"Lo mau terus berdiri disitu dan liatin gue?"
Mirza mengerjap pelan, tersadar. Ia berdeham dan mendekati Yovela, duduk di kursi yang berada di samping ranjang gadis itu. Setelah mendengar ucapan Yuvan kemarin, Mirza jadi menyempatkan diri untuk menjenguk Yovela.
"Gimana kondisi lo?" Basa-basi Mirza.
Yovela melebarkan tangannya dan mengedikkan bahu. "Bisa lo liat sendiri. Gue nggak baik-baik aja."
Kepala Mirza langsung terangguk melihat banyak perban yang melilit ditubuh kecil Yovela. Terdiam kembali. Yovela menatapnya dengan senyum kecil. "Gue nggak nyangka lo bakalan kesini."
Tidak memperdulikan ucapan Yovela, Mirza akhirnya mengatakan sesuatu yang menjadi alasannya kemari. "Kenapa lo jadi orang pertama yang nerima gue? Dan kenapa lo minta gue jadi pengawal? Apa yang sebenarnya lo mau dari gue?"
Napas Yovela tercekat, ia hampir tersedak ludahnya sendiri akibat terkejut. "Lo tahu darimana?"
"Cukup jawab." Ujar Mirza serius.
"Lo kesini bukan mau jenguk gue? Lo cuman penasaran sama jawaban gue aja kan?" Tanya Yovela entah kenapa terlihat tak mau Mirza mengiyakan pertanyaannya.
"Iya. Gue cuman mau tahu kenapa lo lakuin semua itu. Apa lo ada dendam sama gue dan diam-diam tempatin gue dideket lo biar lo gampang ngapa-ngapain gue?" Yovela tidak percaya bahwa pemikiran Mirza kepadanya adalah demikian. Jujur, ia agak kecewa, bukan agak, tapi sangatlah kecewa.
"Gue sedih deh pemikiran lo tentang gue ternyata begitu. Padahal gue sekalipun nggak pernah kepikiran buat ngapa-ngapain lo." Dari nada suaranya tersirat keseduan, Yovela jelas sakit hati begitu tahu bahwa Mirza tidak sedikitpun mengkhawatirkannya.
Mirza sudah terlihat kesal mendengar Yovela yang bertele-tele, ia tak peka. "Jadi maksud dari semua ucapan lo itu apa?"
"Jadi maksudnya adalah gue suka sama lo pada pandangan pertama. Itu kenapa gue jadi orang pertama yang nerima lo di Enervate, itu kenapa gue nyuruh lo jadi pengawal biar gue bisa deket-deket sama lo. Dan gue nggak ada niat buruk sama sekali dibalik semua itu. Ngerti sekarang?" Situasinya sudah terlanjur begini, sekalian saja Yovela mengungkapkan perasaannya.
Lidah Mirza kelu, tiba-tiba tidak bisa berbicara apapun. Tatapan Yovela menusuknya, bercampur aduk antara tulus, kecewa, sedih dan sendu. Mirza bukanlah orang yang dengan mudah mengetahui emosi orang disekitarnya, itu mengapa selama 8 bulan bekerja bersama Yovela, ia pikir perhatian Yovela sama seperti perhatian gadis itu pada anggota lainnya.
"Gue nggak begitu sakit hati waktu tahu lo kesini bukan karena mau jenguk gue. Karena gue lebih sakit hati dengan kedatangan lo disertai raut penuh kecurigaan itu, seakan-akan ngasih tahu gue kalo selama 8 bulan kita bekerja sama, lo nggak pernah naruh rasa percaya sama sekali." Lanjut Yovela getir.
Rasa bersalah datang, karena apa yang Yovela katakan sepenuhnya benar. Selain Maven, Julian dan Yuvan, sisanya Mirza tidak mempercayai anggota Enervate. Ia bukan tipe orang yang dapat menilai apakah orang disekitarnya dapat ia percayai atau tidak, dikarenakan sifat tidak pekanya itu.
Mirza hanya waspada, takut ada yang menusuknya dari belakang. Apalagi pekerjaannya bukanlah pekerjaan biasa, disetiap langkah yang diambil, Mirza seakan-akan mempertaruhkan nyawanya. Namun ia tak tahu, sifatnya kini membuat seorang gadis merasa dikecewakan.
Hening menyelimuti sampai ketukan pintu dan kehadiran Julian memecah keheningan. Lelaki bertindik dengan aksesoris penuh itu menaikkan alisnya begitu melihat sosok Mirza.
"Disini sejak kapan, Za?" Tanya Julian seraya duduk di sofa yang tersedia disana. Tangannya membawa sebuket cokelat dan disimpan dalam pangkuan.
Mirza menarik napasnya berusaha tenang dan tidak memikirkan ungkapan Yovela yang masih terngiang-ngiang di kepala. "Baru tadi, kok. Cuman kayaknya gue pergi sekarang aja. Biar lo ada ruang buat bicara sama Yo—dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE (New Organization) [Hiatus]
Random[ツ] 99-02 line. Saat ini, dikalangan remaja hingga dewasa sudah ada yang membantu mereka dalam mendapatkan narkoba juga rokok dan minuman keras dengan mudah. Membuat para polisi kelimpungan mencari tahu siapa dalang dibalik hal tersebut. Lantas siap...