Promo terakhir untuk PDF One Night With The Boss ya. Hari ini masih 45rb, besok udah 50rb. Yang minat gercep ya.
Happy reading 🥰
Kaki Rhea lemas seperti jelly saat masuk kantor hari ini. Tidak seperti biasanya ia yang begitu semangat karena ingat gaji, kali ini bahkan gaji berapapun seperti tidak menarik baginya. Ia masih bingung dan takut, berusaha memastikan dalam ingatannya bahwa malam itu ia tidak menyebut nama Excel.
Semoga saja tidak, Rhea tetap berusaha meyakinkan dirinya sendiri meski sedikit ragu. Omongan orang mabuk benar-benar mengerikan. Bagaimana mungkin sampai tidak mengenali seseorang yang setiap hari berada di sampingnya selama sepuluh tahun. Benar-benar konyol.
Setelah berjalan lunglai menyusuri lorong kantor, akhirnya Rhea tiba di ruangannya. Ia segera duduk dan mulai membuka laptopnya. Pekerjaannya menumpuk dan butuh segera di selesaikan.
Tapi, apalah daya, bukannya berkonsentrasi, justru suara geraman Excel ketika meraih pelepasan kembali muncul di otaknya. Ya Tuhaaan, Rhea bisa gila kalau terus-terusan seperti ini.
Rhea memejamkan matanya, ingin kembali berkonsentrasi pada pekerjaan. Tapi, lagi-lagi justru muncul bayangan Excel yang tengah berkeringat di atasnya, melumat bibirnya, mengisap payudaranya, dan menghujamnya penuh semangat. Mereka bertukar peluh selama berjam-jam hingga setelah permainan yang ketiga kalinya, mereka ketiduran.
Mengingat itu semua, kini bagian inti Rhea berkedut seketika. Meskipun masih perih, entah kenapa jika ingat malam itu, gairahnya memuncak, ia menginginkan pelepasan. Apa mungkin karena usianya yang sudah menginjak 30 tahun ia menjadi wanita yang kurang belaian. Mengingat, ia hanya pernah berciuman dengan Zaki, tidak pernah melakukan lebih dari itu.
Astagaaaaa, bagaimana cara menghapus bayangan-bayangan erotis itu. Jika terus seperti ini, Rhea benar-benar tidak bisa bekerja. Apalagi, jika teringat nanti ia pasti bertemu Excel, tubuhnya lemas seketika.
Di tengah lamunannya, suara interkom di meja mengagetkan Rhea. Ia langsung gemetar, itu pasti bosnya. Bagaimana ini? Bagaimana jika Excel membahas kejadian kemarin malam, tamatlah riwayatnya.
Dengan tangan gemetar, Rhea mengangkat panggilan itu. Ia berdehem sebentar sebelum akhirnya membuka suara.
"Iya, Pak. Ada sesuatu yang bapak butuhkan?"
"Ke ruanganku sekarang."
"Ba, baik." Jawab Rhea sedikit gugup. Ia menutup interkomnya lalu menarik napas panjang. Berusaha menghilangkan segala kegugupannya.
Rhea berdiri. Ia seperti pesakitan yang hendak di sidang. Apes sekali nasibnya. Kehilangan keperawanan, dan mungkin terancam di pecat karena merayu sang bos. Sudah jadi rahasia umum di kantor ini, jika pak bos menghindari affair dengan bawahannya.
Akhirnya dengan perasaan was-was dan takut, Rhea berjalan menuju ruangan bosnya. Ia mengetuk pintu seperti biasanya, dan saat mendapat tanda persetujuan dari dalam, Rhea segera masuk.
Tatapan datar dan arogan seperti biasa menyambutnya. Tatapan sehari-hari yang membuat siapapun ingin melarikan diri jika tidak ingat gaji. Untunglah, gaji yang Rhea dapatkan lumayan besar, meski ia terkadang harus menulikan telinga jika suasana hati bosnya sedang memburuk.
"Ada masalah, Pak?" Tanya Rhea gugup. Meskipun setiap hari di suguhi wajah datar itu, entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Rhea sangat takut.
"Tentu saja, ini laporan keuangan dari manager. Dan, ternyata banyak kesalahan. Suruh yang bertanggung jawab untuk menghadap. Jangan lupa, satu jam lagi kita rapat."
"Baik, Pak. Ada lagi?"
"Hari ini kau terlambat lima belas menit. Aku ke ruanganmu dan kau belum tiba, jangan diulangi lagi, kau tahu, aku paling tidak suka dengan karyawan yang tidak kompeten."
Rhea membenarkan kacamatanya lalu mengangguk gugup. Ia bersyukur dalam hati, sepertinya Excel tidak mengenalinya malam itu. Ada hikmahnya juga ia memakai pakaian seksi, softlens dan juga make-up tebal. Sang bos jadi tidak mengenalinya. Rhea selamat, sepertinya.
"Untuk tugasmu, setelah ini aku akan mengirimkan email-nya. Kau boleh pergi sekarang."
Rhea mendongak, memberanikan diri menatap bos tampannya yang kini memakai kemeja garis berwarna navy dengan dasi senada, terlihat sangat tampan dengan hidung mancung dan tatapan tajamnya. Sejenak, Rhea terpukau, bayangan erotis tentang pemilik wajah yang berkeringat di atasnya membuat Rhea mematung, hingga sebuah teguran menyadarkannya.
"Kenapa berdiri di situ, ada masalah apa lagi?" Tanya Excel dengan suara ketus dan tatapan tidak ramahnya, seperti biasa. Rhea segera berdehem, menetralisir rasa malunya karena kepergok memandangi si bos.
"Tidak, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu."
Rhea membungkuk sebentar, kemudian keluar dari ruangan Excel. Setelah sampai di luar, ia segera menghembuskan napas panjang. Ya Tuhaaan, terima kasih. Akhirnya Rhea selamat. Meskipun kehilangan keperawanan, setidaknya ia tidak di pecat karena merayu sang bos di tempat tidur.
Rhea lega. Akhirnya ia bisa bekerja dengan hati tenang karena terhindar dari pemecatan. Rhea segera kembali ke ruangannya dengan semangat. Ia harus bekerja dengan baik agar tidak mendapatkan teguran.
Sesampainya di ruangan kerja, Rhea segera duduk di depan laptop lalu membuka email dari sang bos. Tugas segunung ia dapatkan, sepertinya biasanya. Sambil berusaha tersenyum dan memulihkan semangatnya, Rhea segera mengerjakan tugas-tugasnya.
Rhea tidak menyadari, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan dari kaca jendela yang tidak tembus pandang dari ruangan Rhea. Tanpa Rhea ketahui, jendela kaca itu bisa tembus pandang dari ruangan sang bos.
Pria itu memandang Rhea dengan tatapan datarnya. Memperhatikan sekretarisnya itu dari atas sampai bawah. Sejurus kemudian, senyum misterius tercetak di wajah tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night With The Boss (TAMAT)
Romance21+ Setelah dua belas tahun berpacaran dengan Zaki, Rhea harus mendapati kenyataan Zaki tiba-tiba menikah dengan wanita lain. Pria itu beralasan, tidak bisa menolak perjodohan yang di usulkan oleh komandannya. Ya, Zaki menikah dengan putri komandann...