Bab 11

6 1 0
                                    


Halo sheyeng sheyeng nya authoor😘😍
(Aga alay mmg)
I'm backk!!

Gimana kabar kalian?
Semoga sehat selalu yaa orang baik :)

Diatas itu cuma ilustrasi yaa..
Kalau kalian punya imajinasi sendiri it's oke😉

Happy reading ❤️
Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak.

•••

Ajeng tersenyum kearah Gesang.

"Saya sudah pernah kesini mas."

Kalimat itu membuat Gesang mengangkat kedua alisnya "Oh ya? Saya kira reaksi kamu juga begitu, karena ini kan masih berada di hutan desa. Tidak mungkin kamu tidak mengetahui tempat seindah ini. Ya.. meskipun letaknya memang agak jauh."

Ajeng tertawa kecil. Ia memungut sebuah daun jati yang lumayan besar. Lalu meletakkan pada sebuah ayunan sebelum ia mendudukinya.

Ajeng mundur beberapa langkah, lalu melepas kontak kaki dengan tanah. Ayunan kayu itu berayun kencang, menyebabkan banyak buliran air dari pohon jatuh kebawah menerpa Ajeng. Si gadis tertawa lepas karena wajahnya yang basah.

"Dulu waktu masih umur sepuluh tahunan, saya suka main kesini sama teman-teman, sama ibu bapak juga. Karena mereka kebetulan punya kebun jahe dan kencur dekat sini yang sekarang sudah dipindah dekat rumah."

Gesang duduk di sebuah kayu besar yang kanan kirinya sudah banyak ditubuhi jamur. Ia bersiap mendengarkan cerita gadis di depannya.

"Waktu itu kita berempat bermain ke sini, tanpa bapak dan ibu. Tanpa izin juga, kita hanya bilang akan bermain ke tetangga dekat rumah. Karena orangtua kami sedang sibuk ke sawah dan kebun masing-masing, jadi kita memutuskan bermain yang jauh sekalian," Ajeng tersenyum geli mengingat nakalnya mereka waktu itu.

"Lalu kita main di danau itu," Ajeng menunjuk danau di sampingnya. Danau dengan air yang jernih dan banyak tanaman teratai mengapung diatasnya. Jangan lupakan pohon rimbun di sekelilingnya yang menambah kesan teduh.

Ajeng menghentikan sebentar ayunan "Endang saat itu terobsesi ingin mengambil satu bunga teratai. Tebak apa yang terjadi?"

Gesang mengangguk sebentar untuk berpikir "Terpeleset?"

"Parahnya lagi Endang hampir tenggelam," tambah Ajeng.

"Lalu siapa yang menyelamatkan?"

"Alhamdulillah Tuhan mengirimkan pertolongan. Kebetulan tetangga kita yang tengah mencari kayu bakar lewat. Setelah berhasil diselamatkan, kita beristirahat dulu menenangkan Endang."

Gesang terkekeh geli "Nakal, kalian juga tidak izin. Lalu bagaimana reaksi orang tua Endang?"

"Saat itu mbak yu-nya yang dirumah mengomeli. Mbak Lestari pergi ke kebun untuk memanggil bapak ibu Endang. Kami buru-buru pulang sebelum bernasib sama dengan Endang," ucap Ajeng cekikikan.

"Endang suka teratai?"

Ajeng mengangguk antusias "Bahkan setelah kejadian itu dia pernah menanam teratai di tanah," gadis itu menertawakan Endang kecil saat itu.

Tawa gadis di depannya selalu menerbitkan lengkungan di bibir Gesang. Ia suka ketika seperti ini, mengobrol ringan dengan Ajeng. Rasanya..senang saja ketika bersama gadis di depannya ini.

"Kamu sendiri suka bunga apa dek?"

Pemilik surai coklat itu menghentikan kembali ayunannya. Ia menatap tepat di manik Gesang, netra yang selalu membuatnya menahan debaran di dada.

Bring Me BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang