⁰⁵

2.4K 248 6
                                    

Taeyong segera pamit dari toko kue renjun tak lama setelah mereka berbincang tentang renjun hamil anak siapa tersebut. Percakapan mereka terasa menegangkan karena renjun harus pintar-pintar beralasan dengan menjelaskan sebuah kebohongan yang masuk akal.

dan akhirnya mereka berdua mengaku, kalau renjun ternyata memang hamil anaknya Mark.

Mereka berdua mengirim kode lewat tatap, ada alasan mengapa Mark tidak membiarkan renjun mengaku. Renjun sendiri juga sudah memikirkan kenapa dia menurut pada Mark untuk berbohong pada Taeyong.

"Maaf harus melibatkanmu, hyung" renjun menghela kasar sembari mengelus perutnya. Huh, anaknya bergerak lincah di dalam sana.

Mark tersenyum lembut "bukan masalah, aku hanya tidak ingin kau disakiti lagi"

Renjun bisa mengerti kekhawatiran Mark tentangnya juga bayinya.

Renjun masih ingat betul tentang ujaran tidak menyenangkan beberapa bulan lalu yang terlontar dari bibir seorang ibu.

"Aku sebenarnya tidak percaya kalau itu anak dari putraku. Tapi kalaupun benar, gugurkan saja! Makhluk itu hanya akan jadi aib untuk keluarga ini"

Kalimat menyakitkan yang membuat hatinya tertikam.

Renjun sudah biasa kalau hanya dianggap jalang oleh ibu tirinya, sudah biasa dihina. Tapi dia tidak akan mungkin terima kalau anaknya harus menanggung akibat juga.

Bayinya tidak bersalah.

"Aku jadi kalut, sungguh" air matanya jatuh, "aku hanya ingin Jeno datang memelukku, lalu mengatakan dia siap menjaga kami"

Renjun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, dia terlihat buruk sekarang. Lemah sekali.

Ia yang semula terisak kini menangis dengan kencang sampai-sampai Mark harus mendekapnya hanya untuk menenangkannya.

"Ssttt..." Mark mengelus punggung sempitnya, "sudah, jangan menangis. Kasihan bayi– kita" ucapnya lirih.

"H–hyung" renjun terbata "t–terima huks– kasih"

Mark mengangguk pelan, masih setia memeluk renjun. Sumpah kalau renjun menerima, sudah dari lama ia menjadikan renjun miliknya.

Sudah dari lama dia menunjukkan pada dunia bahwa kebahagiaan renjun adalah tentangnya, dan renjun tidak akan ragu untuk mengatakan bahwa Mark adalah ayah dari anak yang dikandungnya.

Tapi renjun memilih menanggung semua sendiri. Renjun menghadapi semua rasa sakitnya sendiri, tapi Mark berjanji pada dirinya untuk selalu menjaga pemuda rapuh itu tanpa diminta.

"Renjunnn-ie, I'm coming" suara cempreng haechan berbarengan dengan suara lonceng berbunyi membuat renjun spontan melepas pelukannya. Pipi dan hidungnya memerah, jelas haechan tau itu. Matanya sembab juga dia yang sesegukan "renjun-ie kok menangis? Kamu diapakan Mark hyung?"

Haechan menatap sok galak pada Mark. Sedikit bercanda agar renjun tidak terlalu bersedih, dan candaan garingnya berhasil membuat renjun terkekeh pelan.

"Bukan apa-apa kok chan"

Haechan berkacak pinggang "awas saja kalau ketahuan nakal, aku sentil paru-parumu Hyung" ancamnya.

Mark berdecak "galak sekali sih macan satu ini"

"Hei, apa tadi barusan? Macan?!" Haechan memukul kepala Mark cukup kuat membuat pria itu mengaduh.

Dasar, tidak pernah akur. Tapi renjun bersyukur, setidaknya dia masih memiliki orang-orang yang dengan tulus menyayanginya.

•••

"What?!!"

Taeyong sudah menduga kalau Jeno akan shock seperti ini.

Renjun hamil benar-benar hal yang mengejutkan.

"Ya, renjun hamil dan ayah dari anaknya bernama Mark Jung"

"Mereka sudah menikah?"

Taeyong berdehem "belum, kecelakaan. Tapi mereka akan menikah mungkin dua minggu lagi" nadanya agak tidak yakin.

Terdengar helaan dari sebrang sana, "apa menurut kakak tidak ada yang aneh? Maksudku renjun hamil dan usia kandungannya enam bulan, sementara aku disini juga sudah enam bulan" katanya.

"Apa yang aneh?"

"Kecelakaan itu terjadi ketika renjun masih menjadi kekasihku? Renjun selingkuh?"

"Mungkin"

"Tidak mungkin kak" sangkalnya "renjun bukan orang yang seperti itu"

"Tapi bisa saja yang kau anggap tidak mungkin itu benar adanya, lagipula kenapa kau berbicara seolah kau ini ayah dari anak yang dikandung renjun"

Jeno takut untuk mengakui ini.

"Kak, sebenarnya beberapa minggu sebelum aku ke Paris, aku dan renjun— " Jeno tidak melanjutkan kalimatnya.

"Kalian melakukan itu?"

"Hm"

"Bodoh, lalu kenapa kau meninggalkannya?!"

"Karena kupikir tidak akan ada hal buruk terjadi setelah aku pergi darinya, kak"

Taeyong membuang nafas kasar "lalu sekarang kau akan melakukan apa?"

"Entahlah kak, aku merasa buruk"

"Dan apa kau tau? Renjun jauh lebih buruk dari dirimu. Sudahlah aku pusing, kututup teleponnya"

Taeyong memutus sambungan teleponnya, rumit sekali sih. Tapi dia yakin Jeno bisa memikirkan masalahnya sendiri, dia yakin Jeno tidak akan mengambil langkah yang salah untuk menyelesaikan segala kerumitan yang dibuatnya sendiri.






tbc

hєllσ ραρα° [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang