Dua orang ini menyeruak cukup dekat. Penuh perhatian pada layar laptop yang menjadi tempat presentasiku itu.
"Jadi begini, agar kita tak melenceng terlalu jauh dan agar memiliki satu pandangan yang sama. Aku akan menjelaskan mengenai data gathering ini dulu"
Tak ada sanggahan dari mereka berdua jadi aku melanjutkannya lagi.
"Seperti kukatakan sebelumnya, aku mencari informasi mengenai abangmu. Itu sangat mudah, aku cuma perlu melihat akun facebook dan mencari rekomendasi interaksi kalian. Aku bisa menemukan akun abangmu dengan mudah"
"Dari sana aku bisa menemukan akun yang lain walau tak memakai nama asli sekalipun" jelasku lagi.
"Bagaimana caranya?"
Halim terlihat penasaran dengan teknik yang kulakukan ini. Ini adalah cara sederhana dan bisanya dilakukan penegak hukum untuk mencari pelaku tertentu di dunia maya.
"Oke, jadi begini. Biasanya orang mencantumkan nomor teleponnya di salah satu dari banyak sosial media mereka. Aku beruntung menemukannya di facebook"
Aku menunjukkan nomor telepon abang Melinda di bio facebook itu. Keduanya tampaknya paham apa yang ku maksud.
"Selanjutnya, ada hal unik dari sosial media. Secara dasar fitur ini biasanya selalu aktif, yaitu mencari akun pengguna berdasarkan email ataupun nomor teleponnya. Di sini aku mencoba mencari nomor ponsel ini di twitter dan ketemu"
Aku menunjukkan akun trwitter yang diduga milik abang Melinda itu. Dia tak mengguhnakan nama asli, namun hasil pencarian nomor telepon selalu menampilkan akun tersebut.
"Ketiga aku menggunakannya juga di Instagram. Aku berhasil menemukan satu akun lagi. Dan akun ini juga tak memiliki nama asli"
"Ah, jadi secara default kita bisa mencari berdasarkan nomor telepon ya?"
"Yep, kecuali jika penggunanya mengatur di bagian privasi" terangku lagi.
Ini adalah hal kecil yang tak banyak orang tahu. Kadang mereka heran kenapa ada orang bisa menemukan akun anonim mereka. Inilah contohnya. Dari sebuah informasi, maka bisa didapat ratusan informasi lainnya.
Ini adalah tahapan yang agak lama dalam dalam hacking. Tahapan ini dikenal sebagai tahap Reconnaissance. Bisa digunakan untuk mencari informasi awal, jangkauan jaringan, jejak digital yang tersisa.
"Berarti semua hal bisa dilacak kembali ya?"
"Yep, itu disebut sebagai jejak digital. Ini bisa saja abadi bisa tidak. Tergantung undang-undang yang mengatur. Di Eropa contohnya, mereka memiliki aturan perlindungan data di mana kita bisa meminta suatu perusahaan menghapus data pribadi kita. Termasuk segala sesuatu yang dikumpulkan dari akun kita. Menarik bukan?"
Aku sedikit terbawa suasana dalam pembahasan ini sampai-sampai hampir lupa dengan tujuan yang lebih penting.
"Ah kembali lagi ke data yang kutemukan. Kalian bisa lihat ini"
Aku memperlihatkan tangkapan layar percakapan publik abang Melinda dengan seseorang. Aku curiga orang ini adalah dalang dibalik hilangnya abang Melinda.
"Orang ini Bernama Eko Tedja. Dia kerap berinteraksi dengan abang Melinda. Sebelumnya aku memeriksa biografinya di situs profesional dan tampaknya dia bekerja di perusahaan yang sama" Aku mulai menjelaskan duduk permasalahan ini. Ini sesuatu yang menarik aku rasa.
"Dia berhenti kerja enam bulan yang lalu, sering cekcok dengan akun palsu abang Melinda. Dari yang kulihat tampaknya akun palsu itu pernah menghina orang ini dengan mengata-ngatainya miskin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Kode #2: NFT Siluman
Misterio / SuspensoDua tahun setelah kasus pencurian cryptocurrency itu dan pelaku masih bebas. Kali ini masyarakat heboh akan NFT dengan harga fantastis itu. Ratusan ribu orang mulai ikut investasi di sana, namun berakhir dari kerugian dan hutang yang besar. Kasus pe...