Terlilit Hutang

369 23 4
                                    

Aku menghabiskan banyak waktu kali ini. Informasi yang perlu diproses cukup banyak. Mengunduh semua bukti transaksi itu bukan kerjaan mudah.

Aku takut kehilangan akses akan akun ini. Jika hilang maka harapan kami juga sirna. Aku harus mengumpulkan semuanya selagi sempat.

Untunglah kali ini semuanya bisa berjalan lancar. Aku mengumpulkan semua daftar transaksi tanpa ada yang tersisa. Menyimpannya pada dokumen online untuk mengantisipasi rusaknya file ini secara sengaja ataupun tidak.

Aku rasa abang Melinda ini memang suka berinvestasi. Tercatat beberapa transaksi crypto dalam jumlah besar setiap bulannya. Seolah ia menghabiskan setengah gajinya hanya untuk investasi ini.

"Apakah sudah ada titik terang?" Halim yang cuma melihat dari tadi tampaknya aku sudah menyelesaikan pengumpulan data ini.

"Belu, masih perlu diperiksa. Dan aku perlu bicara dengan ayahku perkara ini"

"Ah ya, aku lupa. Padahal itulah tujuan utama aku mencari ayahmu tadi" lanjut Halim.

Dia paham kalau ini terlalu besar untuk diselesaikan oleh sipil seperti kami. Kami butuh beberapa informasi terutama terkait sumber dananya. Dan ini hanya bisa dilakukan pemerintah. Itulah kuasa pemerintah, mereka bisa meminta perusahaan membuka data tertentu selama berada dalam yurisdiksi pemerintahannya.

Itu adalah hal yang tak kami miliki sekarang, setidaknya kami butuh bantuan orang-orang yang memiliki akses ke sana. Ayahku atau ayah Halim contohnya.

"Oke, mungkin itu dulu. Kami akan mengabari Melinda nanti jika ada perkembangan"

Aku bangkit dari kursi itu. Meskipun kursinya adalah kursi gaming yang terkenal empuk itu, namun duduk berjam-jam di sana tetap saja membuat punggung agak pegal. Aku salut dengan mereka yang dapat duduk belasan jam di tempat seperti ini. Belum lagi efek kerlap-kelip lampu RGB yang bisa bikin kejang ini.

Aku tak menyangka akan selama ini. Namun semuanya terbalas, aku dapat segudang informasi dari sini. Tak lupa bukunya juga kupinjam untuk mencari apakah ada tulisan menarik lainnya yang mengarah pada kasus ini.

"Apakah kasus ini tidak bisa dilaporkan sebagai penipuan?" tanya Halim tiba-tiba.

"Tidak, transaksi mereka sah. Dia meminjam uang dalam nominal yang pas sesuai dengan uang kripto yang dikirim. Yang membuat rugi adalah perubahan harga ini, kita tak punya dalil untuk menuntut pemberi utang maupun penjual NFT nya"

Jika ada unsur penipuan di sini tentu semuanya akan lebih mudah. Kami tinggal melaporkan pada unit polisi yang lebih tinggi saja untuk segera diproses. Tak ada delik yang bisa dituduhkan pada orang ini. Itulah masalahnya sekarang.

--

Ah, aku tak tahu harus berkata apa lagi. Ini seperti ikan-ikan yang kompak makan umpan yang sama. Halim membawa seseorang yang aku kenal. Atau tepatnya yang aku tahu.

Dia adalah Putra, dari kelas sebelah. Nama lengkapnya adalah Cahdadi Saputra dan ia benci dengan nama awalnya itu. Terdengar kolot katanya.

Apa yang membuatku nyaris ternganga adalah kasus yang ia alami. Putra ternyata terjebak pinjaman online juga. Halim tampaknya membawa satu persatu orang terkena masalah ini seakan aku adalah dokter yang bisa meringankan bebannya.

"Jadi, kamu pinjam uang lewat internet?"

"Aku sebelumnya dapat pesan di ponsel tentang pinjaman online tanpa bunga. Dia meminta alamat dompet uang kripto milikku dan langsung mengirimnya ke sana. Ada sekitar sepuluh juta. Ini jelas menarik, karena saat itu juga ada NFT yang sedang diskon. Itu adalah NFT gambar bulu hidung yang terjual seratus juta dulunya. Sekarang malah dijual sepuluh juta"

Detektif Kode #2: NFT SilumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang