Bab 13

1 1 0
                                    

Annyeong~
I'm back😀
Emang dasarnya aku lagi males nulis guys.. ga konsisten banget ck ck😌
Tapi semoga nyambung terus sama cerita ini sih..
Udah deh, bukan lapak curhat wkwk

Happy Reading❤️

•••

Sawah Lastri memang luas, dengan tanaman pepaya di tiap sudutnya dan tanaman cabai di pematangnya. Lokasinya tak jauh juga dari desa, jadi mereka dengan senang hati berjalan kemari.

Seperti saat ini, tiga gadis itu tengah berusaha mengambil dua buah pepaya yang sedari tadi diincar. Warnanya sudah menunjukkan indikasi 'matang' meskipun masih hijau di beberapa bagian.

Di depan Ajeng, sudah ada Lastri dengan bambu untuk memutus tangkai buah pepaya dari pohonnya. Sedari tadi, bukannya segera mendapat apa yang diinginkan. Ajeng malah mendengar decakan dan keluhan gadis di depannya yang kesabarannya setipis kertas.

"Aduuh.. semut sialan!"

"Sudah sini aku gantikan, siapa tau bisa. Kamu pegang keranjangnya."

"Nggak nggak, aku bisa! Ini loh Jeng banyak semut. Ntar kamu digigit nangis. "

Kira-kira begitulah percakapan mereka sedari tadi. Ajeng yang harus refil kesabaran dan Lastri yang hanya marah-marah.

"Jeng mending sini! Aku dapet banyak," Teriakan Diyan dari pohon sebelah membuat Ajeng segera meninggalkan Lastri.

Kalau kalian pikir Diyan juga mengambil pepaya, salah! Gadis satu ini malah jadi duta panjat-memanjat diantara mereka berempat. Sekarang saja, dia memanjat di pohon mangga yang sedang berbuah lebat.

Tadi saat pamit dan izin ke rumah Lastri, bapaknya juga menyuruh mereka untuk mengambil beberapa mangga di kebun yang mulai masak. Diyan dengan senang hati akan memenuhi perintah beliau.

Dengan ketapel di tangannya, buah mangga itu sudah banyak berjatuhan di pematang. Ajeng segera memungutinya, memasukkan kedalam keranjang. Sementara yang diatas segera turun.

Duk!

"Heh.. tilah mu! Runtuh benjut sukur!"
(Heh.. tingkahmu! Jatuh nggak bentuk sukur!)

Diyan yang diumpati gadis di depannya hanya cengar-cengir. Maklum, dia mendarat pas di depan Ajeng yang tengah memungut mangga.

"Itu si Lastri belum dapat juga?"

"Durung." (Belum)

"Aku kesana dulu. Nanti kalah sudah nyusul ya," Diyan segera menuju pohon sebelah tempat Lastri sedang berusaha memperoleh sebuah pepaya.

Diraihnya sebuah batu yang pas di genggaman, lalu ia memposisikan batu di pegas ketapel. Berancang-ancang mencari jarak terbaik.

"Minggiro Tri!" Lastri yang menyadari hal tersebut segera menyingkir. Beberapa detik setelahnya, sebuah pepaya jatuh dari pohonnya.

"Asiik!!" Lastri segera memungut pepaya di depannya.

"AWAS!"

Dengan cekatan, Diyan menarik Lastri kebelakang.

Duk!

Keduanya masih syok, mengatur napas dengan mata yang masih melotot.

Diyan menghela napasnya lega "Haduuh.. lain kali jangan buru-buru ambil. Ntar ketiban benjol kepalamu!" omel Diyan pada Lastri yang kini cemberut.

"Iya-iyaa maaf."

Menghadapi temannya yang satu ini memang butuh kesabaran ekstra. Diyan hanya bisa geleng-geleng kepala "Ya sudah ambil sana dua-duanya. Sudah nggak ada yang jatuh lagi."

Bring Me BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang