Bab 1: @WhiteHusky

1.4K 155 13
                                    

Devan Ersya @DevanErs_

DICARI: Gitaris handal untuk band kebanggaan SMA 4; FOURVERSE. Bagi yang berminat, harap mendaftar di Sekretariat Musik atau dapat menghubungi Devan Evano Ersya (XI IPS 2).

***

"Aaaannnddd, sent!"

Devan menekan tombol biru bertuliskan "Tweet" dan tersenyum senang. Dari belakang punggung Devan, teman satu band-nya, Trian Attala, mengintip layar handphone di tangan cowok berkacamata itu.

"Gitaris handal???!!!" baca Trian seraya memutar bola mata. "Band kebanggaan???!!!" lanjutnya lagi dengan volume suara kencang. "Pilihan kata-kata lo oh-so-verry 70an," komentar Trian.

"Dilarang bacot kalau tidak berniat membantu," sahut Devan kalem seraya melempar tatapan sinis ke arah Trian.

Trian yang memang si super cuek, tidak hanya mengabaikan perkataan Devan barusan, tetapi malah memukul-mukul punggung Devan dengan stik drum. Devan mengernyit saat punggungnya digebuk stik, dan mengancam, "Berhenti atau gue patahin?!"

"Tangan Trian atau stiknya?" tanya Gilang, basis Fourverse, yang tengah duduk di lantai membersihkan senar bass dengan tekun.

Menjadi bensin yang menyiram api pertikaian Trian-Devan adalah nama tengah Gilang.

"Dua-duanya," jawab Devan. Singkat. Padat. Penuh kekesalan.

"Ampun, gan," Trian mencibir sambil mengangkat kedua tangannya.

Devan menunjuk wajah Trian seolah-olah berkata "Awas lo!", kemudian membetulkan letak kacamatanya, dan kembali memfokuskan perhatian ke layar handphone. Kali ini, Devan mem-posting pengumuman tadi di Instagram Story.

Setelah selesai, Devan memasukkan smartphone-nya ke kantong celana, lalu berkata, "Gue nggak mau pakai gitaris cabutan lagi, gue mau kita fokus supaya bisa menang festival tahun depan."

Kalimat Devan barusan sarat akan tekad, membuat Gilang mendongakkan kepala dan mengucap, "Aamiin."

"Thanks, Lang. Elo emang anggota band yang paling bisa gue andelin, nggak kayak si Trian," Devan membalikkan tubuhnya dan meninju lengan Trian. "Amin lo mana Yan?" tuntutnya.

"AAAAAMMMIIIINNNN!!!" teriak Trian. "Semoga tahun depan Fourverse menang festival supaya nggak diinjek-injek lagi sama anak paduan suara, Ya Allah," doanya sambil menadahkan kedua tangan.

"Emang doa orang yang sering nonton bokep manjur, Yan?" tanya Gilang iseng.

"Hei, anak muda! Tuhan tidak pernah mendiskriminasi umat-Nya. Paham kau sampai sini?" Trian menunjuk Gilang dengan stiknya, aksen Batak cowok itu terdengar kentara.

Gilang mencibir. "Tapi bener kata Devan, keberadaan lo emang kurang berfaedah. Paling nggak like Tweet-nya Devan kek, atau repost IG Story dia," suruh Gilang.

"Emang masih ada yang main Twitter zaman sekarang?" tanya Trian sangsi.

"Ya masihlah," sahut Devan ketus. Twitter adalah salah satu sosial media favorit Devan, menurut cowok itu, penduduk Twitter paling seru dibanding warga sosmed lain.

Trian membuka aplikasi Twitter di handphone-nya, dan mendengus. "Apaan?! Udah sepuluh menit, yang nge-like cuma dua orang."

"Dua orang? Siapa aja?" tanya Devan penasaran.

"Gilang," jawab Trian sambil melirik Gilang yang menepuk dada dengan bangga, "dan satu lagi... siapa nih? Follower lo? @whitehusky?"

"@whitehusky?" bibir Devan mengulangi username yang sangat akrab di memorinya.

Bagaimana ia bisa lupa? Waktu Devan masih kelas 3 SMP, ia sempat berinteraksi dengan akun yang namanya persis sama, tetapi bukan di Twitter, melainkan di YouTube. Saat itu Devan baru saja memulai YouTube channel-nya, dan @whitehusky adalah satu dari dua puluh lima subscribers pertama (sisanya terdiri dari dua kakak Devan, Davi dan Diva, serta teman-teman sekelasnya yang ia paksa untuk membuat akun YouTube dan mengetik tombol subscribe).

Devan merebut handphone dari tangan Trian, dan meng-klik profil @whitehusky. Hanya ada satu postingan dari dua tahun lalu; "When life lets you down, but someone lifts you up."

"Shiro...," gumam Devan saat melihat nama yang tertera di halaman.

"Kenal?" selidik Trian.

"Kayaknya sih...," jawab Devan tidak yakin sambil mengembalikan handphone Trian.

***

Dua Tahun Lalu

"Hai, salam kenal. Gue Devan, dan ini adalah postingan pertama gue. Uuummm... bingung nih mau ngomong apa, hehehehe. Gue masih kelas tiga SMP, dan gue lagi pusing mikirin ujian, jadi gue kepikiran untuk posting video nyanyi di sini. Semoga lo suka ya, dan yang lagi mau ujian akhir kayak gue, semangat!!! Badai pasti berlalu!"

"Oh iya, gue nggak bisa main alat musik jadi nanti yang main gitar adalah kakak gue, Bang Davi. Dia nggak jago-jago amat main gitar, bedalah sama gue yang jago banget nyanyi. Hahahaha... Becanda-becanda, jangan dianggap serius. Kayaknya gue kebanyakan ngomong deh. Bentar, gue panggil Bang Davi dulu. Baaaaaanggg... Bang Daaviiiiii! Eh, dia ke mana sih? Bentar yah...."

Video terpotong. Sedetik kemudian, dengan editan yang sangat kasar, video mulai lagi. "Oke, Bang Davi udah berhasil gue culik. Bang, lo jangan kabur lagi, ya, gue mau nyanyi nih. Kita mulai, ya."

Anak laki-laki bernama Devan itu mulai bernyanyi, diiringi petikan gitar dari abangnya.

Bagi Devan, postingan pertamanya tak lebih dan tak kurang adalah; aib. Tetapi bagi seorang bocah yang kebetulan menonton video tersebut, suara Devan adalah pelarian dari hidupnya yang tak menyenangkan.

Serta, bocah itu sepakat sepenuhnya tentang Devan yang 'jago banget nyanyi'.

Beberapa detik setelah anak laki-laki itu menonton video pertama Devan, sebuah notifikasi muncul:

@whitehusky subscribes to @DevanErs_

***

***

***

Bab pertama lahir sudaaaahhh...

Hope you guys like it. Please vote, comment, and like my story. And I'm open for any suggestions so please drop me your message.

Lotta love,

Ren

Now Playing: The Blower's Daughter by Damien Rice

I Love You (Platonically)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang