papah...Asthyn rindu papah.
Andai papah tau gimana Asthyn harus berjuang tanpa kasih sayang siapapun pah.
paaah... bukan nya dulu lahirnya Asthyn selalu papah nanti ya pah? kenapa sekarang hadirnya Asthyn papah sia-siain papah?
Andai papah tau gimana pengen nya Asthyn ngerasain gimana rasanya dicintai oleh lelaki yang menjadi cinta pertama Asthyn pah.
Tapi sekarang Asthyn baik-baik aja pah.
Papah ngga perlu tau beratnya hidup Asthyn, Papah ngga perlu tau perjuangan Asthyn gimana biar sampe di titik ini pah. Dan papah juga ngga perlu tau hari-hari yang Asthyn lewati seperti apa ngga perlu pah. papah sehat terus ya pah.
Kepala yang menengadah itu kini tertunduk dalam, kedua telaga bening itu meneteskan airnya dia menangis. Asthyn Danielle namanya.
Anak pertama yang tengah berjuang untuk masa depan nya. Sembari bekerja demi kelangsungan kuliahnya. Banyak orang ingin menjadi dirinya karena setiap hari senyum nya tidak pernah lekang padahal dibalik senyum itu ada rasa iri ketika melihat teman nya berbagi tawa dengan sosok Ayah. Dibalik senyum itu ada rasa marah yang tertahan pada sang ibu yang masih ia hormati statusnya sebagai satu-satunya orangtua kandung yang bertanggung jawab akan dirinya kini.
Dibalik semua yang tertahan, Asthyn menjadi sosok penuh emosi yang tertahan.
Ingat dengan sosok Haikal tempo lalu? lelaki yang bercanda dengan dirinya saat itu. Asthyn gunakan kesempatan itu untuk meluapkan emosi yang menumpuk di hatinya, sesak yang tertahan, yang tak bisa keluar, hari itu sedikit ia luapkan.
"mamah Tityn pulang" sapanya lesu dan langsung masuk keruangan kecil yang ia sebut kamar.
"anak macam apa kamu ini Thyn? bukan nya salim main nyelonong aja kamu ini ke kamar"
tak ingin ribut, Asthyn buka lagi pintu yang tadi tertutup dan melangkah keluar hendak salim pada ibunya tapi apa yang Asthyn dapat?
ibu nya justru menghempas kasar tangan Asthyn begitu saja.
"ngga usah! memang udah ngga ada lagi sopan santun kamu sebagai anak! kamu udah ngga ngehargain mamah ini sebagai mamah kamu! ngga ada bedanya kamu sama papah mu yang kabur ngga bertanggung jawab itu" ocehan panjang lebar sang ibu hanya Asthyn acuhkan karna jujur dirinya lelah, batin nya hampir menyerah.
"mah, Astyhn cape" lirihnya lebih ke diri sendiri.
Siapapun tolong Asthyn, Asthyn di titik paling jatuh nya setiap hari. Dipaksa tersenyum, dipaksa bangkit tanpa alasan, dipaksa harus pura-pura baik-baik saja. Sesunguhnya Asthyn sendiri muak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELITA
Fanfictiondunia dan rumah dua tempat yang sama-sama butuh penerang, tetapi juga sama-sama butuh kehangatan. namun tujuh anak hawa itu tidak pernah lagi mendapatkan nya. mati tak harus menutup mata mati tak harus berada dalam peti atau kafan jiwa mereka yang m...
