Bab 10: Blind Date...

475 66 30
                                    

Satu minggu kemudian, Devan menerima pesan whatsapp dari Gilang, sang bassist Fourverse yang terbukti memang sangat bisa diandalkan.

Gilang: Found your Yanti. Namanya Sheina. Temen sekelas Gina.

Gina adalah kembaran Gilang yang bersekolah di SMA khusus puteri. Tanpa pikir panjang, Devan mengirim emoticon jempol dan membalas: Makan siang satu minggu on me.

Gilang memutar bola matanya saat membaca pesan Devan.

Yeah right, kita lihat aja seberapa galau lu habis dari kencan buta sama Sheina, batin Gilang.

***

Devan mematut bayangan dirinya di cermin. Kacamata oke, rambut digel tipis, disisir rapi ke atas, wardrobe sangat kekinian (mengutip kata Bang Davi), tapi... hati kok ya tidak sebahagia yang dibayangkan?

Bukankah seharusnya jantung berdegup kencang penuh antisipasi? Telapak tangan berkeringat dingin? Nafas sedikit sesak?

"Itu mah deskripsi maag kambuh kali," Gilang di ujung telepon menjawab sambil tertawa kecil, dalam hati sudah menduga bahwa percakapan ini akan terjadi.

Devan mengerang frustrasi. "Gue serius, Lang. Kenapa gue kok B aja? Nggak ada semangat-semangatnya?"

Gilang tersenyum simpul mendengar ucapan Devan. "Terus mau lu gimana? Gue masih bisa batalin nih, mumpung Sheina belom jalan."

"Tau dari mana lu kalau Sheina belum jalan?" Devan bertanya, mendadak semangat seakan ada beban yang lepas.

"Gina lagi di sebelah gue, dia lagi nguping," Gilang menjawab. Dari suaranya, ia seperti tengah menahan senyum.

Samar-samar terdengar suara Gina, "Bilang Devan mending jalan sama orang yang dia suka aja, ketimbang jalan sama temen aku tapi hatinya ke yang lain."

"Denger tuh Van," timpal Gilang.

"Bilang Gina, gue lagi nggak suka siapa-siapa."

"Gin, kata Devan dia lagi nggak suka siapa-siapa," ujar Gilang meneruskan pesan Devan.

"Ah masaaaaa?" Gina mengejek.

"Jadi... cancel ga nih?" tanya Gilang.

Devan terdiam beberapa saat. Kemudian...

"Sori, kayaknya gue ga bisa...," ujar Devan perlahan.

Di ujung sana, Gilang menganggukkan kepala sambil tersenyum penuh arti.

"Van?" panggil Devan sejurus kemudian.

"Yo," jawab Devan.

"Gue denger Aldric lagi cari pick gitar," info Gilang.

Deg! Jantung Devan berdesir.

"Te-terus, urusannya sama gue apa?" tanya Devan.

"Ya nggak apa-apa, cuma kasih tau doang. Udahan dulu yah, gue mau kasih tau Gina dulu kalau lu cancel."

Gilang menutup telepon.

Devan menggigit bibirnya, ia tampak sedang berpikir keras. Sejurus kemudian, setelah membulatkan tekad, ia mengetik sesuatu di layar handphone.

Beberapa kilometer jauhnya, handphone Aldric bergetar.

Sebuah pesan whatsapp dari Devan yang isinya:

"Al, kata Gilang lu mau cari pick gitar? Mau gue temenin? Kebetulan gue juga lagi cari sesuatu nih."

Devan menarik napas panjang, dan menunggu dengan jantung berdebar. Tidak sampai semenit, sebuah balasan datang.

"Oke. Grand Mall, jam lima sore. See you."

Devan menghembuskan napas. Sooo...

Kencannya justru dengan Aldric?

Njir.

Kencan.

Devan menelan ludah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love You (Platonically)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang