2 jam berlalu begitu saja, menghasilkan keringat dimana-mana. Viola duduk di bangku besi yang tersedia di pinggir lapangan.
Sedangkan yang lainnya, ada yang langsung pergi ke kantin dan ada juga yang masih asik bermain di lapangan.
"Gue mau ngambil minum ke kelas. Lo mau ikut?" Ucap Tasya menghampiri Viola.
"Nggak deh. Gue nunggu disini aja." Ucap Viola.
"Oke." Tasya melenggang pergi bersama beberapa temannya ke kelas.
Sera pergi ke gedung olahraga untuk bermain badminton, sedangkan Gilang, Darwin dan Leo sibuk membagi tim dengan teman-teman sekelasnya untuk bertanding basket.
"GUE SAMA GILANG!" Ucap Darwin dengan semangat memegang lengan Gilang seperti tidak ingin dipisahkan.
"GAK LAH! Kita suit dulu!" Ucap teman sekelasnya.
"Gak usah. Kita pilih aja. Gue sama Gilang." Ucap Darwin.
"Kita suit. Kalo gak mau lo gak usah ikutan aja." Ucap Leo membuat Darwin menatap nya tajam.
"Gue tuh hari ini gak punya feeling bakal menang!" Ucap Darwin blak-blakan.
"Ya gapapa lah. Kita kan sekelas. Kita cuman main doang." Ucap Gilang.
Darwin tidak menyaut. Wajahnya menggambarkan ia sedang berpikir.
"Gimana kalo kita tanding sama IPA 1?" Ucap Darwin mampu membuat semua temannya menekuk kedua alis mereka.
"Gak usah deh. Males gu—" Belum sempat Leo selesai bicara Darwin sudah lebih dulu memanggil seseorang dari kejauhan.
"Woy! Tanding basket mau gak?" Ucap Darwin. Hal itu membuat Rayhan yang Darwin panggil hanya menatapnya dingin.
"AYO! Kalo lo pada kalah, kalian traktir kita di kantin." Ucap anak IPA 1 membuat Darwin tersenyum menampakkan giginya.
"DITERIMA!" Ucap Darwin tanpa kesepakatan dari teman-temannya membuat mereka melototinya.
"Gila emang lu Win." Ucap Leo terkekeh.
"Guys! IPA 1 sama IPA 3 mau tanding. Kita butuh penonton nih!" Ucap anak IPA 1 membuat para siswi-siswi lain bahkan dari kelas lain yang tidak sengaja melewati lapangan seketika berbondong-bondong ke pinggir lapangan.
Viola mendengarnya. Ia menatap Rayhan yang sedang berbicara dengan temannya untuk mengajak Rayhan untuk ikut bertanding.
Cowok itu ikut berkumpul ke tengah lapangan. Membuat kebanyakan siswi disana bersorak senang. Tidak biasanya Rayhan mudah untuk diajak ikut bermain basket.
Viola sadar lapangan tersebut sudah menjadi tontonan ramai. Ia memasang wajah malas.
"Cih." Lirih Viola. Ia pun memilih untuk pergi ke kelas.
Sebelum benar-benar melangkahkan kaki, ia kembali menatap Rayhan. Disaat yang sama Rayhan menatapnya. Mungkin jika perempuan lain yang berada di posisi Viola, mereka akan senang tidak karuan. Namun berbeda dengan Viola, ia memasang wajah malas dan mulai pergi menjauh dari lapangan.
Rayhan masih menatap Viola. Ada yang tidak beres dengan raut wajah perempuan itu.
Gilang sadar akan tatapan Rayhan yang tertuju kepada Viola. Ia pun memasang wajah kesal tanpa sadar.
"Gue gak jadi ikut main basket." Ucap Rayhan kepada yang lain.
"Loh? Kenapa? Baru juga mau mulai." Ucap teman sekelasnya.
"Jangan sampe penggemar lo diembat sama gue." Ucap Darwin mampu mendapat pukulan ringan dari Leo.
"Gue ada urusan. Gue gak bisa." Ucap Rayhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind In Hitorima
Ficción GeneralHidup di dalam banyaknya tanda tanya apakah menyenangkan? Orang tua yang merupakan manusia sedarah bahkan seperti orang asing yang hanya hidup bersama. Viol panggilannya, gadis remaja yang merupakan murid baru HHS atau lebih tepatnya Hitorima High...