"Gilang, lo harus nolongin gue."
Gilang yang sedang membaca One Punch Man mendongak. Sambil menghela napas panjang, Devan menghempaskan tubuh di kursi kosong di samping Gilang.
Gilang mengernyit memandang sahabatnya yang seperti sedang menanggung cobaan maha berat.
"Lo mau minta tolong apa?" tanya Gilang seraya menyimpan komiknya di laci meja. Sebagai teman karib, terang saja Gilang menanggapi Devan dengan serius. Apalagi ketika cowok berkacamata yang kerap bersikap happy go lucky ini, menunjukkan ekspresi resah seperti saat ini.
"Pacar," lugas Devan.
"Hah? Gimana?"
Kerut kening Gilang semakin dalam.
"Cariin gue pacar."
"Lo kesambet di mana?" tanya Gilang sejurus kemudian.
Kedua tangan Devan memegang pundak Gilang, lalu mengguncang laki-laki itu. Kesal. Frustasi. Campur aduk. Devan seada-adanya stress.
"Gue. Butuh. Pacar."
"Oke, kalem," Gilang menepuk balik bahu Devan. "Tiba-tiba minta dicariin pacar, boleh gue tahu alasannya?" selidik Gilang.
Devan menggeleng.
"Gue belum bisa jawab. Pokoknya gue harus punya pacar," ujar Devan.
"Peer pressure?" usut Gilang pantang menyerah.
"Lo dan Trian juga belum punya pacar, peer pressure doesn't work here."
"Ouch! What a way to remind me that I'm single," kata Gilang, setengah kesal, setengah sadar.
Ya iya juga, gue kan jomblo, pressure dari mananya? batin Gilang.
"Cut to the chase. Bisa, atau engga, elo cariin pacar buat gue?"
"Kriteria?"
"Siapa aja yang penting cewek."
"Ya kalau sama cowok emang kenapa?" Gilang bertanya balik.
"Jangan gila!" bentak Devan panik.
Gilang mengangkat alis. "Cinta ga kenal gender, kali."
Devan menyentil telinga Gilang. "Iya, tapi norma sosial masih bilang kalau Budi pasangannya sama Yanti, bukan Yanto."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You (Platonically)
Teen FictionFIRST OF ALL, I WOULD LIKE TO WARN YOU THAT THIS IS A SHOUNEN-AI, AKA BOYS LOVE, AKA A STORY ABOUT A MAN LOVING ANOTHER MAN. PLEASE PROCEED WITH CAUTION. THANK YOU. Cover is created by the most talented @brtelur. +++ Platonic /pləˈtänik/ adj. (of lo...