07. Irreparable Relationship

165 32 2
                                    

Apartemen dengan fasilitas lengkap dan mewah itu dipenuhi asap rokok yang datang dari seorang lelaki rupawan berahang tajam. Tangan besarnya mengapit rokok dan sesekali menyesapnya penuh kenikmatan. Jendela kaca yang menampilkan kota Jakarta penuh kesibukan adalah satu-satunya pemandangan yang sedang ia amati.

Kedatangan seorang gadis menginterupsi kegiatannya. Ia menoleh ke arah pintu, melihat gadis itu yang nampak bersenandung bahagia sambil memutar-mutar kunci mobil ditangannya. Ia melemah.

"Already aware?" Ah, suara menawan itu. Akhirnya sang tuan dapat mendengarnya lagi.

"You care, Yera?" Namun, sang tuan tak mudah memberikan afeksi yang sama, kecuali saat alam bawah sadarnya sedang terpengaruhi oleh alkohol.

Yera terhenti, lalu berbalik dan tersenyum miring. "Lo nggak tahu basa-basi? Lagian sejak kapan gue peduli sama lo, Maven?"

Maven tertawa, sungguh menyenangkan apabila Yera mengikuti permainannya. Tanpa sepatah kata, diri dari masing-masing kedua jiwa itu tahu, jika tidak ada yang mereka inginkan selain satu sama lain. Hanya saja mereka terlalu berbelit-belit, memutar-mutar yang mudah menjadi lebih sulit.

Kian tali yang lurus tinggal ditarik, mereka memilih untuk menyimpul acak dan membuatnya menjadi rumit. Hubungan mereka tidak rahasia, siapapun tahu bahwasanya Maven dan Yera terlibat Love-Hate Relationship.

Dulu hanya cinta, namun karena suatu alasan, hubungan itu menjadi berubah dan didominasi dengan keangkuhan dari masing-masing yang menjalani. Kini bencilah yang lebih mendominasi keduanya.

"Ada laporan. Lo bakar gudang utara. Just stop, buat ulah." Semalam Maven akui ia mabuk berat dan baru tersadar siang hari. Begitu membuka ponsel, runtuyan pesan tak terbaca dan panggilan tak terjawab memenuhi layar ponselnya.

Pesan terakhir dari Yuvan ia baca dan Maven akhirnya mengetahui jika terjadi insiden kebakaran disalah satu gudang penyimpanan barang. Ulahnya adalah Yera.

Yang dituduh menggaruk pipinya dengan ekspresi polos. "Oh, ya?" Seraya melanjutkan sambil menyeringai lebar, "Padahal seru bakar-bakaran. Tapi gue belum bales ke satu orang lagi, atau sekarang aja? While the person is here."

Paham orang yang dimaksud adalah dirinya, Maven mengangkat satu alisnya sembari tersenyum lebar. "Well, let's see what kind of revenge you'll do to me."

Lidah Yera bermain pada bibir, ia tidak membalas ucapan Maven dan menghampiri lelaki itu pelan, menanggalkan kaosnya hingga meninggalkan tanktop hitam dan menjatuhkannya dilantai. Dengan entengnya langsung duduk dipangkuan Maven dan melingkarkan tangannya di leher lelaki itu.

Maven menerima semuanya dengan senang hati, bahkan ia sudah menyimpan rokoknya dan lebih tertarik akan apa yang dilakukan oleh Yera. Jemari indah Yera bermain-main dengan kalung Maven, naik dan mengelus jakun Maven beberapa saat, lalu lebih naik dan menangkup wajah Maven, ia menatap dan menggoda lewat seringai tipis.

Mustahil tak terpikat, Maven yang terpengaruh mulai memegang pinggang ramping Yera dan meremasnya. Yera memulainya dengan beberapa kecupan ringan pada leher Maven yang segera menengadah memberi ruang untuk Yera asyik disana, desahannya keluar begitu Yera tak hanya mengecup dan kini sengaja meninggalkan jejak.

Maven menikmatinya, sangat. Ia begitu terlena akan sentuhan-sentuhan Yera, begitu bibir Yera mengecup leher lalu rahang dan terakhir berakhir di bibirnya, Maven segera membalas ciumannya dan melumat sedikit kasar.

"Ssshh, Yera." Desis Maven disela-sela ciumannya begitu Yera tak mau diam dalam pangkuannya hingga menyebabkan gesekan pada miliknya. Tidak bisa, Maven tidak bisa menahannya lagi.

ENERVATE (New Organization) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang