03. Boy(friend)

213 45 3
                                    

Keesokan harinya, rumah besar yang selalu diramaikan oleh keributan Yovela dan Helio itu nampak begitu tenang. Dan Janus dapat merasakan perbedaannya. Meskipun ia lebih sering mendekap di studio miliknya dan bergulat dengan komputer kesayangannya, Janus akan tetap bisa mendengar keributan yang Yovela dan Helio buat diluar studionya.

Rumah besar nampak sepi dan Janus lebih menyukai suasana hangat yang selalu ia nikmati setiap harinya. Keberadaan Yovela sangat berpengaruh di rumah ini, maka ketika gadis itu tidak ada rasanya begitu hampa.

Apalagi Janus tidak menemukan kakaknya dimanapun, padahal dirinya sangat merindukan sosok Yera. Setengah tahun tidak bertemu dan hanya bertukar kabar lewat ponsel tidak cukup membuat Janus menuntaskan rasa rindunya, malah ia semakin merindukannya.

Ruang tamu menjadi saksi bisu bagaimana Janus menatap kosong vas bunga yang berada di atas meja.

Derap langkah dari lantai atas menuju lantai bawah terdengar, Janus mendongak dan melihat Candy yang datang dari arah tangga menghampirinya dengan nampan berisikan mangkuk dan gelas ditangannya.

Gadis berkulit seputih susu itu mendudukkan diri di samping Janus, menyimpan nampan itu di atas meja. "Mikirin apa, Nus?"

"Ini-itu." Jawabnya singkat.

Candy, gadis itu hanya bisa mendecih. "Cih. Gaya lo kayak orang kolot aja."

Mendengar ejekan Candy, Janus hanya tertawa kecil. "Yov gimana?"

Pertanyaan dari Janus membuat Candy merubah ekspresinya dalam sekejap, ia mengedikkan dagunya ke arah nampan yang tadi ia bawa. "Lo bisa liat sendiri bubur yang gue bawa nggak tersentuh sama sekali. Yov belum sadar. Gue rasa efek dari obat biusnya masih ada."

Janus mengangguk paham dan menoleh ke arah sampingnya begitu suara Jiyad menginterupsi obrolannya dengan Candy.

"Lagi ngapain?" Sela Jiyad mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan mereka berdua.

"Ngobrol biasa. Lo darimana?" Balas serta tanya balik Candy begitu melihat pakaian Jiyad yang rapih.

"Ketemu klien tadi subuh. Tempatnya lumayan jauh, jadinya jam segini baru sampai rumah." Jawab Jiyad seraya menyamankan diri dalam duduknya.

Hari memang akan menjelang siang, pagi sudah terlewati tanpa mereka sadari. Selalu ada banyak perubahan disaat salah satu dari mereka sedang jatuh sakit. Begitu kentara sekali perbedaannya.

Jiyad melanjutkan ucapannya dan menegakkan punggungnya saat sadar ada hal penting yang perlu dia sampaikan kepada Candy. "Gue baru inget. Ada yang mau gue omongin soal panti asuhan yang selama ini lo cari." Katanya sempat mengutarakan, karena terlupakan akibat masalah Yovela.

Janus yang paham jika pembicaraan mereka bukanlah ranahnya, ia memilih bangkit dan undur diri. "Kalian lanjut ngobrol berdua aja, ya. Gue juga mau lanjut memonitor gudang sama cek keamanan."

Keduanya mengangguk serentak membiarkan Janus pergi. Saat Janus sudah hilang dibalik pintu studionya, Candy segera memfokuskan perhatiannya pada Jiyad.

"Maksudnya gimana, Yed?"

Yed, panggilan selepetan yang Candy berikan pada Jiyad. Singkatnya panggilan sayang, dan Jiyad tak bisa untuk tidak salting setiap kali mendengarnya. Gadis ini tahu betul apa yang membuatnya jatuh terus-menerus begitu mudah.

"You know? The call sounds very attractive for me." Jiyad mengutarakan isi hatinya dan terahlikan dari pembicaraan utama mereka.

Candy tersenyum miring. "Then I will continue to call you that, Yed. Forever."

Jiyad menahan senyumannya. Berdiri dari duduknya dan berpindah tempat begitu cepat ke samping Candy, mendekatkan wajahnya dan menggesekkan hidung mereka. Lalu dikecupnya bibir ranum penuh godaan itu.

ENERVATE (New Organization) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang