Selama latihan Jeff tidak bisa fokus, kepalanya dipenuhi rasa bersalah sehingga mempengaruhi performanya latihan kali ini. Di game 3 on 3 kali ini, timnya sudah tertinggal jauh sehingga tak jarang ia mendapat umpatan dari rekan timnya maupun pelatih yang megawasinya. Beruntungnya, ia sudah mendengar adzan yang menunjukkan masuk waktu maghrib sehingga latihan dihentikan mengingat mayoritas teman-temannya harus menunaikan kewajibannya."Jeff fokus! Kita ada sparing minggu ini" peringat pelatih sebelum membubarkannya.
Selesai mengganti jerseynya Jeff segera izin cabut pada Egi yang sedang menunggu Raihan dan anggota teamnya yang lain menunaikan kewajiban mereka sebagai muslim.
"Balik duluan gue" Egi menggangguk acuh, meskipun biasanya mereka akan mampir ke angkringan setelah latihan seperti ini tapi Egi sangat paham ada yang mengusik MVP fakultasnya itu.
1492 (3) 🔇
Juno : @Jeff balik jam brp lo
Juno : gue laper
(17.03)Juno : ck
Juno : gue mau gopud, mau gak @Sella
(17.55)Juno : ANJIR NI GROUP GAK ADA ORANGNYA?!
Setelah mendumal di group, akhirnya Juno memutuskan untuk membeli makan malamnya sendiri.
CTANGG
Terkejut, Juno segera mengecek sumber suara, ia sedikit merinding karena biasanya jika Jeff latihan sampe larut malam ia akan memilih menumpang di kontrakan Joni sampai Jeff pulang atau berkegiatan di luar apartemen namun berhubung amanah Jeff yang mengharuskannya pulang ia jadi harus berada di apartemennya sore ini.
Perlahan Juno keluar dari kamarnya, seingatnya Sella langsung mengurung dirinya di kamar saat sampai tadi. Juno memperhatikan pintu kamar Sella yang bisa ia lihat, tidak ada suara dari sana. Mengedarkan pandangan, perlahan ia berjalan ke ruang tengah melihat lampu dapurnya hidup.
CIIIIIIIIITTTTT
Nyaring suara air mendidih kembali mengejutkannya, Juno berteriak yang mengakibatkan sosok di depannya ikut panik hingga genggamannya pada panci mengendur untung saja panci mendarat dipinggir kompor dan hanya menyipratkan sedikit air.
"ANJIR WOI- huft untung gak tumpah" keluh Sella, mendelik pada Juno yang sudah mendekatinya.
"Lo bisa masak?" Judge Juno begitu saja, ia bahkan melipat tangannya.
"Menurut lo?" Jawab Sella acuh. Juno melirik wajan berisi saus bolognese dan pasta yang baru sedang di cek kematangannya oleh Sella, Juno meraih sendok dan mencicipi saus bolognese, sulit dipercaya pikirnya.
"KOK LO MA-" Sella menciut setelah Juno melebarkan matanya.
"Ekhem, hmm, masih bisa diterima. Gue mau" ucap Juno setelahnya. Sella memutar bola matanya, ia dapat melihat jelas Juno suka dengan masakannya tapi gengsi cowok itu benar-benar selangit.
"UNTUNG gue masaknya banyak" sindir Sella.
"Yaa kalo engga namanya lo gak tau diri"
"Dih?" Gumam Sella, ia sudah sibuk menyatukan saus dan pasta dalam wajan.
"Apa? Mau protes?" Juno yang masih di dekat Sella tentu mendengarnya.
"Iyalah, masih bagus juga gue masak"
"Emang gue nyuruh lo?" acuh Juno, ia berlalu menyiapkan piring dan alat makan. Ya, Juno hanya jago dalam bidang sanitasi tapi untuk masak memasak ia nol besar. Sekedar masak air aja bisa gosong, untunglah sahabatnya, Jeff yang bahkan memiliki sertifikasi chef akibat keimpulsifannya mengikut kelas chef saat liburan di salah satu hotel milik keluarganya, tinggal bersamanya sehingga ia tidak perlu khawatir harus makan delivery foods setiap hari.
Sella kesal bukan main, kepribadian dua sahabat yang tinggal bersamanya sangat kontras, bagaimana bisa Malaikat bisa tinggal bersama Setan dalam satu atap pikirnya. Menghela nafas panjang, ia harus mengendalikan emosinya karena pada kenyataannya kehidupannya di apartemen ini baru saja dimulai.
"Udah belom?" Tanya Juno yang cemberut, di depannya tertata rapi piring, alat makan, gelas serta ceret berisi air putih di meja makan. Memilih tidak menjawab, Sella mengangkat wajan yang sudah terisi spaghetti bolognese andalannya.
"EH TATAKANNYA MANA" heboh Juno saat melihat Sella berniat menepelkan pantat wajan begitu saja diatas meja makan yang berlapiskan lapisan plastik agar mudah dibersihkan. Sella membeku di tempat, tangannya masih setia menahan wajan sedangkan Juno sudah berlari ke dapur mengambil alas wajan kayu di salah satu laci.
"Lo tuh anak teknik tapi bego banget, ini plastik nih kalo kena pantat wajan yang panas bisa bolong. Siniin! Kalo mau naro barang tuh dipikir dulu bisa gak? Padahal ini hal basic-" dan omelan Juno terus berlanjut, setelah menata rapi wajan yang telah dialaskan kayu, repetan Juno masih berlanjut bahkan melebar ke etika menaruh barang di kamar mandi, mencuci baju dan mengepel lantai.
Perhatian Juno akhirnya teralih kepada pintu apartemen yang berbunyi dan memunculkan sosok Jeff yang terlihat kusut. Sella mengucap syukur karena sesi ceramah Juno akhirnya selesai, merasa sudah aman ia menyendokkan spaghetti buatannya ke piring menggunakan sendoknya. Jeff sudah duduk di meja makan dan melihat Sella melakukan pelanggaran, Juno masih sibuk merepeti Jeff yang tidak langsung mandi dan malah bergabung makan, dengan cepat Jeff mengambil sendok disisi lain dan menaruhnya disebelah Sella.
"Lo pake sendok apa ga?" Hardik Juno saat piring Sella sudah terisi penuh, Sella panik, ia tidak sudi diceramahi lagi.
"Sendok baru, tuh punya dia masih ada" bela Jeff yang langsung dihadiahi tatapan haru oleh Sella. Juno memutar bola matanya dan kemudian langsung menyerbu makanan di depannya.
____
"Sel, sorry ya tadi" ucap Jeff setelah acara makan malam mereka selesai.
"Kenapa?" Tanya Sella bingung, ia masih mengemut garpunya.
"Yang tadi di lapangan" selama percakapan Juno hanya diam menyimak.
"Ah santai aja, udah biasa" jawab Sella santai.
"Harusnya gue yang makasih, kalo lo gak ngalihin perhatian mereka bisa jadi ayam geprek gue" kekeh Sella merasa ucapannya lucu sedangkan Jeff dan Juno sama sekali tidak merasa hal tersebut bisa ditertawakan.
Sella ikut terdiam melihat dua roomatenya ini masih membisu dengan tatapan iba, lebih tepatnya Jeff sedangkan Juno terlihat hanya ingin kepo saja. Sella menghela nafasnya, menyingkirkan garpu dari tangannya dan menegakkan badannya.
"Kalian tahu gue siapa kan? Gue yakin sefakultas juga udah pada tahu, hal-hal kaya gini udah jadi makanan sehari-hari gue" Sella melihat Jeff ingin menyela ucapannya, namun ia memberikan isyarat bahwa ia belum selesai berbicara.
"Sekalian gue mau klarifikasi deh, gue gak merasa punya kekuatan yang bisa buat orang-orang disekitar gue sial kok buktinya gue masih punya temen yang baik-baik aja selama sama gue jadi karena kita bakal tinggal bareng kalian gak perlu panik"
"Gak sial tapi ceroboh" celetuk Juno, Sella siap protes tapi Jeff sudah keburu menepuk mulut Juno.
"Lo tuh" sebal Jeff.
"Tenang aja Sel, gue emang tahu rumor yang beredar tentang lo tapi gue juga ngerasa itu berlebihan banget kok lo gak perlu khawatir. Sorry banget kalo gue kesannya ikut campur, tapi lo gak mau coba speak up aja? Gue bisa bantu-" sambung Jeff.
"Gak perlu, gue ngerasa gak ada gunanya menjelaskan siapa gue 'yang sebenarnya'. Tapi kalo lo merasa kasihan sama gue dan mau gue baik-baik aja caranya gampang banget kok"
Jeff melirik Juno yang masih diam menyimak.
"Apa?"
"Don't interact"
"Maksudnya gimana?"
"Di kampus pura-pura gak kenal gue, dengan begitu gue yakin gue bakal baik-baik aja" jelas Sella.
- to be continued -
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartemen 1492
RomanceSi ceroboh Sella bertemu dengan 2 sahabat kecil, Jeffiar dan Marjuno, di satu apartemen yang sama. Apa yang akan terjadi pada mereka?