Bagian 7

1 2 0
                                    

"Hai, apa kabar? Selamat ulang tahun, kesayangannya om ganteng."-Arzio Keenandra

Di rumah sederhana ini lagi, Viola kembali tinggal sendiri. Entah untuk berapa lama ia akan tinggal sendiri.

Sebenarnya, Viola tidak mau tinggal sendiri saat ibunya menyuruh ia untuk tinggal sendiri pada umur 10 tahun. Ia ingin tinggal bersama keluarganya yang lain. Namun, ia tidak tahu apa yang terjadi saat itu, semuanya terlihat tidak peduli padanya.

Malam yang hening, ia tinggal di lantai bawah tanah di rumah itu.

"Pa.. sampai kapan Viola harus hidup kayak gini?" Viola memandang sebuah foto ayahnya yang berpakaian gagah yang terlihat sudah sobek pada bagian sisi foto.

Foto ayahnya itu ia temukan di dalam laci kamar ibunya saat ia sedang mencari sang ibu. Ia mendapati foto ayahnya yang sudah dalam kedaan sobek seperti itu.

"Viola kesepian Pa, rasanya Viola gak mau ada di dunia ini." Matanya berkaca-kaca.

"Mama baik, Mama hebat udah ngerawat Viol sama Alden seorang diri. Tapi, Viola kurang rasa kasih sayang orang tua. Mungkin Alden juga sama." Air matanya akhirnya terjatuh. Membasahi pipi lembutnya.

"Setiap kali liat keluarga Tasya, Alden selalu bilang andai Papa masih ada, mungkin dia juga bisa bercanda kayak apa yang dilakuin Tasya sama om Ardi. Viola ngerasa sakit setiap Alden bilang gitu. Viola rasanya mau nangis, tapi Viola gak bisa. Viola harus kuat, biar bisa ngasih contoh buat Alden." Ucap Viola terisak.

"Pa.. Viola kangen Papa.." Lirihnya dengan air mata yang semakin membasahi pipinya.

Sungguh, Viola begitu rindu kepada ayahnya. Rindu, namun ia benar-benar tidak bisa mengingat momen-momen terakhir saat ayahnya meninggalkan dirinya dan keluarga untuk selama-selamanya.

"Maaf.. Viola gak bisa inget momen terakhir sama Papa. Maaf.." Ucap Viola, ia benar-benar merasa tidak berguna sebagai seorang anak.

Ddrrtt..

Suara notifikasi pada handphonenya berbunyi. Viola mengusap air matanya, dan mengambil handphone di atas nakas.

"Alden?" Gumam Viola melihat pesan panjang yang dikirim adiknya itu.

"Hi Kak, how are you at the moment? Are you cold? I thought it was night." Viola yang membacanya tersenyum.

"Oh yeah, while I was waiting for Mama to get to go to the airport, I had time to go to the security post at home. There was a lot of paper there, I saw a box too." Viola yang membacanya menjadi serius, kedua alisnya tertekuk dengan sendirinya.

"I thought it was a delivery for you, but because Mama was so possessive, didn't tell you? I told you because I was afraid it was important. Who knew that from your boyfriend, right? Haha, I'm kidding." Viola terlihat geram saat membaca bagian itu.

"Look over there, Mama doesn't know I sent you a message like this. Have a good rest, I do not know when we will meet again, but I will still love you. Good night, sweet dreams. Bye!!" Itulah pesan terakhir yang Viola baca. Sungguh, apakah Tuhan sedang menyiapkan sesuatu yang indah untuk mereka berdua sehingga mereka harus melewati semua ini? Sungguh, semuanya hanya Tuhan yang tau.

"Hi Boy! Apakah disana pagi saat ini? Ya, disini sudah malam. Thank you very much for the information. I hope you're okay there with Mama. I love you too, even more than you. Have a great day!"

Viola membalasnya. Setelah itu ia kembali memikirkan apa yang Alden bilang.

"Kertas? Kertas apa?" Gumam Viola.

Behind In HitorimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang