"Give me a break, whore!"
Helsa, kekasih Julian itu mengangkat satu tangannya meminta istirahat sambil membungkuk dan menumpu satu tangan lainnya pada betis dengan lelah. Wajahnya banyak lebam gara-gara pukulan tak henti dari lawan mainnya.
"Not again."
Ucapan dari sang lawan membuatnya berteriak pasrah ketika lagi-lagi ia dipukuli tanpa ampun. Staminanya untuk melawan sudah tak ada, maka ia membiarkan wajah cantiknya babak belur ditangan sahabatnya sendiri.
Setelah membiarkan lawannya puas memukulinya, Helsa memaksakan diri dan menahan rasa sakit pada sudut bibirnya untuk berbicara kepadanya.
"Sekarang lo jelasin pukulan ini karena apa lagi?"
Penuturannya mengatakan bahwa ini bukanlah yang kesatu atau yang kedua kalinya ia mengalami ini. Sahabatnya yang kini sedang meneguk air botol itu terkekeh kecil.
"Pacar lo. Tanda pembalasan dendam karena nggak nepatin apa yang gue minta." Yera mengatakannya dengan enteng. Peluh membasahi pelipisnya.
"What an asshole." Umpat Helsa jengkel, seraya melanjutkan, "Lo adalah satu-satunya orang tergila yang pernah gue kenal. Yang salah siapa, yang dihajar siapa."
Yera tergelak keras. "Sorry, love. Cuman ini cara buat Julian —bangsat— Byakta kapok karena udah main-main sama gue. Of course, dengan cara buat lo kenapa-napa."
"Love, ndasmu! Bisa-bisanya ada orang selicik elo dimuka bumi ini, dan bisa-bisanya gue adalah sahabat satu-satunya orang licik ini." Ujar Helsa penuh dengan ketidakpercayaan. Yera ini memang agak lain.
Mendengar keluhan Helsa membuat Yera terhibur, ia tidak bisa berhenti tertawa. Telepon masuk menghentikan tawanya dalam sekejap, ia mengangkat telepon itu sesaat setelah menghela napas ketika melihat nama yang tertera pada layar.
Yera sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga begitu dentuman musik yang begitu keras menyapanya langsung, ia segera mematikan teleponnya saat orang diseberang sana meracau dan menangis-nangis.
Membereskan semua barang bawaannya, Yera segera keluar dari ring. Ia melambaikan tangannya cepat dan berpamitan pergi kepada Helsa.
"Darurat! Gue pergi duluan. Ayang lo udah gue suruh kesini. Kasih nasehat biar nggak macem-macem sama gue! Bye, darl!"
Helsa menggeleng pening, lalu tersenyum kecil. Ia membaringkan tubuhnya di atas ring tempatnya bertanding dengan Yera. Meski Yera sering melampiaskan kesalahan Julian padanya, Helsa tak pernah sedikitpun merasa marah. Hanya sedikit kesal.
Tidak ada yang tahu bahwa kehadiran Yera dalam kehidupannya sungguh sangat berpengaruh.
Di sisi lain Julian turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa, ia memasuki gedung sasana tinju secepat kilat, berpapasan dengan Yera dan menahannya pergi. Rahangnya mengeras emosi.
"Lo apain pacar gue!?" Tanyanya berang.
Yera mengangkat satu alisnya naik, tersenyum miring. "Kenapa nggak lo liat langsung aja di dalem? Gue duluan." Katanya sambil menepuk-nepuk pundak Julian keras beberapa kali.
Julian mendesis akan kepergian Yera. Ia menekan tombol lift dan pergi ke lantai 6. Sampai terjadi apa-apa pada Helsa, Yera akan menerima konsekuensinya.
[ ENERVATE ]
Kepala Yera ikut jedag-jedug tatkala dirinya menginjakkan kaki disebuah Club teramai di Jakarta. Lampu kelap-kelip disertai musik DJ dengan volume full begitu familiar baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE (New Organization) [Hiatus]
Random[ツ] 99-02 line. Saat ini, dikalangan remaja hingga dewasa sudah ada yang membantu mereka dalam mendapatkan narkoba juga rokok dan minuman keras dengan mudah. Membuat para polisi kelimpungan mencari tahu siapa dalang dibalik hal tersebut. Lantas siap...