42. Pangeran Usha Akan Datang?

6K 567 22
                                    

Kivandra memegang tangan kurus Brian. Tepat saat kulit mereka bersentuhan, sebuah cahaya hangat menyelimuti sekitar. Kivandra merasa energinya disedot dengan cepat.

Brian tersentak, "Kak Kivandra, rasa sakitku hilang."

"Apa?"

"Rasa sakitku hilang," Brian mengulang perkataannya, "Aku sembuh! Aku tidak akan mati!"

Bocah lelaki itu berdiri dan melompat-lompat girang, wajahnya memerah senang dengan lesung pipi yang terlihat jelas. Brian melebarkan senyumannya, "Aku sembuh, kak! Sakitnya menghilang!"

Perbedaan ekspresi.

Perbedaan nada suara.

Perbedaan perasaan.

Kivandra yang baru saja melihat Brian menangis ketakutan menunggu ajal, kini tersenyum lebar sambil melompat tinggi. Itu semua karenanya.

"Aku--berhasil?"

"Benar! Kakak berhasil menyembuhkanku!"

"Aku berhasil, aku menyembuhkan wabahnya!" Kivandra ikut berdiri, "Aku bisa menyelamatkan warga desa!"

Brian mengangguk senang, "Aku akan menjadi asisten kakak dalam menyembuhkan warga lainnya! Bisakah aku melakukan itu?"

Kivandra tersenyum, "Tentu saja. Tolong panggil pasien berikutnya, asisten Brian."

"Hehe, oke!"

Lalu warga lainnya masuk, Kivandra hanya perlu memegang tangannya dan wabah itu segera menghilang. Terus berlanjut, enam warga, belasan warga, puluhan ....

"Kak?"

Kivandra bersandar ke kursi, napasnya tersenggal bersama kepala yang begitu berat, "Panggil warga berikutnya, Brian."

"Apakah kakak baik-baik saja?" tanya Brian merasa ragu.

"Aku sangat baik."

"Suara kakak sangat serak, wajah dan mata juga memerah, apakah kakak sakit?"

"Tidak, Brian, panggilkan saja warga berikutnya."

Brian menghela napas, "Oke."

Warga terus berdatangan, Kivandra sekuat tenaga mengatasinya hingga warga terakhir masuk ke dalam tenda.

Kivandra memegang tangan warga tersebut, "Aku akan mulai menyembuhkan."

"Apakah anda baik-baik saja, dokter?"

"Panggil saja aku Kivandra, dan, ya, aku sangat baik sekarang."

Warga terakhir sudah ditangani, Kivandra tersenyum menatap tenda yang kini menjadi sepi. Hari ini ia mendapat banyak ucapan terima kasih, itu membuat hati Kivandra menghangat.

"Apakah tidak ada warga lagi?"

Brian menoleh, "Sudah habis!"

"Benarkah?" Kivandra berdiri karena ingin mengintip dari jendela. Namun saat kakinya menapak alas, itu terasa lumpuh.

Kivandra kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke samping, tubuhnya seperti terlempar begitu saja.

Bruk!

"Eh? Kak Kivandra!" Brian tersentak dan mendekat, "Kakak sakit?"

"Siapa yang sakit?" Suara lelaki terdengar di dalam tenda, Lucas datang dengan wajah datarnya, "Apa yang telah kau lakukan, Kivandra?"

Kivandra ingin sekali membalas pertanyaan Lucas tapi tenggorokannya seolah tercekat, pandangannya juga kabur. Gadis itu hanya bisa memegang dahi yang begitu pusing.

Lucas mengerutkan dahinya sambil mendekat, ia melepas jubah dan memakaikan di tubuh menggigil Kivandra. Lelaki itu dengan segera mengangkat Kivandra menuju kasur terdekat.

"Demamnya semakin parah." ujar Lucas, "Apa yang sudah kau lakukan?"

Kivandra tak bisa menjawab, suaranya hilang.

"K-kak Kivandra sudah menyembuhkan para warga yang terjangkit wabah, Duke." Brian menjawab dengan tubuh gemetaran takut.

"Apa? Kenapa Kivandra harus melakukannya? Dia dokter pribadiku."

"Ta, tapi--"

"Apa kau tidak melihat keadaannya? Dia sedang sakit!"

Kivandra menarik ujung baju Lucas, "Brian ... Brian hanya anak kecil, b-biarkan dia pergi."

"Hah," Lucas mengusap wajahnya, "Kau pergilah, bocah."

Brian mengangguk dan segera lari keluar tenda, begitu cepat. Kini hanya ada dua orang di dalam.

"Aku ingin bertanya apa alasanmu. membantu para warga, tapi ... ada hal yang lebih penting."

Kivandra menoleh menatap Lucas yang tampak khawatir, "Kenapa?" tanya ia dengan suara kecil.

"Pihak istana akan mengirim bantuannya untuk desa ini. Oh, dan ... putra mahkota yang akan memimpin pasukan ini."

"Apa? Pangeran Usha akan datang?"

Princess SurrogateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang