Bab 4: Bisa Gila

486 121 8
                                    

Harapan: Sebagai siswa kelas sebelas yang rajin belajar, baik hati, gemar menabung, dan belakangan ini sering tiba-tiba teringat wajah Aldric (the hell with that, pasti ada kabel korslet di otak gue), Devan mendadak rajin ke perpustakaan saat jam istirahat. Mau belajar, katanya. Persiapan ujian, dalihnya.

Kenyataan: Mantengin Aldric. Iya. Sesederhana itu. Goblok memang.

"Gue melakukan semua ini karena gue mau rekrut Aldric jadi gitaris," kata Devan pada dirinya sendiri sembari menikmati pemandangan yang tersaji di depan mata.

Sepasang bluetooth earphone menyumbat telinga Aldric, memutar entah lagu apa, mengundang rasa ingin tahu Devan. Buku di tangan Aldric berjudul The American Psycho karya Bret Easton Ellis, kelihatan sudah sampai di bab-bab terakhir. Posisi tubuhnya sangat rileks, bersandar pada punggung kursi, tangan kiri menopang dagu, sementara tangan kanan bertugas membalik lembar novel. Rambut ikalnya jatuh hampir menutupi dahi, ingin rasanya Devan mengikat poni yang mulai panjang itu.

Seolah-olah dapat membaca isi kepala Devan, Aldric mendorong poninya ke atas agar tidak menutupi dahi, membuat rambutnya menjadi sedikit berantakan.

Pada saat yang bersamaan, akal sehat Devan juga dibuat berantakan.

Sial. Sial. Sial.

Devan menunduk, berusaha konsentrasi pada tugas yang sejak tadi terabaikan.

Pasti ada yang salah dengan dirinya, pikir Devan. Ia begitu terobsesi ingin menjadikan Aldric sebagai gitaris sehingga pikirannya jadi acak-kadut.

Yes. That must be it.

Ia mendongak, dan terkesiap. Dari seberang sana, tatapan Aldric menghunus Devan. Devan mengerjap. Sejurus kemudian, Aldric kembali fokus pada novel di hadapannya.

Samar-samar, Devan melihat sudut bibir Aldric tersungging. Ia... senyum???

Wagila-gila-gila-gila.

Gue bisa gila.

+++

Linimasa Twitter Malam Harinya:

Devan Ersya @DevanErs_ : I think I'm going insane.

Shiro @whitehusky replying to @DevanErs_ : Why?

Devan Ersya @DevanErs_ replying to @whitehusky : Because someone keeps popping up in my head.

Shiro @whitehusky replying to @DevanErs_ : Tell me about it.

Devan Ersya @DevanErs_  replying to @whitehusky : Hey, lemme ask you something. Do you perhaps subscribe to my YouTube channel?

Shiro @whitehusky replying to @DevanErs_ : 😊

Devan, di dunia nyata: Cuma emot doang nih?

Trian Drummer @kanggebuk replying to @DevanErs_ : Apaan sih lau lebay amat.

Devan Ersya @DevanErs_  replying to @kanggebuk : Sianjing! Jauh-jauh sana!

Bukan Gilang Ramadhan @itsgilang replying to @DevanErs_ @kanggebuk : Trian jangan lupa balikin catetan gue. Devan jangan lupa pesen studio untuk latihan besok. Thanks.

Devan, di dunia nyata: The fuuuuuu... Temen-temen gue emang nggak gunaaaaa!!!

***

***

***

Author's Note (elah):

Yang namanya Aldric harap tanggung jawab.

Yang baca, mohon tinggalin comment and vote, yah.

Love, Ren.

I Love You (Platonically)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang