6. keputusan dan pertemuan

208 34 1
                                    

Hai, hai, hai! Rara disini! (/^▽^)/

Ini adalah bab ke enam, yey.

Dan bersiap, kita akan memasuki plot!!

Selamat membaca ヽ(*≧ω≦)ノ

______________________________________

Suara langkah kaki terdengar samar diantara rintikan hujan, seorang pria dengan tudung coklat berjalan melewati kota yang sepi. Ditangannya terdapat sebotol alkohol mahal, langkah kakinya tenang dan anggun seolah tak ada beban.

Cale, pemilik langkah kaki itu berjalan menuju daerah kumuh. Satu-satunya daerah yang tidak pernah dia kunjungi.

Daerah tempat dimana orang paling miskin tinggal. Cale tidak pernah menyukai tempat ini sekali pun, dia tidak pernah.

Karena baginya tempat ini................ membuat perasaannya buruk.

Ketika mereka kesulitan hanya untuk sepotong roti, Cale membuang sepiring steak.

Ketika mereka kedinginan dibawah atap yang bocor, Cale mengabaikan kehangatan rumah miliknya.

Tidak ada kata mudah untuk hidup mereka.

Tertindas, dibully dan disisihkan, tapi mereka menjalankan hidup dengan sungguh sungguh.

Sedangkan dirinya? dia dapat mendapatkan apapun dengan mudah.

Tak adil untuk mereka yang terus berjuang namun kebaikan tidak juga kunjung datang.

Cale membenci dirinya, membenci fakta bahwa dialah yang terlahir sebagai bangsawan.

Langkah kakinya terhenti saat ia melihat rumah dengan lampu yang masih menyala, tidak seperti rumah-rumah lainnya.

Rumah yang Cale tidak tahu apakah layak untuk disebut rumah, tiang kayu yang reot, atap yang hampir tidak tertutupi, tempat yang saling berhimpitan dengan yang lain. Cale bahkan berpikir jika angin bertiup kencang rumah itu akan rubuh.

Tapi ada yang menarik perhatiannya. Terdapat sebuah kelurga di dalam rumah yang sempit itu.

Sebuah keluarga dengan anggotakan empat orang, seorang ibu, ayah dan dua orang anak, yang lebih tua sepertinya laki-laki sedang yang lebih muda adalah perempuan.

Cale dapat melihat melalui jendela rumah mereka yang sudah tidak layak. Dia melihat mereka duduk melingkar dimeja makan dan melahap makanannya dengan bahagia walaupun itu hanya semangkuk bubur yang tampak buruk, sesekali Cale mendengar suara percakapan yang diselingi tawa bahagia.

Cale memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya, dia memutuskan untuk melanjutkan jalan.

Bahkan ketika bingkai yang patah diperbaiki, itu tak akan pernah kembali seperti semula.

Cale tidak bisa memperbaiki hubungannya yang hancur dengan ayahnya.

Tidak bisa ada 'dia' dalam kata keluarga.

Karena Cale telah menghancurkannya sejak itu mulai retak.

"Aku bahkan tidak pantas mengeluh ketika aku tidak pernah mencoba" gumamnya.

(Dia mencoba, tapi itu tidak sampai)

Cale menatap dua anak kucing berwarna perak dan merah, kedua anak kucing itu memeluk tubuh satu sama lain, mereka berusaha menghangatkan tubuh satu sama lain, walaupun sepertinya itu tidak terlalu berpengaruh, keduanya masih kedinginan.

Cale berjalan mendekati mereka yang berada dekat tempat sampah.

Kucing yang perak mengeram kerahnya dengan wajah waspada, sedangkan kucing merah hanya mengeong pelan.

the first young master of a noble familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang