Part 3

13.1K 377 6
                                    

Promo PDF cuma sampai tanggal 16 Februari ya. Yang minat segera cuz wa aku 🤭

Happy reading 🥰

Rhea menggeliat karena ada sinar yang mengenai matanya. Ia membuka matanya pelan dan menyadari cahaya itu berasal dari sebuah lampu. Rhea kembali menggeliat, merasakan tubuhnya seperti remuk, entah karena apa.

Saat Rhea hendak menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, ia dikagetkan oleh kenyataan bahwa ia tak memakai apapun di tubuhnya. Rhea terkejut, ia segera terduduk dan mendapati kenyataan ini bukan kamarnya. Ya Tuhan, ini di mana?

Belum cukup dengan semua itu, Rhea mendengar suara gumaman lirih di sampingnya. Ia sempat takut dan segera melilitkan selimut ke dadanya. Rhea terkejut mendapati seseorang di sampingnya dengan posisi tidur memunggunginya. Beberapa saat, orang itu menggeliat pelan dan menelentangkan tubuhnya.

Melihat siapa orang yang tidur di sampingnya, jantung Rhea seolah merosot ke perut. Apa-apaan ini. Bagaimana bisa ia tidur dengan Pak Excel. Apa yang terjadi padanya selamam. Kenapa bisa jadi seperti ini.

Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu terjawab, Rhea segera turun dari ranjang dan memakai pakaiannya kembali. Mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuh dan di bagian intinya, Rhea segera keluar dari kamar dengan terburu-buru.

Sesampainya di luar kamar, Rhea baru menyadari bahwa semalam ia tertidur di hotel. Ia segera berjalan cepat meninggalkan kamar hotel sebelum Excel bangun dan meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Rhea tidak siap. Itu pasti sesuatu yang sangat memalukan sekali.

Dan bersamaan dengan itu, Rhea menyadari bahwa sekarang ia sudah tidak perawan. Ya Tuhaaan, ia kehilangan keperawanan secara sia-sia karena kecerobohannya. Bagaimana nanti ia akan mengatakan pada orang tuanya tentang apa yang terjadi tadi malam.

Sesampainya di luar hotel, Rhea segera naik taksi menuju supermarket atau mall atau tempat apapun asal ia bisa segera berganti pakaian. Ia tidak mungkin pulang dengan pakaian seperti ini. Bisa terkena serangan jantung ayahnya jika tahu putri bungsunya berdandan aneh seperti cabe-cabean. Untungnya, Rhea membawa tas dan pakaian gantinya tadi.

Setelah terburu-buru mengganti baju di toilet mall, Rhea segera pulang karena ia yakin kedua orang tuanya sangat cemas. Untunglah ia mengambil cuti dua hari, jadi, hari ini ia masih libur. Rhea sangat jarang mengambil cuti, maka dari itu ketika ia mengajukan cuti kemarin, Pak Excel langsung menyetujuinya.

"Sudah sampai, Nona." Lamunan Rhea terhenti ketika taksi sampai di depan rumahnya. Rhea segera membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan kemudian turun dari taksi.

Setelah membayar taksi, Rhea menetralisir rasa gugupnya. Berulang kali ia menghembuskan napas panjang agar tidak terlihat panik. Otaknya mengatur beberapa jawaban ketika ada pertanyaan-pertanyaan seputar ketidakpulangannya semalam. Rhea tidak mau kedua orang tuanya tahu musibah yang menimpanya semalam.

Baru beberapa bulan lalu, Rhea di campakkan oleh Zaki dan kedua orang tuanya, dan kali ini ia harus kehilangan sesuatu yang sangat berharga karena kecerobohannya. Jika mengetahui semua itu, orang tuanya pasti sangat sedih.

Setelah beberapa saat berpikir, Rhea akhirnya masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, ia mendapati ibunya terlihat sangat panik, begitu juga ayah dan kakaknya yang tengah berkunjung. Mungkin di kabari oleh ibunya kalau semalam ia tidak pulang.

"Ya Tuhaaan, Rhea, dari mana kau semalam. Ibu dan ayah tidak bisa tidur. Kenapa kau tidak pulang, kami sangat takut terjadi apa-apa." Bu Sari segera berjalan cepat memeluk putrinya. Semalaman ia dan sang suami tidak bisa tidur sama sekali karena sang putri tidak pulang, padahal hanya pamit main ke rumah teman kantornya yang berulang tahun.

