52. JONI & JENI

78 5 7
                                    


"Aku akan memperjuangkan apa yang patut aku perjuangkan. Ya, dan kamu adalah orang yang tepat untuk menerima itu"

#Reihan Alvino Saputra.

*****

Reihan dengan penuh percaya diri melangkahkan kaki nya menuju rumah seorang gadis yang sudah bertahta dalam hatinya. Ditatapnya keranjang yang berisi katak itu dengan senyuman.

"Jangan nakal lo kodok, lo berdua bakal gue serahin ke kakek calon istri gue, awas aja sampai malu malu in" Ucapnya pada sepasang kodok yang terus meloncat loncat menginginkan kebebasan.

Tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di depan pintu kediaman Abraham. Sesampainya di sana, ia tarik nafas dalam lalu ia keluarkan perlahan.

Huuuuuuhhh...

Lalu ia mulai menekan tombol yang berbunyi 'ting tong' itu. Selang beberapa saat pintu terbuka menampilkan seorang kakek, yang tak lain dan tak bukan adalah kakek Abraham.

"Assalamualaikum kek.." Ucap Reihan dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

"Wa'alaikumsalam, nak Reihan, masuk nak" Jawab kakek Abraham.

Dengan senang hati Reihan melangkah masuk ke dalam rumah.

Di dudukan nya pantat di atas sofa. Dan entah sejak kapan keringat dingin mulai bercucuran di sekitar dahi nya.

"Mau cari Gladys? Kalau iya, Gladys nya baru saja pergi bersama temannya ke mall" Ucap kakek to the point.

"E, bu-bukan kek, Saya kesini ma-mau kasih kodok yang kakek minta" Ucap Reihan gugup. Bagaimana kalau kodok nya tidak di terima, atau ia salah bicara. Huh, rasanya ia bagaikan sedang di interogasi polisi karena kasus pembunuhan.

"Oh ya?, kamu sudah dapat sepasang kodok itu? " Jawab kakek dengan wajah terkejut. Reihan termasuk orang tercepat dalam mencari sepasang kodok untuknya.

"Iya kek. Ini kodoknya" Ucapnya sambil menaruh keranjang kodok itu di atas meja.

Kakek Abraham tersenyum senang. Sudah lama ia ingin memelihara kodok lagi. Terakhir kali ia pelihara kodok itu di lepaskan oleh almarhum istrinya karena suaranya mengganggu tidur nya.

"Kodok ini bisa bernyanyi atau tidak?" Tanya kakek membuat Reihan bingung.

Apa kakek itu bilang, kodok bernyanyi? , lantas lagu apa yang kodok itu bisa nyanyikan.

"Maaf kek, saya tidak tau lagu apa yang bisa di nyanyikan kodok ini"

Jawaban Reihan membuat kakek Abraham tertawa mendengarnya.

"Bukan begitu, maksudnya kodok ini bersuara merdu atau tidak? "

Reihan tak paham sama sekali. Kalau kodok tidak bernyanyi lagi bagaimana kakek itu tau kodok bersuara merdu.

"Coba gimana bunyi suara kodok? " Tanya kakek pada Reihan.

Apa lagi ini. Reihan saja baru bertemu kodok kali ini, mana ia tau bunyi suara kodok.

"Eeee, kodok kodok kodok. Gitu kali kek" Reihan jawab asal, dari pada ia diam saja.

Kakek Abraham tertawa mendengar jawaban Reihan.

"Mana ada kodok suara nya begitu? "

"Salah ya kek?, saya kira kodok bunyi nya panggil nama nya sendiri" Ucap Reihan tersenyum kikuk.

"Sudah, ga usah dipikirin lagi suara kodok. Sekarang kakek mau tanya, ini kodok udah di kasih nama belum? "

Reihan menggeleng. Untuk apa mikirin nama buat kodok, kucing nya di rumah saja kadang ia panggil sembarang nama karena tidak tau siapa namanya.

THE GANG LEADER & HIJAB GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang