Julian dan Yuvan segera menghadap pada Yera begitu sampai di rumah besar. Bahkan seorang Julian yang lebih mementingkan menghabiskan waktunya bersama sang kekasih itu tak bisa mengelak ketika Mirza datang menjemput atas titah Yera.
Keterdiaman mereka sungguh membuat Julian dan Yuvan tak nyaman. Sudah 15 menit berlalu sejak keduanya duduk di kursi sebrang Yera, akan tetapi yang gadis itu lakukan hanya menghela napas sambil memandangi mereka dengan raut campur aduk. Kecewa, marah, kesal dan memaki.
"I can't take it anymore, Yera!" Kefrustrasian Julian membuat Yera mendelik tajam. Yuvan diam memperhatikan, mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan, sebab Yera sulit ditebak.
"Gue pergi hanya setengah tahun untuk memenuhi tugas kuliah. Tapi kenapa di rumah besar ini, yang gue kira bakalan aman selama gue nggak ada, nyatanya malah bikin anak-anak terluka. Can be explained?" Akhirnya Yera mengeluarkan suaranya.
Julian memandanginya tak percaya. "Lo marah cuman gara-gara itu?"
"Cuman!?" Bentak Yera yang seketika membuat Julian bungkam.
"Waras lo bilang cuman!? Gue tanya. Apa lo nggak pernah pikirin gimana perasaan mereka saat disiksa sama Maven hanya karena kesalahan yang bukan mereka lakukan? Pernah mikir ke sana nggak gue tanya, sialan!?" Yera mengeluarkan unek-uneknya dengan gigi bergemeletuk geram.
"Dulu, sebelum gue pergi, gue udah minta kalian untuk jaga anak-anak, kan? Tapi apa!? Pulang-pulang gue malah liat Yovela sekarat gara-gara Maven siksa, anjing!"
"Mereka bukan sekedar anak buah lo pada, aja! Tapi mereka keluarga lo juga. Yang rela taruhin nyawa cuman buat lakuin hal-hal berdosa dan bantu Enervate! Gue tahu mereka masuk Enervate karena apa dan ingin apa, meski alasan dan apa yang mereka inginkan setelah gabung ke Enervate ini, mereka tetep mau nerima resiko ke depannya bakalan gimana. Salah satunya dengan mempertaruhkan nyawa."
"Apa lo pernah mencoba sedikit aja buat memahami mereka? Ah, pasti enggak. Karena yang lo berdua peduliin kan cuman diri sendiri sama duit aja." Yera bertanya sekaligus menjawabnya dengan sinis.
Yuvan menyela. "Bukan gitu, Yer. Gue juga nggak tahu Maven bakalan ngelakuin hal sejauh itu."
Raut Yera mendingin. "Sekarang lo mau membela diri?"
Julian mendesah lelah. "Kita nggak bela diri, Yer. Kita cuman bilang apa yang kita tahu. Karena gue pikir Maven emang cuman ngasih pelajaran kecil sama anak-anak, biar mereka bisa kerja lebih baik dari sebelumnya."
"Jadi ngasih pelajaran kecil dengan nyiksa mereka kayak binatang, gitu? Dan hampir bawa mereka ke liang kubur, gitu?" Sarkasme Yera.
Yera berdiri, jengah berbicara pada keduanya. "Bubarin aja organisasi kek anjing ini. Nggak ada gunanya kalo pemimpinnya aja nggak bisa memanusiakan manusia." Lantas melangkah pergi dari ruang rapat rumah besar ini.
Julian mengacak rambutnya seraya berteriak lantang. Mengeluarkan kekesalan serta amarahnya. Ia tahu, setelah ini Yera tidak akan diam saja karena ia dan Yuvan lalai dalam menepati permintaan yang Yera berikan pada 6 bulan lalu.
Julian memukul-mukul penyangga kursi hingga rusak. Yuvan hanya diam sambil menundukkan kepalanya pening. Jelas salah mereka tidak menjaga anak-anak dari kebrutalan Maven. Yera pasti sangat marah.
"FUCK! FUCK! FUCK!" Umpat Julian sambil terus memukul hingga tangannya berdarah-darah.
[ ENERVATE ]
Helia menyandarkan tubuhnya pada lemari yang berada di kamar Yovela dengan tangan terlipat di dada. Gadis itu sudah tertidur pulas berkat obat bius yang dokter berikan. Ia diberi infus dan luka cambuknya sudah diobati. Kini tubuh Yovela dipenuhi balutan perban.
Candy menemani dan terus mengawasi Yovela. Takut Yovela kenapa-kenapa.
"Lo pergi tidur aja, Dy. Biar Yov gue yang jaga." Ujar Helia yang langsung diberi penolakan dari Candy.
"Gue mau di sini. Lo aja yang pergi, biar gue yang jaga Yov."
Helia tahu, Candy sempat mengalami kehilangan. Sepertinya traumanya kambuh ketika melihat Yovela yang terluka parah dan terbaring kaku di atas ranjang. Dan Helia tidak bisa memaksa, maka lebih baik dirinya menjaga di luar.
Begitu pintu ditutup perlahan, Helia berbalik dan mendapati Helio yang mendekat ke arah kamar. Langkah lelaki itu terhenti begitu nertranya menangkap Helia yang memandanginya tepat di depan pintu kamar Yovela.
"Kata dokter, luka Yovela lumayan parah dan butuh waktu satu sampai dua minggu buat pulih. Tadi lukanya terus-terusan kerasa sakit, jadinya dokter ngasih obat bius dan sekarang dia lagi tidur ditemenin Candy." Terang Helia tanpa disuruh, karena Helio harus tahu kondisi kembarannya sendiri.
Lelaki dengan rambut acak-acakan itu mengangguk paham dan diam ditempat sambil melamuni pintu kamar Yovela. Tahu apa yang Helio pikirkan? Ia merasa tidak becus menjaga kembarannya, merasa marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi tembok pelindung bagi Yovela.
Mereka berdua hanya memiliki satu sama lain. Dan Helio akan sangat terpukul jika Yovela pergi meninggalkannya sendirian.
Helia mengamati Helio. Sungguh lucu apabila mengingat nama mereka yang kembar, bahkan Yovela saja tidak memiliki nama yang mirip dengan Helio kecuali nama terakhirnya.
Helio selalu terlihat tegas. Apalagi tugasnya di Enervate adalah menghabisi orang dan menjual organ tubuh. Sudah puluhan nyawa melayang ditangannya. Dan melakukan pertumpahan darah seperti itu setiap harinya membutuhkan mental yang kuat.
Akan tetapi, sisi lain yang manis dan penuh perhatian selalu ditunjukkan kepada Yovela. Dan selama itu juga, Helia mengetahui dan selalu memperhatikannya.
"Lo nggak masuk?" Pertanyaan Helia menyandarkan lamunan Helio. Lelaki yang memiliki bibir tebal itu menggeleng dan tersenyum kecil padanya.
"Enggak. Biarin Yov istirahat." Jawabnya.
Sekali lagi, Helia menatapnya dalam diam, sampai akhirnya bibirnya mengeluarkan suara kembali. "Mau gue temenin ngopi di taman rumah?"
Helio melebarkan senyumannya dengan anggukan. "Eum, gue mau."
[ ENERVATE ]
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE (New Organization) [Hiatus]
Random[ツ] 99-02 line. Saat ini, dikalangan remaja hingga dewasa sudah ada yang membantu mereka dalam mendapatkan narkoba juga rokok dan minuman keras dengan mudah. Membuat para polisi kelimpungan mencari tahu siapa dalang dibalik hal tersebut. Lantas siap...