VI.

14 1 0
                                    

1.narendra pov

narendra pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu wajah Narendra sudah suram teringat nama nya yang jadi bahan ejekan teman-teman nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Siang itu wajah Narendra sudah suram teringat nama nya yang jadi bahan ejekan teman-teman nya. Narendra mahasiswa semester akhir jurusan ilmu komunikasi, lebih tepatnya dia dan Reno sama. Sama-sama goblok maksudnya.

"cok masih kesel aja gua liatin dari pagi" Sapa Haikal mengagetkan Naren yang tengah menyeruput es teh nya.

"anjing kal, selow dong gua lagi minum sialan"
gerutu nya

"oke oke, anyway lu ikut ga?"

"kemana? kalo neraka lu sendiri aja"

"anjing emang tampang gua tampang penghuni neraka apa? ganteng gini"

"iyalah, tampang fuckboy kaya lu cocok masuk neraka"

"sialan lu! jadi ikut ngga lu ntar?"

"kemana dulu babi"

"cafe bang mark..." ucapan Haikal terpotong dan menyeruput es teh milik Naren

"beli jing! lu kek miskin amat padahal siapa yang ngga kebal bapak lu sialan"

"bapak gua napi yang  nyogok pake duit makanya terkenal"

"gelap sat"

"fakta"

"ck..skip dah, emang ngapain ke cafe bang marko?"

"jovan kan ultah, jadi dirayain cenah"

"buset, umur udah kepala lima masih aja dirayain"

"tua amat anjing kepala lima"

"sengaja" ucap Naren yang membuat keduanya saling adu tatap dan kemudian tertawa.

"soalnya mau nembak si salsa lagi katanya" lanjut Haikal

"Jovan ga ada cape-cape nya gila dari SMA jir! dia ditolak mulu padahal tampang Jovan cakep bak dewa"

"dewa ngepet kan?"

"yoi" lagi-lagi keduanya tertawa dan tak lama Reno muncul kemudian ikut duduk di bangku bawah pohon tempat biasa mereka duduk.

"Darimana aja lu rentenir?" tanya Haikal

"Rentenir apaan anjing?! gua gibeng lu"

"eits sorry bang, bejanda" Narendra yang melihat perdebatan singkat Reno dan Haikal yang sudah biasa hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ck! itu gua abis dari pemakaman bokap temen nya Chiko, tau sendiri Chiko belum bisa ikhlasin mama apalagi di suruh ke makam. Makanya gua wakilin Chiko, kasian juga temen Chiko ngga ada yang bantuin buat pemakaman bokapnya. Sodara mereka dikit apa ya" ucap Reno panjang lebar

"itulah gunanya penting sering-sering cetak anak" canda Haikal

"bacot anjing lu aja cuma berdua"

"eits... gua berdua juga karna nyokap gua ons sama om om kismin ye" sontak Reno dan Narendra melihat ke arah Haikal dan geleng-geleng kepala.

"Chiko masih harus konsul ke psikolog Ren?"
Reno mengangguk pelan mendengar pertanyaan Naren

"tadi malah gua dapet chat dari dokter psikolog Chiko kalau Chiko harus ditangani ke Psikiater, kadang gua takut tapi gua juga cuma bisa bantuin ade gua jalur cari psikiater ternama"

"Bokap lu gimana?" kini Haikal yang bertanya

"Bokap? ya kalian tau sendiri bokap gua gila kerja dan kayanya soon gua bakalan ngikut Chiko masuk ruang psikolog"

"amit-amit ya anjing" Narendra dan Haikal berucap bersamaan, dan terlihat Reno yang menarik nafas dalam seakan beban nya memang seberat itu.
















**********

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang