Bab 8

2 1 0
                                    


Happy Reading sayangnya Authorr💕

•••

Hujan baru reda sekitar dua jam yang lalu. Meninggalkan hawa dingin yang tak kunjung hilang. Di samping kanan-kiri rumah sederhana milik Pak Gusti tampak sepi. Penghuni-penghuniya pergi ke acara hajatan yang diadakan salah satu warga.

Tak terkecuali Pak Gusti dan istrinya yang meninggalkan anak gadisnya sendiri di rumah saat ini. Tadinya memang Ajeng diajak, tapi gadis itu menolak. Memilih belajar di rumah karena dingin di luar yang membuatnya makin malas beranjak dari kamar.

Ketukan di pintu membuat Ajeng yang tengah fokus belajar membuatnya berdecak kecil "Pasti ada yang ketinggalan," tebaknya.

"Mau ngambil apa lag--Astaghfirullah.. Mas Gesang kenapa ini?!" Ajeng menuntun Gesang untuk duduk di kursi ruang tamu. Ia membiarkan pintu utama rumah terbuka saja.

"Shh.. digigit ular," Ajeng melebarkan matanya mendengar jawaban  dari Gesang yang terlihat menahan sakit.

"Astaga Mas.. Aduh saya nggak bisa obatin. Sebentar, saya panggilkan Pak Suyut. Mas disini saja ya!"

Ajeng berlari secepat mungkin menuju rumah yang hanya berjarak sekitar beberapa meter dari rumahnya. Beruntunglah Pak Suyut sore itu tengah berada di rumah. Segera saja Ajeng membawa beliau menemui Gesang.

"Mana yang kena gigit?" tanya Pak Suyut pada Gesang begitu sampai.

"Lengan kiri pak," katanya sambil melirik tangannya yang ia letakkan sejajar perut.

"Bagus bagus, lengannya jangan ditaro lebih tinggi dari detak jantung," Pak Suyut meraih tangan Gesang. Beliau mengganjal lengan pasiennya dengan bantal yang kebetulan ada di kursi.

"Jangan banyak gerak. Saya tak ambil tanaman dan buat obatnya. Tidak sampai sepuluh menit, tunggu ya!" Ajeng mengangguk paham sebelum Pak Suyut meninggalkan mereka berdua.

"Mas Gesang disini dulu saya ambilkan minum," kini Ajeng meninggalkan Gesang yang terkekeh ringan.

Gadis itu kembali dengan secangkir air yang langsung ditandas habis si penerima.

"Terima kasih," ucapnya diakhiri senyum manis yang menular pada Ajeng.

"Sama-sama."

Hening mengudara sejenak. Ajeng yang masih terlalu kaget dengan kejadian barusan. Dan Gesang yang memilih diam, meredam rasa sakit yang semakin menjadi di lengannya.

"Gimana ceritanya bisa di gigit ular mas?" Ajeng membuka pembicaraan.

Gesang menghela napasnya sebelum berbicara "Tadi saya ke sungai sendiri untuk mencuci pakaian. Karena tadi pagi yang lainnya sudah mencuci. Kebetulan aliran sungai di dekat markas lebih deras dari biasanya, mungkin karena tadi siang hujan lebat. Jadi saya memutuskan untuk mencari aliran yang agak kecil," Gesang menjeda sebentar.

"Ternyata ada di dekat desa. Saya memutuskan untuk mencuci disitu, di dekat pohon besar. Tanpa saya sadari, ada ular pohon yang..lumayan juga lalu menjatuhi saya."

"Astaga.. jadi mas Gesang dijatuhi ular?" Pertanyaan retorisnya mendapat anggukan dari lawan bicaranya.

"Hati-hati ya mas, kalau kata orang-orang itu bisa jadi pertanda buruk. Tapi saya tidak mendoakan yang demikian, cuma mewanti-wanti saja," jelas Ajeng takut lawan bicaranya salah paham.

Gesang tersenyum tipis "Terima kasih Ajeng," saat menyebut nama gadis itu, Gesang merasakan hangat tersendiri di hatinya. Tapi ia tak terlalu mengiraukan, mungkin itu hanya rasa nyaman yang ia dapat ketika mendapat pertolongan dalam keadaannya yang seperti sekarang.

Bring Me BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang