BAB 18

2 1 0
                                    

Happy Reading ❤️

•••

"AJEENGGG!!"

"Ehh.. awas itu panci panas!" tegur Ajeng pada Lastri yang datang. Hampir  saja Lastri menginjak panci berisi adonan aci.

"Dimana-mana orang bertamu salam dulu, bukan teriak-teriak," sindir Gemi.

Lastri yang peka segera mundur beberapa langkah, lalu kembali menuju pintu dapur "Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Darimana saja kamu?!" sembur Gemi pada rekan satu kelompoknya itu.

"Ya maaf, tadi masih disuruh ibu beli micin, sekalian meminjam lumpang dan alu," jawabnya dengan merengut.

"Ngapain pinjam, wong aku sudah punya," Ajeng mengendikkan dagu ke pojok dapur, tempat benda yang ia maksud.

"Iih kok kamu ndak bilang?! Susah-susah aku bawanya kesini, berat loh," keluh Lastri.

"Ya sudah nanti pakai punyamu saja, sini langsung gabung."

"Bagian apa ini aku?" dengan sisa rasa kesalnya, Lastri ikut bergabung.

"Ya itu, kamu haluskan sekamnya pakai lumpang dan alu."

Seperti yang kalian tau, mereka membuat briket lagi. Sebenarnya hasil Ajeng dan Gesang kemarin sudah cukup untuk bahan presentasi di kelas nanti. Ajeng berniat untuk memberi tau Gemi dan Lastri bagaimana prosesnya.

Tapi tadi pagi Gemi datang dengan sekantung sekam dan berkata "Ayo Jeng bikin tugas praktek."

Kebetulan Ajeng nganggur, dia terima saja ajakan temannya. Soal lumpang dan alu Lastri itu juga salahnya, belum memberi tau Lastri.

"Ini adonan aci buat apa Jeng?"

"Itu untuk perekat saja," kata Ajeng sambil mengayak hasil tumbukan sekam.

"Aku tadi curiga kalian bakar dapur, mangkanya aku teriak-teriak. Kenapa dapurmu dipenuhi asap begini?" ungkap Lastri.

"Ya memang habis bakar sekam."

Seperti yang dirasakan Lastri, Bu Mirna datang ke dapurnya dengan ekspresi curiga.

"Bikin apa ini? Kok asapnya kemana-mana," Bu Mirna melepas caping di meja, lalu meletakkan keranjang sayur di meja.

Gemi dan Ajeng segera menyalimi si  tuan rumah "Briket dari sekam bu, untuk tugas praktek," ucap keduanya.

"Oalah.. ya sudah nanti jangan lupa dibereskan," pesan ibu.

•••

Ketiga gadis itu tampak keluar dari dapur dengan nampan di setiap orangnya.

"Tahap terakhir, penjemuran!" seru Ajeng.

"Tapi jemurnya jangan dibawah matahari langsung, nanti retak. Nah, disini saja!" Ajeng menunjuk tempat di sebelah rumahnya.

"Kalau tahap ini, serahkan saja ke aku. Nanti aku bawa kedalam kalau sudah kering. Sekarang kita istirahat dulu di dalam," ajak Ajeng pada tamunya.

"Jeng aku langsung pulang saja ya. Tadi disuruh ibu ikut ke desa sebelah, jenguk budeku baru saja lahiran," pamit Gemi.

"Loh.. nggak kedalam dulu sebentar? Ibu tadi bikin kolak."

Gemi menggaruk pipinya "Ee.. tidak usah Jeng--"

Ajeng yang peka segera menggandeng Gemi ke teras "Tunggu sini, aku bungkusin kolak dulu," katanya pada Gemi.

"Aku jagain Gemi-nya Jeng, siapa tau nanti digondol meong," Lastri terkikik dengan kata-katanya.

"Ngada-ngada kamu."

Bring Me BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang