Part 5

11.2K 428 10
                                    

Beberapa minggu berlalu, hari-hari Rhea berjalan seperti biasanya. Ia berangkat ke kantor, setelah selesai lalu pulang. Ia juga bekerja tanpa beban karena Excel sepertinya tidak mengingat malam laknat itu. Setiap hari, ia menghadapi wajah datar serta ucapan ketus si bos. Setidaknya, itu semua senada dengan gaji yang ia dapatkan. Dan, satu malam penuh gairah dengan bosnya itu, tidak perlu di ingat dan di bahas lagi.

Kemarin, ibunya mengaturkan kencan buta untuk Rhea. Dengan seorang karyawan bank anak dari salah satu sahabat sang ibu. Sebenarnya, Rhea sangat malas, kenapa ia seperti wanita tidak laku saja. Padahal, memang keadaannya masih trauma akibat pengkhianatan Zaki.

Tidak ingin membuat ibunya kecewa, Rhea setuju untuk datang ke acara kencan buta itu. Sekilas, pemuda yang di kenalkan padanya memang lumayan tampan. Tapi, terlalu omong besar hingga selama berkencan, Rhea lebih banyak menjadi pendengar. Ia hanya mengangguk dan tersenyum sesekali. Sangat membosankan, dan Rhea tidak berencana mengulanginya lagi.

Mungkin ibunya masih sakit hati dengan apa yang dilakukan Zaki dan keluarganya. Tapi, bagaimanapun juga Rhea bersyukur hal itu terjadi sebelum menikah. Ia tidak membayangkan Zaki mengkhianatinya setelah menikah, pasti rasanya sakit sekali.

Selentingan kabar yang Rhea dapatkan, Zaki dan Alexa berbulan madu keliling Eropa. Bahkan, kini rumah orang tua Zaki dibangun menjadi dua tingkat. Mungkin keluarga Alexa yang membangunnya. Pantas saja Rhea langsung dicampakkan begitu ada lamaran dari Alexa, Rhea benar-benar tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sepupu bosnya itu.

Rhea menghembuskan napas berat, berusaha menerima segala takdir yang menimpanya meski itu menyakitkan. Ia menyalakan laptopnya dan berusaha berkonsentrasi pada pekerjaan yang menumpuk.

Excel sepertinya benar-benar mengerjainya. Pekerjaan hari ini tidak seperti biasa. Sepertinya suasana hati sang bos sedang memburuk. Buktinya, pekerjaan sebanyak ini di bebankan padanya seorang.

Sebuah notifikasi pesan masuk, Rhea segera membuka ponselnya. Grub chat karyawan sedikit ramai. Ternyata siang ini ada acara perayaan ulang tahun dari salah satu teman kantornya di divisi keuangan. Ia dan beberapa temannya di undang ke kantin kantor untuk makan siang. Mungkin sekedar makan bakso atau semacamnya. Tapi, acara itu cukup menyenangkan biasanya. Sederhana dan tidak terlalu menghabiskan biaya.

Rhea meletakkan ponselnya dan segera berkonsentrasi memulai pekerjaan. Satu jam lagi acara makan-makan di mulai. Ia tidak mau terlambat karena tumpakan tugas ini, jadi, harus secepatnya di selesaikan agar Rhea bisa sedikit bersenang-senang.

**
"Ciiiiiiisss."

Rhea dan teman-temannya saling beradu gelas orange jus merayakan ulang tahun Yuri, salah satu rekan mereka di bagian keuangan. Ulang tahun para karyawan yang saling kenal selalu di rayakan, meski hanya dengan makan siang di kantin kantor.

"Aaaaaah, segaaar." ucap mereka bersamaan setelah meminum minuman segar itu. Mereka semua lalu duduk, dan mulai menyantap bakso yang sudah di sajikan sedari tadi.

"Mari makaaaan," ucap mereka bersama-sama.

Sasa, Andi, Dika dan Fatma meminta tambahan karena merasa kurang kenyang. Mereka berenam akhirnya memesan satu baskom bakso goreng yang rasanya lumayan enak.

Keenam orang itu memang terkenal akrab karena seumuran. Dari keenamnya, dua di antaranya sudah menikah. Tinggal, Rhea, Yuri, Andi dan Dika yang belum menikah. Tapi, mereka berempat terlihat santai, tidak tertekan oleh umur yang sudah menginjak kepala tiga.

Mereka masih ingin bersantai dan menikmati hidup. Sesekali ketika mendengar keluh kesah Fatma yang betengkar dengan suaminya, atau pengkhianatan kekasih Rhea, mereka semakin urung untuk menikah. Takut pernikahan malah membuat mereka yang sebelumnya enjoy malah jadi menderita.

"Rhe, lo udah move on kan, gue lihat-lihat, lo udah nggak loyo lagi kayak kemarin-kemarin." Tanya Sasa sambil menyantap bakso goreng favoritnya.

Teman-teman Rhea cukup iba dengan nasib Rhea yang di khianati Zaki, padahal mereka tahu, Rhea sudah banyak berkorban untuk lelaki parasit itu. Apes sekali nasib Rhea. Padahal, mereka tidak ada yang tahu, nasib apes selanjutnya yang menimpa Rhea malam itu. Rhea memutuskan tidak bercerita. Rhea malu karena nasibnya terdengar amat menyedihkan.

"Cowok kayak gitu nggak usah terlalu di sesalin, rugi kita. Kalau dari awal nggak setia, kadang kumatan." Sambung Yuri sambil menyendok sambal cukup banyak.

"Lo nggak nyindir kita berdua kan, Ri? Dika mengernyit, menatap aneh pada Yuri.

"Kok lo ngerasa sih, Di, emang lo punya cewek?" Fatma menimbrung ngawur, membuat Dika menatap kesal padanya.

"Udah, udah, makan dulu. Nanti keselek." Andi melerai. Pasalnya, Rhea terlihat kurang nyaman dengan pembahasan mengenai mantan kekasihnya.

"Gue udah move on kok, nggak ada gunanya juga di sesali. Air mata gue terlalu berharga buat pengkhianat kayak Zaki." Ucap Rhea sambil memaksakan senyum. Meskipun masih sedih jika mengingat Zaki, Rhea tidak mau berlarut-larut meratapinya.

"Ya, udah. Ini juga buat ngerayain move on lo dari pengkhianat kayak Zaki. Ciiiisss." Andi merangkul pundak Rhea sambil mengangkat gelasnya.

"Ciiiiiiisss." Ucap mereka bersamaan sambil kembali beradu gelas. Sejenak, mereka menjadi pusat perhatian di kantin. Tapi, mereka tidak terlalu peduli.

"Rhe, itu pak bos."

Mendengar ucapan Dika, sontak mereka semua menoleh. Dan benar saja, si bos datang bersama Riko, tangan kanannya. Mereka berdua terlihat akan makan siang di kantin kantor. Momen langka yang baru pertama kali terjadi.

"Lo, kok si bos makan di sini, tumben," gumam Fatma tanpa sadar.

"Iya, ya, ada angin apa." Sambung Dika sambil minum.

Mereka semua langsung tertunduk dan menyantap baksonya setelah mendapatkan tatapan tidak ramah dari Excel. Entah kerasukan apa atasan mereka itu, yang jelas, sang bos tampak menatap tidak suka pada perkumpulan mereka, terutama Andi. Mereka semua bergidik menyadari hal itu.

"Bubar yuk, nggak selera gue. Ngeri sama tatapannya pak bos." Ucap Andi setelah merasa suasana semakin menakutkan. Yang lain mengangguk, mengiyakan ucapan Andi.

"Kalau tatapannya gitu, pasti mood-nya buruk banget." Rhea setengah berbisik, dan yang lain mengangguk lagi.

Mereka semua kemudian membubarkan diri ke divisi masing-masing. Makan siang yang enak, berubah menjadi hambar saat melihat pak bos menatap seram pada mereka semua. Mereka tidak tahu dan tidak faham, kenapa tiba-tiba pak bos makan di kantin, hal mengejutkan yang baru pertama kali mereka lihat sejak mereka bekerja di kantor ini.

**
Rhea merasa matanya pedih, lehernya kaku dan tubuhnya sudah pegal. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Astaga, ia bekerja tanpa ingat waktu karena memang pekerjaannya sangat banyak.

Pasti sekarang di luar sudah sepi. Rhea bergidik membayangkannya. Ia cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan terakhirnya dan bersiap untuk pulang. Mudah-mudahan ada karyawan lain yang lembur seperti dirinya.

Setelah cukup berkemas, Rhea segera keluar dari ruangannya. Ia sedikit lega kala melihat lampu di ruangan Excel masih menyala. Berarti pria itu juga lembur seperti dirinya. Syukurlah, Rhea bisa sedikit tenang karena tidak sendirian.

Sembari berjalan melewati ruangan Excel, Rhea memperhatikan lorong di sekitar yang ternyata sudah sepi. Asisten Excel sepertinya juga sudah pulang. Jika tidak melihat lampu di ruangan Excel, Rhea pasti sudah lari ketakutan.

Ketika ia sudah melewati ruangan Excel, tiba-tiba Rhea mendengar pintu ruangan Excel terbuka. Ketika ia hendak menoleh, tiba-tiba Rhea merasa ada yang memegang dan menarik tubuhnya dari belakang. Mulutnya di bekap.

Sebelum Rhea menyadari apa yang terjadi, ia sudah berada di dalam ruangan Excel, bersama pria itu yang kini berdiri di hadapannya. Rhea bergidik ketika melihat tatapan Excel. Tatapan aneh yang belum pernah Rhea lihat sebelumnya.

"Pak, ada apa ini?"

Sebelum Rhea bertanya lebih lanjut, tiba-tiba Excel menghimpit tubuhnya ke tembok dan mencium bibirnya dengan brutal.

One Night With The Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang