Now listening: Photograph by Ed Sheeran.
Hope you guys love this part as much as I like writing it.
***
***
***
Fourverse.
Itu adalah nama band tempat Devan, Gilang, dan Trian bernaung. Kenapa Fourverse? Devan tidak tahu. Barangkali terinspirasi dari nama sekolah mereka; SMA 4. Empat. Four. Ditambah 'verse' biar nyeni dikit. Satu hal yang pasti; Fourverse bukan sekadar band anak sekolahan.
Fourverse adalah legenda.
Setidaknya itu yang dikatakan Remi, mantan gitaris yang baru saja lulus. Menurutnya, pendiri band ini adalah siswa generasi pertama SMA 4. Dengan kata lain, Fourverse lahir bersamaan dengan berdirinya sekolah. Dari dulu sampai sekarang, nama Fourverse tidak pernah berubah, hanya anggotanya saja yang berganti.
Masih kata Remi, beberapa tahun belakangan ini Fourverse mulai terlupakan. Selain karena tidak ada talenta yang berbakat mengisi posisi di band, juga karena terbentuknya klub paduan suara bernama Nadagita. Dengan segera, Nadagita mencuri perhatian; menang festival, mewakili sekolah menyanyi di acara Kenegaraan, bahkan diundang oleh kedutaan Indonesia di luar negeri.
Fourverse dipaksa hiatus beberapa lama hingga akhirnya Remi yang saat itu sudah kelas tiga menghidupkan band ini kembali bersama dengan Devan, Gilang, dan Trian yang waktu itu masih kelas satu.
"Kalau dulu kita nggak bisa maju karena semua serba B-aja, sekarang kita punya Devan. Maaann, suara lo bagus banget, gue sampai merinding," Remi berseru girang saat pertama kali ia mengajak Devan bergabung.
Dipuji seperti itu, Devan cuma bisa senyum malu-malu.
Kemudian, "Walaupun lo nggak bisa nyanyi sekalipun, gue tetap akan rekrut elo jadi member Fourverse. Soalnya lo cakep, bisa jadi bahan naikin pamor," lanjut Remi.
Sial. Ternyata gue cuma dijadiin objek.
Tapi Devan membuktikan bahwa ia lebih dari sekedar 'a pretty face'. Kehadiran Devan seperti membawa angin segar, murid sekolah mereka kembali memperhatikan Fourverse, groupies yang sudah lama hilang muncul kembali, crowd saat mereka manggung pun makin lama makin banyak, walaupun belum bisa mengembalikan pamor 'legenda' seperti sebelumnya.
Maka, ketika Remi lulus, kelangsungan Fourverse berada di tangan ketiga orang tersebut. Fourverse butuh gitaris, mereka tahu itu. Mereka sudah jengah dianak-tirikan, dipandang sebelah mata oleh Nadagita, terutama oleh ketua kelompok paduan suara; Kirana Grazia. Jika mereka ingin mengembalikan masa jaya Fourverse, mereka harus menemukan seorang gitaris sesegera mungkin.
Jika ditanya apakah Devan sudah memiliki bayangan siapa yang akan menggantikan posisi Remi? Jawabannya; sudah. Jangankan bayangan, ia tahu pasti siapa yang ia inginkan. Dan saat ini, Devan tengah memperhatikan orang tersebut makan kupat tahu di kantin.
Ia bernama Aldric. Lengkapnya Aldric Reynand Pratama. Anak X IPA 2.
Sepanjang pengetahuan Devan, baru kali ini ia melihat seseorang makan kupat tahu semenarik adegan iklan. Punggung Aldric tegak lurus seperti sedang fine-dining, tangan kiri memegang garpu sementara tangan kanan menggenggam sendok. Setiap suapan dilakukan dengan elegan, tanpa ada setetes kuah pun yang tercecer. Devan menyipitkan mata saat Aldric mengelap mulutnya dengan tisu.
Apa yang membuat aura di sekeliling Aldric berbeda dengan siswa lainnya yang juga sama-sama sedang makan? Karena ia tampan?
Devan menelusuri wajah Aldric dengan matanya. Hmmm... ganteng sih... tapi... Tio yang duduk di sebelah Aldric juga ganteng, mengapa cuma pada saat melihat Aldric semuanya seperti serba dalam gerakan lambat?
Devan menggelengkan kepalanya. Sepertinya dia terlalu banyak menemani Kak Diva menonton film rom-com.
"Yan, Lang," panggil Devan pada Trian dan Gilang yang duduk di sebelahnya.
"Apa?" balas mereka bersamaan.
"Ada yang namanya Aldric nggak di list anak-anak yang mau jadi gitaris?"
Gilang mengecek catatan di handphone-nya. "Nggak. So far baru ada tiga orang yang daftar dan tiga-tiganya lo tolak. Emang kenapa?"
Devan melempar pandang sekali lagi ke arah Aldric, yang sekarang sedang tertawa mendengar cerita Tio. Huh, itu... lesung pipi? Sesuatu dalam dirinya terusik melihat pemandangan barusan.
"Gue sebenarnya punya kandidat," ujar Devan lamat-lamat dengan tatapan yang tidak pernah jauh-jauh dari Aldric.
"Oh ya? Siapa?" tanya Trian.
"Tuh," Devan mengedikkan kepalanya ke arah Aldric duduk.
Gilang dan Trian mengikuti arah yang ditunjuk Devan.
"Oh? Itu kan yang penampilannya keren banget waktu orientasi siswa baru, kan?" Gilang memastikan.
Yep. That's the one.
***
***
***
Apakah cinta sudah mulai bersemi tanpa disadari? Huehehehe... Simak next chapter yah.
Dan plis jangan lupa leave comment, like, dan vote. Love you, guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You (Platonically)
Teen FictionFIRST OF ALL, I WOULD LIKE TO WARN YOU THAT THIS IS A SHOUNEN-AI, AKA BOYS LOVE, AKA A STORY ABOUT A MAN LOVING ANOTHER MAN. PLEASE PROCEED WITH CAUTION. THANK YOU. Cover is created by the most talented @brtelur. +++ Platonic /pləˈtänik/ adj. (of lo...