"Dari mana kamu, Rhe, kakak hampir saja lapor polisi tadi. Ibu sampai nangis karena cemas." Bastian menatap adiknya cemas. Mengetahui sang adik tidak pulang semalam, hari ini ia cuti bekerja untuk mengurus laporan kehilangan pada polisi. Mungkin terlalu berlebihan, tapi, mengingat adiknya sejak kecil sangat tertib dan tidak pernah neko-neko, Bastian takut terjadi sesuatu di jalan hingga menyebabkan adiknya tidak bisa pulang.

"Maaf, kak, ayah, ibu. Tadi malam aku ketiduran karena pesta selesai sangat malam. Dan aku juga lupa ngasih kabar. Maaf."

Hadi, ayah Rhea menghembuskan napas berat. Putrinya terlihat sangat menyesal. Jadi, ia tidak tega jika harus menegurnya lagi. Dan, wajah Rhea juga terlihat lesu, mungkin masih lelah. Karena putrinya pulang tanpa kekurangan suatu apapun, Hadi mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut.

"Ya sudah. Kamu ke kamar, mandi dan istirahat. Lain kali jangan diulangi lagi. Jika tidur di rumah teman, beri kabar ayah dan ibu." Rhea mengangguk, kemudian pergi ke kamarnya setelah berpamitan dengan kedua orang tua dan kakaknya.

Sesampainya di kamar, Rhea segera membanting tubuhnya ke kasur. Netranya menatap langit-langit kamar dan termenung. Menyesali semua tindakan gegabahnya. Tidak menyangka semua akan jadi serunyam ini. Kini, banyangan tentang kejadian semalam menari-nari di otaknya.

Bagaimana ia bertemu dengan pria asing di lantai dansa, dan pria itu sangat mirip bosnya. Ternyata, itu bukan mirip, tapi itu memang bos-nya. Rhea juga ingat bagaimana ia memaki-maki bosnya dan meneriakinya bajingan. Berkeluh kesah bagaimana selama ini ia seperti sapi perah bagi bosnya itu.

Ya Tuhaaan, ia mengatakan itu semua di depan Excel langsung. Bagaimana sekarang, ia tidak punya muka untuk masuk kerja. Mabuk benar-benar membuatnya seperti orang gila.

Tapi, bukankah Rhea tidak menyebutkan nama bosnya kan?

Kalau Excel mengenalinya bagaimana. Aduuuh.

Rhea juga masih ingat bagaimana ia tiba-tiba mencium pria itu dengan brutal. Melepaskan segala kekesalannya pada Zaki. Excel yang semula terdiam akhirnya membalas ciuman Rhea sama liarnya.

Mereka berciuman cukup lama. Rhea bahkan masih ingat bagaimana Excel meremas bokong dan dadanya. Astagaaaaa, Rhea malu sekali.

Setelah itu, yang Rhea ingat, pria itu menuntunnya ke hotel yang terletak di dekat club malam. Ia sempoyongan ketika Excel menuntunnya cepat. Ketika sampai di kamar, mereka kembali berciuman dengan liar.

Excel menghimpit tubuhnya ke tembok dan melucuti pakaiannya. Bodohnya, Rhea yang mabuk hanya menurut bahkan tertawa ketika Excel menelanjanginya. Setelah telanjang bulat, Excel mengangkat tubuhnya dan mereka kembali berciuman hingga tubuh Rhea di hempaskan ke ranjang.

Rhea bahkan masih setengah ingat, ketika Excel menelanjangi dirinya sendiri, kemudian melingkupi tubuh kecil Rhea. Excel terlihat sangat tampan malam itu. Selama ini, Rhea tidak terlalu berani menatap bosnya. Tapi, tadi malam ia benar-benar menatap seluruh tubuh Excel hingga bagian inti pria itu.

Jika mengingat semuanya, Rhea ingin menangis karena malu dan bingung. Malu karena ia benar-benar terlihat seperti wanita penggoda, dan bingung bagaimana besok dirinya berhadapan dengan Excel. Bagaimana jika ia di pecat. Rhea masih sangat membutuhkan pekerjaan sebagai sekretaris Excel.

Ya Tuhaaan, semoga ia masih di beri keberuntungan. Setidaknya, semoga Excel tidak mengenalinya malam itu. Jika Excel mengenalinya, maka tamatlah riwayatnya. Excel pasti menendang dan memecatnya tanpa belas kasihan sedikitpun.

One Night With The Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang