Bab 02

1.4K 193 11
                                    



"Ayo turun. Mau gue bukain helmnya nggak biar mirip drakor-drakor?" cengir Haruto tak tahu malu.

Jeongwoo cuma nahan tawa. Ia membuka pengait helm lalu memberikannya ke Haruto. Kemudian minggir memberi ruang untuk Haruto memasukkan motornya.

Jeongwoo menunggu Haruto di kursi yang ada di teras rumah sekalian buka sepatu.

"Sini, biar pangeran bawain sepatunya" Tanpa meminta persetujuannya Haruto mengambil sepasang sepatu Jeongwoo lalu menaruhnya di rak belakang pintu. Ia tertawa kecil melihat wajah keheranan Jeongwoo.

Jeongwoo sempat bertanya-tanya, Haruto yang memiliki rumah sebesar ini tetapi seragamnya sangat lusuh bahkan menguning seperti jarang dicuci. Setahunya biasanya anak orang kaya seperti Haruto memiliki orang tua yang tegas dan ketat.

Tidak mau terlalu banyak berpikir Jeongwoo membuntuti Haruto yang jalan di depannya ke kamarnya yang berada di lantai dua paling depan. Jeongwoo bisa langsung ke balkon kalau pintu penghubung itu terbuka.

Sambil memperhatikan Haruto yang nampak ribet bolak-balik ia duduk di pinggir ranjang. Mengamati ke seluruh ruang kamar Haruto. Rapi dan bersih, sangat berkebalikan dengan individual cowok itu. Dan juga kamar Haruto memiliki harum kue vanilla.

"Nah ketemu juga lo" Haruto duduk di sebelah Jeongwoo bersama kotak P3K yang daritadi ia cari-cari.

"Naruh P3K itu jangan diselip-selipin. Kalo butuh kan ribet sendiri" Jeongwoo membuka kotaknya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan putih.

"Ini buat apa Woo?"

"Lo ada es batu nggak?"

Haruto mengangguk tetapi sedikit penasaran untuk apa Jeongwoo menanyakan es batu.

"Ada sih. Buat apa sih Woo?"

"Suhu dingin itu bisa ngurangin bengkak dan nyeri juga"

Haruto mengangguk lambat. "Ohh gitu. Pinter ya lo. Mau jadi dokter Woo?"

"Di sekolah kan belajar ginian" jawab Jeongwoo.

"Gue kan anak IPS?" Haruto memasang tampang badak.

Jeongwoo menghela pelan lalu mendorong tubuh Haruto sehingga cowok itu berdiri dengan wajah kebingungan.

"Buruan ambil es batu. Nanti benjol lo makin gede mau?"

"Kagak lah!" pekik Haruto kucar-kacir ke bawah. Dua menit kemudian ia kembali membawa cetakan es batu yang biasanya ada di kulkas.

"Nih" serah Haruto.

Jeongwoo tertawa kecil tetapi tetap mengambil cetakan itu sambil geleng-geleng.

"Ngapain lo bawa ginian sih?"

"Gue cuma punya es batu itu" jujur Haruto lalu duduk.

Tidak mau berlama-lama lagi Jeongwoo menggeser posisi duduk jadi menghadap ke Haruto. Ia mengambil satu kotak es batu dan membalutnya dengan sapu tangan.

"Tiduran" pinta Jeongwoo.

Tanpa protes Haruto tiduran. Posisinya saat ini sedikit menyulitkan Jeongwoo. Karena luka itu adanya di tengah kepala menuju ke bawah.

"Susah Ru kalo begitu"

Haruto mengerling ke arah Jeongwoo. "Ya trus lo mau gue begimana?"

"Emang kalo duduk nggak boleh Woo?"

"Jangan. Biar lo nya bisa rileks"

Setelah berpikir cukup lama Jeongwoo akhirnya menyuruh Haruto untuk meletakkan kepalanya di paha Jeongwoo. Bukan hanya pembaca, tapi Haruto sendiri syok banget!

Jangan baper jangan baper.

Dengan sangat telaten Jeongwoo menempelkan sapu tangan dingin itu ke rambut Haruto. Sesekali menekannya. Suasana kamar yang awalnya sangat senyap berubah berisik karena Haruto yang berteriak kesakitan.

"ARRRGGGHHHH??? NYERI BANGET???"

"Kok kek ada jarum nusuk-nusuk pala gue sih"

"WOOOO ANJIRRRRR"

"SAKIT BANGET BANGSAAAAT"

Setelah sesi mengobati benjol Haruto kini dua laki-laki itu tengah jalan-jalan di area perumahan. Haruto mengajak Jeongwoo beli kue pukis. Cowok itu tiba-tiba kepingin sekali makan kue pukis.

"Kue pukis ini enak bener Woo lo mesti percaya gue" ucap Haruto.

"Lo sering beli?"

"Banget! Tapi sendiri mulu" lirih Haruto tetapi tak lama kemudian senyumnya mengembang "Sekarang gue kan udah punya pacar. Gue bakal pamer ke bang Jay kalo gue beli pukisnya bareng pacar gue" Haruto memepetkan tubuh ke Jeongwoo dengan cengiran yang sulit hilang dari paras tampannya.

Jeongwoo memang punya pacar yang sangat ganteng. Tetapi sayangnya nakal dan selalu bikin guru-guru kepusingan. Oleh karena itu, ia hadir untuk mengubah Haruto menjadi pria yang lebih bermartabat.

Kalau mau tau lengkapnya, tunggu bab berikutnya yahahahaha

Tidak terasa akhirnya mereka sampai di kedai kue pukis. Jeongwoo hanya berdiri di depan sementara Haruto yang memesan.

Samar-samar Jeongwoo dapat mendengar obrolan Haruto dengan abang kue pukis darisini.

"Noh bang, pacar gue. Mantep kan?"

"Cakep, cakep. Jago juga lu pilihnya"

"Lah, gue Haruto bang. Kylie Jenner aja bisa gue pacarin. Tapi, beneran mantep kan pacar gue?"

"Iya mantep. Tapi kok kayaknya galak?"

"Galak ke lo, kalo ke gue mah peduli banget"

"Pede lu bocil! Kalo dia peduli sama yang lain juga gimana?"

Haruto diam mendengar kata-kata abang kue pukis. Tiba-tiba abang kue pukis itu tertawa kencang.

"Udah punya pacar mah jangan baperan cil"

"Mending lo pikirin gimana caranya bahagiain dia. Secakep dia mau ama lo mah, lo harus bersyukur"

"Maksud lo gimana ngab?"

"Nih, pesenan lo. Selamat ya udah lepas lajang. Tapi jangan langsung lepas perjaka"

"BJIRRRRRR"

bab 02 end

Thanks for reading! Moga suka yaaa

Forever Trial • Hajeongwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang