09

1K 147 25
                                    

WELCOME BACK, SELAMAT MEMBACA~ 

.

.

.

.

.


"Aku..."

Belum sempat Jihoon menjawab, ibumu sudah lebih dulu menginterupsinya.

"Akhirnya kau bangun, nak. Apa kau begitu kelelahan hingga tak bangun lebih dari 10 jam? Ibu khawatir."

Wanita paruh baya itu lantas memelukmu erat. Sementara kau masih bingung bagaimana kau harus menjelaskannya pada ibumu.

"Mungkin saja karena kemarin aku kehujanan." Balasmu asal

Ibumu melepaskan pelukannya dan langsung menempelkan punggung tangannya di dahimu.

"Tapi kau tak demam. Tidak apa, yang terpenting sekarang kau sudah bangun. Ibu sangat khawatir, kau seperti orang mati suri saja." Jelas wanita paruh baya itu.

Kau hanya bisa tersenyum kikuk. Kau tak ingin melihat ibumu khawatir lagi. Alhasil kau terpaksa memendam rasa ingin tahumu dan kembali fokus pada ibumu. Kalian menghabiskan waktu untuk makan bersama.

Satu hal yang membuatmu sedikit terkejut adalah bahwa Jihoon semakin akrab dengan ibumu. Bahkan kau tak percaya manusia sedingin dan seacuh Jihoon bisa dekat dengan ibumu yang sejujurnya cukup pendiam dan menutup diri dari dunia luar.

"Kau tahu nak, ibu baru menyadari satu hal dari Jihoon"

Kau membuyarkan lamunanmu dan kembali menatap ibumu dengan seulas senyuman di wajah.

"Apa itu Ibu?"

"Dia adalah anak SMA yang membopongmu pulang sewaktu kau ingin lompat dari jembatan di Sungai Han dulu. Pantas saja wajahnya familiar bagi Ibu. Sekarang, kau malah dekat dengannya. Mungkin kalian memang berjodoh."

Mendengar itu, kau mengernyitkan dahimu.

"Tunggu dulu. Kapan aku pernah ingin lompat dari jembatan, Ibu? Aku tak pernah melakukan itu dan aku baru saja mengenal Jihoon beberapa bulan yang lalu kan?" tanyamu

"Kejadiannya sewaktu kau SMP. Masa kau tidak ingat? Kau tidak pernah menceritakan apapun pada ibu, tapi ternyata kau merasa tertekan karena teman-temanmu mengolok-olokmu setiap hari. Maka dari itu kau memutuskan untuk melakukan hal itu. Tapi syukurlah nak Jihoon datang dan berhasil menghentikanmu. Sejak saat itu, kau sedikit berubah." Jelas ibumu.

Kau semakin tak mengerti. Kau tak pernah memiliki memori buruk itu. Seingatmu kau memang sedikit diperlakukan berbeda sewaktu duduk di bangku SMP, tapi kau tak pernah memiliki keinginan untuk bunuh diri. Itu hal konyol.

"Lantas, kenapa aku tidak ingat apapun tentang itu? Teman-teman SMP ku cukup baik meskipun memang memperlakukanku sedikit berbeda. Tapi bukan berarti mereka membenciku." Balasmu masih berpikiran janggal

"Nak, ini bukan pertama kalinya kau tak ingat seperti ini. Ibu rasa sudah saatnya kau untuk pergi ke psikiater dan mena-"

"Ibu, aku tidak gila." Sanggahmu dengan rasa tersinggung.

"Ibu tidak mengatakan kau gila, ibu hanya ingin kau bisa menceritakan pengalaman pahitmu jika kau tidak bisa menceritakannya kepada ibu. Ibu tidak mau kau tenggelam dalam rasa traumamu, nak." Balas ibumu

Kau pun semakin bingung dan merasa sedikit kecewa.

"Trauma? Trauma terhadap apa? Teman SMPku? Ibu, aku tidak pernah merasa trauma. Aku baik-baik saja dan aku tidak butuh psikiater." Tegasmu.

Woozi Universe Factory [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang