¹³

2K 197 6
                                    

"Jen, bangun" renjun menggoyang pelan lengan Jeno yang tidur di sebelah chenle "sudah sore, tidak mau pulang?"

"Sebentar ya ren"

Jeno sejak siang tadi menemani putranya tidur. Setelah puas menoel-noel pipi anaknya hingga menangis, ia lantas menggendong bayi mungil tersebut sebelum akhirnya diomeli oleh renjun.

Ia tidak bisa menahan rasa gemasnya sih.

"Jeno ish!" Renjun menepuk pelan pipi jeno karena pemuda itu malah semakin menyamankan dirinya serta memeluk tubuh chenle seolah melupakan jawabannya yang barusan mengatakan sebentar lagi.

Renjun tidak bisa membiarkan pemuda jangkung ini berlama-lama di apartemennya, ia tidak mau kalau-kalau Jeno bertemu Mark untuk kedua kalinya. Sudah cukup renjun dibuat membeku oleh atmosfer dingin yang dua orang dominan itu ciptakan waktu itu dirumah sakit, sekarang tidak lagi.

"Iya sayang iya, ini aku bangun" Jeno mengubah posisinya menjadi duduk, mata ngantuk nya dipaksa untuk terbuka.

Renjun yang berdiri sambil berkacak pinggang tengah berusaha menahan gugupnya. Karena sumpah demi kerang ajaib, Jeno memanggilnya sayang setelah sekian lama.

"Pulang sana. Langit sudah mendung kalau kau mau tau" wajahnya dipasang secuek mungkin agar Jeno tidak bisa melihat semburat merah melintang di pipi hingga ke telinga.

Jeno memincing sambil menatap renjun jahil. "Kau mengkhawatirkan ku ya? Ah senangnya"

"Tidak" jawab renjun tegas.

"Benarkah, hm?" Jeno menarik lengan renjun yang masih berdiri didekatnya hingga tubuh yang lebih kecil ambruk menindih tubuh lelaki kelebihan kalsium itu.

Hei, renjun tidak siap untuk menahan berat tubuhnya saat ditarik Jeno, jadi jangan salahkan dia kalau mereka berakhir dengan posisi seambigu ini.

Jantung Jeno bekerja dua kali lipat dari biasanya, karena sungguh menatap renjun tanpa jarak seperti ini serta bibir ranum yang sudah pasti menempel kalau ia bergerak maju sedikit saja membuat tubuhnya kaku dengan nafas yang memburu. Netranya terpaku pada sosok diatasnya saat ini.

Renjun bisa mendengarnya, detak jantung Jeno juga detak jantungnya yang menggila. Ah, pipinya pasti memerah layaknya semangat.

Beruntung chenle masih tidur, renjun tidak mau mata anaknya ternodai diusia yang masih baru beberapa hari.

"Lee Jeno sialan!" Umpatnya, renjun segera tersadar pada realita hingga ia terburu-buru bangkit dari posisinya.

Jeno tersenyum menyebalkan "masih sama seperti dulu, menggemaskan, tidak heran kalau menurun pada chenle" celetuknya.

"Pulang sana jerapah kering, kau benar-benar membuatku darah tinggi" renjun menarik paksa lengan Jeno.

•••

Renjun tengah menyiapkan makan malam untuk Mark, pria itu tadi menelepon katanya akan menginap di apartemennya malam ini.

Setelah selesai melakukan pekerjaan, renjun yang hendak beralih untuk mencuci botol susu milik chenle dibuat berjengit karena tiba-tiba ada sepasang lengan melingkari pinggangnya.

"Hei, foxie" suara berat langsung menyapa indra pendengarannya, dan renjun langsung hapal siapa orang tersebut.

"Hyung, aku kira pulangnya masih agak lama"

Yang ditanya menggeleng, membuat rambut halus milik yang lebih tua menggelitik lehernya.

"Pekerjaanku selesai lebih cepat, tidak ada yang terlalu penting maka dari itu aku cepat sampai kesini"

hєllσ ραρα° [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang