¹⁰

2.4K 225 2
                                    

Renjun bisa merasakan hawa tidak mengenakkan di dalam kamar rawatnya. Sungguh tatapan kedua orang yang memegang kendali sebagai dominan ini sama-sama bersikap seolah mereka ingin menguliti satu sama lain. Tidak ada yang mau kalah, apalagi mengalah.

Renjun berdehem, memecah keheningan yang terjadi diantara mereka bertiga. Sumpah demi kerang ajaib, kenapa pula Jeno harus hadir saat kehidupannya hendak membaik? Dan kenapa pula ia harus menemuinya sekarang?

Mark, orang yang sejak tadi menggendong chenle meletakkan kembali bayi mungil itu kedalam box nya. Ia kemudian beralih menatap renjun yang menatapnya resah.

"Apa kau lapar sayang, hm?"

Apalagi ini? Renjun meringis dalam hati. Apa Mark sengaja mau membuat Jeno cemburu?

Renjun memastikan, ia melirik sebentar kearah orang yang berdiri disebelah anaknya, dan ya jika memang mark berniat memanas-manasi Jeno maka dia berhasil.

satu - kosong

Jeno terlihat cemburu, nafasnya memburu dengan tangan yang terkepal.

"Hm, tidak hyung aku tidak lapar" balasnya lirih.

Kalau kalian kira Mark akan menonjok Jeno habis-habisan maka kalian salah, Mark tidak melakukan itu. Ia lebih memilih mengabaikan jeno, dan bersikap ingin memanas-manasi.

Ia ingin membuat Jeno sadar, kalau seorang Mark Jung mampu membuat orang yang pernah ditinggalkannya ini bahagia.

Bukan menjadi seorang lelaki pengecut sepertinya.

"Yasudah, kalau lapar beritahu aku ya" Mark mengelus pucuk kepala si submissive.

Meskipun Jeno masih terdiam, tapi jujur emosinya mulai tersulut. Hebatnya ia masih bisa menyembunyikan emosinya itu.

Renjun mengangguk, kemudian Mark —akhirnya— mulai beralih menatap Lee Jeno.

"Oh Jeno-ssi kurasa kau pintar" Mark menatap arloji yang melingkar apik di lengan kirinya sekilas kemudian kembali menatap lawan bicaranya "bisa melihat jam kan? Atau jam mu mati? Tapi kurasa tidak, seorang Lee Jeno tidak mungkin menggunakan jam butut" Mark berjalan agak mendekat. "Jam besuknya sudah habis dan pasien harus beristirahat" ia tersenyum secara formal dan dibalas dengusan dari pemuda Lee.

Dia sudah merutuk dalam hati ingin menonjok hidung mancung pemuda Jung di depannya ini. Oh tapi tidak, Jeno akan semakin terlihat seperti pecundang di depan renjun jika dia melakukan hal itu. Mungkin lain kali ia bisa melakukannya.

"Terimakasih Mark-ssi sudah mengingatkan, aku tadinya berniat ingin menginap di sini" Jeno tersenyum tipis, ia juga memukul pelan bahu Mark dua kali, tingkahnya seperti baru bertemu teman lama. "Tapi kurasa kau benar, aku harus pulang. Hm baiklah aku bisa mempercayai mu untuk menjaga putraku sementara ini" Jeno menaikkan sebelah alisnya, ia juga menekan kata-kata terakhir tentang 'sementara ini'.

Tapi Mark tidak khawatir dengan kalimat Jeno barusan.

" Dengan senang hati aku akan menjaga apa yang dari awal sudah menjadi milikku"

Dan lihat, siapa yang kalah dari siapa.

Dengan masih berdiri di tempatnya Jeno pamit pada renjun, ia tidak mau mendekat karena ia tahu ini bukan saatnya. Ia lebih memilih menunduk untuk mengecup kening putranya yang dengan tenang terlelap.

"Papa pulang dulu ya jagoan, besok pasti papa menemuimu lagi" bisiknya di sebelah chenle yang masih bisa Mark dengar.

Ia pura-pura tuli saja, toh renjun sudah membiarkannya mengklaim kalau chenle itu putranya. Ia tidak perlu khawatir.

Kita lihat saja, siapa yang bertahan dan siapa yang bisa mendapatkan hati renjun.

Setelah Jeno keluar, renjun bernafas lega. Sungguh ia sejak tadi sudah ketar-ketir takut kalau ada adegan baku hantam dari keduanya.

Tapi syukurlah semuanya masih aman, meskipun persaingan sengit tidak bisa tertutupi setidaknya tidak ada keributan yang bisa saja mengundang banyak perhatian dirumah sakit ini.

"Maaf tadi hyung meninggalkan mu terlalu lama" Mark sudah berdiri di sisi renjun.

"Tidak apa-apa hyung, aku tahu hyung pasti lelah mengurusku juga chenle seharian ini" senyum teduhnya menular pada Mark "apa hyung sudah makan?"

"Sudah"

"Kalau begitu hyung istirahat saja"

Mark tidak bergerak se inci pun, ia justru beralih untuk menggenggam lengan renjun yang dipasangi selang infus.

"Ren" tatapan Mark begitu teduh "aku menyayangi kalian— kau dan chenle" ada jeda dari kalimatnya membuat renjun terdiam.

Mark menghela "aku ingin menjadikanmu dan chenle sebagai bagian dari hidupku" pemuda Jung mengulum bibirnya, "maksudku, aku ingin benar-benar semua orang tau kalau kau dan chenle adalah milikku. Aku ingin turut menjaga chenle sebagai ayahnya yang sesungguhnya, juga aku ingin menjagamu bukan hanya sebagai hyung."

Renjun masih bungkam, apa ia harus mengatakan iya? Renjun sudah sering menolak dan kali ini Mark membahas hal ini lagi.

Banyak sekali yang harus ia pertimbangkan. Ini bukan hanya tentang dirinya, tapi juga tentang apa yang akan terjadi kedepannya setelah ini.







tbc

hєllσ ραρα° [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang