25. berkunjung ke rumah.

536 78 9
                                    

ARSHAKA


"Rasha, gua pergi dulu ya. Kalau bunda, ayah atau yang lain nyariin bilang aja gua lagi pergi ke rumah temen." Arshaka berkata kepada sang kembaran sambil memakai jaket.

"Oke. Oh iya kak, gua titip camilan dong hehe." Ucap Rashaka terkekeh pelan.

"Camilan apa?"

"Apa aja deh, jangan lupa juga sama coklat."

"Ya udah, tapi gua disana agak lama gapapa kan?"

"Gapapa kok, yang penting lo nggak lupa sama titipan gua kak."

"Iya tau, dasar bawel." Ledek Arshaka sambil berlari keluar rumah.

Sedangkan Rashaka hanya berdecih kesal sambil melihat ke arah sang kakak kembar yang berlari keluar rumah.

Arshaka masuk kedalam mobil dan raut wajahnya berubah menjadi datar kembali.

"Disini sifat saya sangat di uji ya, tapi tak apa karena ini sangat menyenangkan." Gumam Arshaka pelan sambil tersenyum menyeringai, sebelum dirinya menjalankan mobil menjauh dari rumahnya menuju kesuatu tempat.

****

Mobil Arshaka berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah mewah dan ada security yang berjaga di depan gerbang.

Security tersebut bernama mang ijan, security yang sudah berkerja lumayan lama di rumah tersebut.

Mang ijan menghampiri mobil Arshaka dan berhenti tepat di depan kaca mobil yang terbuka memperlihatkan wajah Arshaka.

"Cari siapa mas?" Tanya mang ijan kepada Arshaka.

Arshaka tersenyum ramah dan berkata. "Mang ijan ya? Saya Arsha mang, teman nya dokter Raiden dari luar negeri."

Arshaka menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan mang ijan, mang ijan juga membalas jabatan Arshaka.

"Den Arsha kenapa kesini? tapi mohon maaf ya den, tuan muda teh udah nggak ada." Ucap mang ijan sambil menunduk mengingat kematian tuan muda keluarga mahawira.

Arshaka tersenyum sendu mengingat kematiannya dan ia kembali berkata. "Saya juga sudah tau mang, saya kesini cuma mau ngambil barang milik Dokter Raiden yang dikasih ke saya."

"Malam itu, beberapa jam sebelum dia meninggal dunia dalam kecelakaan. Dokter Raiden mengirim pesan kepada saya bahwa ia menitipkan rumah keluarganya kepada saya, dan dokter Raiden juga menyuruh saya untuk mengambil suatu barang yang ada dikamarnya." Lanjut Arshaka kepada mang ijan dengan mata yang menyorot kesedihan.

"Begitu ya den. Kalau begitu masuk saja den, saya buka kan gerbangnya ya." Ucap Mang ijan sambil tersenyum setelah mendengar penjelasan dari remaja di depannya.

Arshaka mengangguk pelan sebagai jawaban, mang ijan pun membukakan gerbang rumah dan setelah itu mobil Arshaka berjalan masuk melewati gerbang dan juga mang ijan.

Arshaka keluar dari mobilnya dan ia melihat kearah mang ijan yang menghampirinya.

"Mang ijan disini aja ya, saya tau kok dimana barang titipan Dokter Raiden karena dulu saya pernah kesini tapi waktu itu mang ijan lagi pulang kampung." Jelas remaja itu kepada mang ijan.

"Baik den." Mang ijan berkata dengan tegas.

"Oh iya mang, biasanya yang ke rumah ini siapa saja mang?" Tanya Arshaka, ia atau bisa disebut Raiden penasaran akan siapa saja yang biasa datang ke rumah keluarganya yang kosong ini.

"Dokter Serena den. Kata dokter Serena dia datang kesini karena dia adalah pacarnya tuan muda tapi saya pernah liat dia sama laki-laki lain den dijalan, dari mukanya aja mereka kayak bahagia gitu." Jelas mang ijan.

Arshaka mengepalkan tangannya dengan perasaan marah, namun karena ada mang ijan ia tahan untuk meluapkan amarahnya pada sekitar.

"Mang ijan! Saya perintahkan jika ada dokter Serena kesini, jangan biarkan dia masuk."  Ucap Arshaka dengan tegas.

Karena takut akan perubahan ekspresi dari remaja di depannya, Mang ijan mengiyakan ucapan Arshaka dengan tegas.

"Baik den! Ta-tapi kalau boleh saya tau, kenapa ya den? Dokter Serena kan pacarnya tuan muda jadi harusnya tidak masalah bukan?" Tanya mang ijan dengan Hati-hati takut jika remaja di depannya ini marah.

"Dia tidak baik, ingat mang! Jangan biarkan dia masuk ke sini. Apa mang ijan melihat dokter Serena keluar dari rumah membawa sesuatu?" Tanya Arshaka lagi.

"Oh iya den kemarin dokter Serena kesini, setelah itu dokter Serena keluar dari rumah dan saya melihat dokter Serena membawa sebuah kotak berukuran sedang berwarna biru." Jelas mang ijan.

"Saya bertanya kepada dokter Serena tentang apa isi dari kotak tersebut, dan dia menjawab bahwa isinya hanya sebuah boneka milik dokter Serena yang tertinggal."

"Awalnya saya curiga sama isinya den, tapi saya mau lapor ke siapa? Jadi saya memilih diam den." Lanjut mang ijan.

Arshaka mencerna penjelasan mang ijan dan kemudian matanya melebar dengan panik ia berkata.

"Sial! Saya masuk dulu mang!"

Arshaka berlari dengan cepat masuk kedalam rumah meninggalkan mang ijan yang kebingungan.

"Kenapa den Arsha kayak panik gitu? Apa dokter Serena mengambil barang yang penting? Baiklah! Den Arsha dan tuan muda, saya akan mencegah Dokter Serena jika datang kesini!" Ucap mang ijan dengan semangat.

Sebenernya mang ijan sudah curiga ketika pertama kali dokter Serena berkunjung ke rumah peninggal keluarga mahawira ini, karena gelagatnya sedikit aneh seperti menyembunyikan sesuatu.

Sedangkan Arshaka, sekarang ia sudah ada di dalam rumah tepatnya sedang ada di depan pintu kamarnya dulu.

Arshaka mengambil kunci kamar dari balik lukisan yang tak jauh dari pintu kamarnya.

Dengan cepat ia langsung membuka pintu kamarnya, kemudian masuk dan langsung menuju sebuah rak buku yang berada di pojok ruangan.

Arshaka menarik sebuah buku berwarna hitam, biru, dan kemudian hitam yang bercorak.

Rak tersebut terbuka berganti menjadi sebuah pintu kayu yang terlihat kokoh, Arshaka langsung membuka pintu tersebut dan masuk kedalam pintu tersebut.

Setelah ia masuk, pintu dan rak buku yang tadi terbuka mulai menutup dengan sendirinya.

Ruangan yang tadinya gelap menjadi terang, di tengah-tengah ruangan tersebut terdapat sebuah komputer besar yang bercahaya berwarna biru terang.

"Mari kita cek, apa yang diambil oleh wanita sialan itu! Ck! Sekarang aku mulai dendam dengannya, sia-sia saja aku pernah memendam perasaan kepadanya!" Ucap Arshaka dengan kedua tangan yang mengepal dan menatap tajam ke arah komputer yang menyala di depannya itu.

Jari-jarinya mulai menari diatas keyboard dengan lihai.

Tak

Jarinya berhenti menari diatas keyboard ketika layar komputer menangkap video yang ia cari.

Remaja tampan itu menyeringai kecil dan kemudian tertawa sambil bergumam. "Ternyata itu yang dia cari, hahaha! Sayang sekali."

****

Happy new year!

Udah telat sih tapi gpp.
Update nya satu dulu, udah nggak hiatus hehe mknya update.


Vote, komen.

Thanks for all.

ARSHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang