arsen.

"Kenapa?" tanya Abyan tersemat nada kecewa pada ucapan nya.

"Aku ada urusan, aku melupakan sesuatu." jawab Arsen.

Abyan mengangguk samar. "Pergilah, itu pasti penting." ucapnya.

Cup

Arsen mencium bibir Abyan sekilas. "Maaf." ucapnya dengan tersenyum manis.

Abyan tak menanggapi apapun, sampai Arsen naik taxi.

Ia kembali berjalan, mungkin tadi ia senang namun tidak untuk sekarang, rasanya sepi.

Padahal ia sengaja menyimpan mobil nya di perusahaan, agar bisa menghabiskan waktu dengan Arsen, tapi selalu saja ada gangguan.

Abyan menghembuskan napas nya, entah kenapa setelah Arsen pergi ia jadi malas berjalan, kaki nya terasa pegal.

Abyan merasa kesal sendiri, jika ia tahu siapa yang mengacaukan kencan nya, sungguh ia akan mengacak wajah nya.




LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang