4. Liar Angin

2 2 0
                                        


"Nah disini, Ranu" Shilla menunjuk sebuah pohon rindang yang dibawahnya dikelilingi tempat duduk keramik yang luas.

Setelah turun shilla langsung membuka sepatu putihnya lalu mengambil sapu kecil yang bertengger di bawah pohon, gadis itupun menyapu keramik dari dedaunan hingga bersih.

Ranu yang melihat lantainya sudah bersih mengambil makanan dari sepeda motor lalu ikut duduk didepan Shilla.

"Wah, enak kali disini. Sejuk" komentar Ranu.

"Nah bener kan, aku pernah liat orang duduk-duduk disini dari kandang kuda sana" Shilla menunjuk kearah depan sekitar 100 meter jarak mereka dan kandang kuda Cendikia Stable bahkan cafe Dara pun masih terlihat dari sini. "Dari dulu aku pengen main kesini tapi ga ada temen. Liat deh kesana kubah masjidnya keliatan sampe sini"

Shilla beralih kebelakang, terlihat sebuah kubah masjid bewarna kuning keemasan yang mencolok di antara pepohonan dan perumahan disekitarnya.

"Megah kali ya, enak kali disini"

"He'um. Yaudah yuk makan, nih minuman kamu tadi" Shilla menyerahkan Boba Ranu lalu ia membuka kemasan pada makanan mereka.

Ranu menerima ttopokki sebagai makanan pertama mereka.

Melihat raut muka Ranu membuat Shilla tak tahan untuk tertawa, "kenapa? Pedes?"

"Woah, sikit shh hahhh" katanya.

Shilla kembali tertawa, "nih minum dulu" Ia menyerahkan minuman Boba milik Ranu.

Tak butuh waktu lama mereka telah menghabiskan jajanan dan minuman.

"Aku kenyang banget"

"Sama lah, enak kali jajannya"

"Nah bener kan, makanya sesekali beli jajan ke pajus" usul Shilla yang diangguki oleh Ranu.

Ting

Ranu merogoh ponselnya dari saku.

Devano Wijaya
Latihan nembak ya besok aja ya, berkas gue belum kelar-kelar njir

Ranu
Oke cuk

Ranu urung memasukkan ponselnya saat melihat Shilla melihat kearah kubah. Rambut gadis itu tergerai dibawa angin hingga membawa wangi nya ke penciuman Ranu.

Diam-diam Ranu memotret Shilla dari samping. Sangat cantik dan aestetik. Ia lalu memasukkan ponselnya kedalam sakunya kembali.

"Kau mau buru-buru nya pulang?"

Shilla menoleh, "Engga, kenapa? Kamu buru-buru?"

Ranu mengambil tasnya, menaruhnya di depan lalu memposisikan kepalanya diatas tas iapun rebahan. "Hahh, enggak. Si Devan chat gajadi nembak hari ini berkas-berkasnya belum siap. Woahh, enak kali lah suasana dibawah pohon ini" katanya.

Shilla tersenyum. Gadis itu mengambil Tote bag pink nya lalu memposisikan tas dan kepalanya disamping kepala Ranu. Mereka berdua rebahan menatap langit-langit yang berhiaskan ranting pohon, dedaunan, sinar matahari yang mengintip dan lautan awan yang bergulir pelan.

Di diamnya mereka berdua, suara musik dari cafe tempat Dara berkerja samar-samar terdengar. Namun kali ini tidak dengan lagu Korea seperti biasa, namun lagu dari Feby Putri berjudul Liar Angin. Lagunya yang mengalun indah menambah kesejukan bagi mereka berdua. Lantai keramik yang dingin ikut andil menambah dingin di tubuh mereka berdua, seolah panas terik diluar seolah hanya sebatas pajangan poster saja.

"Sekarang kayak gini kita, menikmati kesejukan, mengesampingkan masalah yang ada dan enggak tau beberapa hari atau jam kedepan kita akan kayak mana"

Shilla mendengarkan Ranu berbicara. Laki-laki itu tampak menunjukkan jadi dirinya yang sedang bijak-bikaknya, mungkin terbawa suasana yang Shilla jujur sangat menenangkan saat ini.

Medan & Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang