(About Maria Agatha)

11 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




Maria Agatha, mengadu nasib di tempat asing demi menghasilkan uang untuk biaya pengobatan adiknya yang mengidap penyakit jantung. Naas adiknya harus dipanggil Tuhan ketika Agatha tengah berjuang menghasilkan biaya yang tidak sedikit itu. Setelah sebelum nya dia harus kehilangan nenek nya kini Agatha harus kehilangan adik nya.

Bukan karena ayah Agatha tidak berusaha agar putri nya selamat dari maut, tetapi memang sudah jalan nya begitu namun Agatha bukan orang yang ikhlas begitu saja. Gadis itu kini dihantui rasa takut yang luar biasa akan kehilangan.

Menurutnya, trauma ibarat selamat dari kecelakaan hebat tetapi cacat seumur hidup. Jika dia dipertemukan dengan keenam sahabat yang masing-masing punya cerita kelam dengan sosok Ayah atau kehilangan sosok itu, maka berbeda dengan Agatha.

Agatha diberi sosok Ayah yang sangat baik, humoris dan sayang keluarga. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata diusia belia nya Agatha pernah hampir kehilangan sosok ibunya yang hendak kabur dari rumah.

Agatha punya banyak ketakutan dalam hidupnya. Takut jatuh cinta karena merasa dirinya tidak secantik teman-teman nya dan akan diperlakukan buruk oleh pasangan nya karena fisiknya. Takut kehilangan orangtuanya sebelum dia sukses, sementara dia melihat dirinya sekarang belum menghasilkan apa-apa.
Takut pertemanan nya hancur hanya karena kehadiran lelaki, Takut pertemanan nya punya permasalahan yang berat dan tidak ada jalan keluar. Padahal Jena selalu berucap bahwasan nya setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

Agatha paling takut jatuh cinta, takut karena cinta pertemanan nya akan benar-benar rusak. terkadang apa yang ditakuti  akan terjadi agar kita tau sudah sampai mana bahu itu makin kokoh berdirinya.

Ada masa dimana Agatha benar-benar terpuruk karena kehilangan, dimana dia tidak bisa mengantarkan sang adik ke tempat peristirahatan terakhirnya. Tidak bisa menepati janji merawat nenek nya dimasa tuanya. Agatha ingin dirinya dalam versi terbaik sekarang, merangkul teman-teman nya.












.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

******************

Marko, nama itu kini terngiang di kepala Agatha.

"Apasih sekilas doang tapi keinget mulu" gerutunya ketika dirinya tengah menyelesaikan acara cuci piring nya.

"hayolo misuhin apalagi lu kali ini?" tanya Jena yang saat itu memang tengah berkunjung ke kontrakan nya.

"ngga, cuma gua heran aja manager cafe langganan kita kemaren ngga pernah keliatan kan Na?"

"oh dia, iya gua juga baru liat. kenapa dah?"

"gapapa si, cakep aja"

"tumben lu"

"mau gua ajak kawin"

"anjir istighfar lu"

"gua nonis"

"taik"

"HAHAHAHA"

terdengar gelak tawa keduanya di rumah kontarakan yang tidak dilengkapi dengan pengedap suara. Setelah beres dengan acara cuci piring nya, Jena dan Agatha kembali keruang tengah sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Na..." panggil Agatha memecah hening diantara keduanya dan Jena hanya menoleh.

"gua sekarang bingung sebenernya tujuan hidup itu apa?" pertanyaan Agatha juga membuat Jena bingung dan tak mampu memberi jawab selain bungkam.

"tujuan kita bertujuh sebenernya apa?" lanjut Agatha bertanya dan lagi Jena hanya bisa bungkam.

"apa kita bertujuh bakalan bahagia?" Jena balik bertanya

"itu maksud lu kan Ta?" tambahnya dan diangguki oleh Agatha yang mana membawa keduanya dalam keheningan.

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang