"Huff, aku pasti bisa." Gumamnya mengepalkan tangan. Gadis itu memegang kedua stang sepeda dengan tatapan fokus kearah depan.
Terik matahari semakin membakar semangatnya untuk berlatih sepeda. Ia lelah jalan kaki saat ke cafe Dara-temannya yang saat ini ingin ia datangi, lelah saat harus jalan kaki mengantar Afkia-Adiknya jajan kedepan komplek dan tempat-tempat lainnya.
Ia bertekad berlatih dengan membawa sepeda papanya.
Ia mulai mendayung. Padahal baru sekali dayung ia sudah menurunkan kedua kakinya.
"Oke.. Shilla, Rileks" gumamnya lagi menyemangati diri sendiri.
Ia coba dayung lagi dan akhirnya bisa walau oleng-oleng. Gadis itu terus mendayung dengan cepat dan mulai seimbang ia mengukir senyum penuh percaya diri. Ia ingin memelankan laju tapi ia tidak tau harus bagaimana, saat hampir masuk ke parit ia menekan kedua rem dengan kuat dan..
Brug
"Auuh, sakiit..."
Ia terjatuh di samping paret di timpa sepeda berat ayahnya. Tubuhnya yang putih mulus tergores hingga mengeluarkan darah di beberapa bagian. "Aduuh, sakit banget" keluhnya ingin menangis. Ia tak bisa menggeser sepeda berat ayahnya karena sekujur tubuhnya nyeri dan kepalanya pusing karena panasnya hari.
Namun Shilla segera menoleh saat sepeda itu di berdirikan oleh seorang laki-laki. "Kau gakpapa?" Tanyanya sambil membantu Shilla berdiri.
Shilla mengangguk, "makasih ya"
"Lututmu banyak kali darahnya, kita ke cafe depan sama aja ngobatinya" katanya berjalan duluan membawa sepeda Shilla sedangkan Shilla hanya menurut berjalan dengan tertatih. Dari belakang Shilla melihat sekujur tubuh laki-laki itu basah oleh keringat.
"Eh Shilla, kamu kenapa?"
Shilla segera duduk di kursi Cafe dan badannya langsung diperiksa oleh Dara-sahabatnya di ikuti Laki-laki yang menolong Shilla tadi duduk di ujung meja Shilla.
"Aku jatuh, belajar naik sepeda duuh sakit banget" keluhnya.
"Pande-pandean banget sih belajar sendiri. Bentar aku ambilin es sama plester" Shilla mengangguk.
Ia mengalihkan pandangannya kedepan melihat laki-laki itu yang sedang melihat menu makan dan menuliskannya di kertas lalu menatap Shilla.
"Kau mau pesan?"
"Oh, engga. Lanjut aja." Kata Shilla.
Laki-laki itu mengangguk lalu pergi menuju meja kasir memberi kertas berisi pesanannya dan membayar.
Ia kembali duduk di samping Shilla. Mereka berdua diam mendengarkan lagu Korea. Cafe tempat sahabatnya bekerja ini memang Cafe ala Korea. Mulai dari Desain cafe, makanan, minuman dan lagu yang diputar adalah lagu dari Korea Selatan.
Dara datang membawa es dan obat. Ia duduk di sebelah kiri Silla dan mulai mengompres luka Shilla. "Kalo mau latihan tunggu adekmu. Biar di awasin"
"Engga ah, dia bukannya ajarin malah ngejek aku tau"
Dara hanya mengembuskan napasnya lalu melirik ke arah laki-laki di samping kiri Shilla yang sibuk mengipasi badannya dengan buku menu.
"Tuh cowok siapa?" Bisik Dara.
Shilla ikut melirik, "engga tau. Dia nolongin aku."
Dara dengan segala penasarannya mulai membetulkan mimik suaranya.
"Eh, makasih loh udah nolongin Shilla"
"Oh iya, aman"
"Kamu baru pindah kesini ya? Ga pernah keliatan soalnya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Medan & Kisah Kita
ChickLitTentang kota metropolitan Medan dan caraku membahagiakanmu