41. Sembuhkan Kami!

5.6K 488 2
                                    

Angin yang berhembus di desa ini terasa dingin, langit mendung memberi tanda hujan akan datang. Kivandra memeluk selimutnya di dalam tenda, sendirian, pikirannya kosong.

Tubuhnya menggigil kedinginan hingga selimut semakin Kivandra peluk dengan erat. Ia menyentuh sebentar dahinya yang ternyata kembali demam.

"Kenapa semakin parah--"

"--Hei! Keluar, kau!"

Teriakan seseorang di luar tenda membuat Kivandra tersentak, segera ia melilitkan selimut semakin erat ke tubuh kecilnya. Gadis itu menginjak alas kaki dan berjalan membuka kain penutup tenda.

Di luar sana, banyak warga desa datang dengan perasaan menggebu. Ada beberapanya menggendong seorang anak yang terlihat kesakitan, kedinginan, menangis.

"Ini ... ada apa?" tanya Kivandra kebingungan.

Seorang pria berkumis maju selangkah, "Seharusnya kami yang bertanya, kau siapa?!"

"S-saya?"

"Ya, benar!" seseorang yang lain ikut berteriak, "Siapa kau sehingga bisa tidur tenang di tenda? Lalu kami yang sakit dan dilanda kekhawatiran hanya bisa menunggu tertular wabah?"

Kivandra mencengkeram selimutnya, "Saya seorang dokter dari bangsawan Duke of Zephyr."

"Lalu kenapa bermalas-malasan? Kau tidak lihat banyak warga yang kesakitan karena wabah? Sembuhkan!"

"Benar, sembuhkan kami!"

"Sembuhkan!"

Hati Kivandra menjadi rumit, kebingungan melanda pikirannya bersama pusing luar biasa. Kivandra adalah dokter pribadi Lucas, gadis itu juga tidak keberatan jika harus menyembuhkan warga desa.

Tetapi, Kivandra tidak percaya diri dengan kekuatannya.

Wush!

Sebuah batu kecil dilempar dari arah kerumunan, seorang bocah kecil memiliki mata berkaca-kaca. Tubuhnya kurus, bajunya lusuh dengan debu, sangat berantakan.

"Tidakkah kau kasihan pada kami?" tanya bocah itu dengan parau, "Kami sakit, kelaparan terkena wabah, kami juga ketakutan. Dokter yang dikirim Duke atau Kekaisaran tidak membantu sama sekali. Apakah kami hanya harus diam dan menunggu kematian?"

Kivandra menggeleng, "Bukankah Duke akan segera menyelesaikan solusi wabahnya?"

"Ya, untuk menghilangkan wabahnya. Setelah itu kami yang sudah terjangkit ini bagaimana?" bocah lelaki meneteskan air matanya, "Apa tidak ada harapan untuk kami sembuh? Kami akan mati?"

"Tidak akan! Duke akan mengirim dokte--"

Bocah lelaki maju lebih dekat dan menyelat perkataan Kivandra, "Dokter tidak akan berguna! Duke atau pihak kekaisaran sudah mengirim ratusan dokter, tapi tidak ada yang menemukan solusi. Kami benar-benar putus asa!"

"...."

"Setidaknya ... tunjukkan juga pada kami bahwa kau juga tidak berhasil menemukan solusi, maka kami akan tenang dan kembali pasrah menunggu kematian." ujar bocah kecil itu mengusap pipi tirusnya.

Bahkan seorang bocah kecil ini dengan tenang berkata tentang kematian, ambigu dan menakutkan. Tubuh kurusnya, pipi tirusnya, dengan sedikit gemetar berusaha teguh dengan akhir hembusan.

Kivandra tertegun, tidak terpikir bahwa wabah desa akan serumit ini. Nyawa-nyawa berharga manusia, tentang gundah dan resah.

"Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak," Kivandra meneguhkan tubuhnya, "Tapi aku akan mencoba sebaik mungkin, aku akan menyembuhkan kalian."

Wajah para warga tampak penuh harapan. Namun harapan-harapan ini yang membuat pundak Kivandra memberat. Gadis itu melepas selimut sembari menahan dingin, "Masuk ke dalam tenda secara berurutan, bocah kecil dulu."

Bocah kecil itu tersenyum dan berlari masuk ke dalam tenda. Larinya begitu cepat seolah tubuh kurus tidak menghalangi langkahnya.

"Namaku Brian, dokter!" ucap si bocah dengan nada riang, tangisannya menghilang bersih.

Kivandra tertawa kecil, "Panggil aku kak Kivandra saja. Mari, biar kupegang tanganmu."

Dibalik wajah tenangnya, Kivandra benar-benar gugup. Bagaimana jika ia tidak berhasil menyalurkan sihir penyembuhan? Bagaimana jika ia gagal menyembuhkan warga?

Apa yang akan terjadi?

Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang