Jangan panik, Raga. Afey tidak tahu kalau Miss Edna adalah ibumu.
Jadi... jika Afey punya segudang rencana confess pun, Raga punya sejuta cara untuk membuat anak itu menyerah.
Seperti saat ini...
"Gue mau nunggu pelajaran terakhir, terus confess nya di taman sekolah. Gimana romantis kan?" Tanya Afey menggebu-gebu.
Romantis dari Hongkong?! Yang kayak gitu tuh cuman adegan klise romance romance remaja.
Tapi gak papa. Semakin Afey terlihat kekanak kanakan, semakin cepat peluang ibunya menolak.
Begitu pikir Raga.
"Oh oke, semangat ya?" Raga memberi semangat dengan setengah hati.
Lalu dia ijin pergi ke toilet, disitu dia buru buru menelepon sang Ibu.
"Halo? Kenapa Raga? Mama lagi belajar di perpus nih aduh..."
"Maaf Ma, tapi ini penting. Inget kan soal cerita semalam? Sekarang orang itu mau confess ke Mama di taman pas pulang sekolah! Pokoknya Mama jangan kesana ya!"
"..."
Tut... tut...
"Halo Ma? Mama?!"
Dan sampai pelajaran terakhir pun Raga tidak bisa fokus. Takut ibunya menerima confess dari Afey.
***
"Gue degdegan... hihihi." Tawa konyol Afey kini memenuhi taman ini. Keadaan sudah sepi karena sebagian murid sudah pulang.
Tinggal mereka berdua yang berdiri seperti orang bodoh di tengah tengah taman.
Raga menatap khawatir kearah kantor, apalagi ketika ada beberapa guru yang pulang. Sungguh tak tenang hatinya saat ini.
"Plis Ma, for your handsome son... Jangan ketemu sama Afey." Raga membatin saking tidak tenang nya.
Lalu keluarlah si tokoh utama, Miss Edna! Beriringan bersama bu kepala sekolah, bu Sri Asih.
Afey sudah tersenyum senang, dia bahkan bergerak cepat. Menghampiri dua wanita itu lalu salim dengan sopan.
"Eh eh, kok belum pulang?"
"Hehehe, belum bu."
Yang nanya tuh Bu Sri tapi Afey menjawab kearah Miss Edna.
Membuat Raga menggeleng, lalu melotot mengirim telepati kepada sang ibu.
"Jangan Ma! Dia modus!"
Sang ibu yang melihat tingkah anaknya ini justru merasa senang. Apalagi saat melihat anak bontot didepannya ini.
Sekilas, meski Edna tahu jika orang yang diceritakan oleh Raga ini menyukainya. Edna langsung suka.
Suka dalam artian ingin menyayangi seperti ibu dan anak. Malah, sepertinya anak kecil ini cocok jadi adik Raga.
Senyuman senang Edna disalah artikan oleh kedua anak bujang ini. Yang satu mengira ibunya akan jatuh hati sama anak bontot, yang satu lagi mengira wanita idamannya sedang suka padanya. Duh.
"Hehehe main yang akur ya? ... bu, ayo berangkat, kita bisa telat ikut rapat." Kemudian Miss Edna mengakhiri percakapan dan tatap tatapan ini. Mereka berdua naik motor kemudian pergi keluar gerbang.
"Fyuh... syukurlah." Raga bernafas lega.
Terdengar oleh Afey, anak itu langsung menatap nyalang dan berkata.
"Syukur apanya! Gue gagal confess..."
"Ya itu derita lo Fey..."
"Tapi! Lo liat kan tadi Miss Edna natap gue... beda gitu! Ah senang nya~" Afey terus terkikik geli karena itu. Dia berjalan kearah jalan dan menunggu angkot sambil cengengesan.
"Mau gue anter pulang nggak?" Raga menawarkan. Takut juga si bontot kena culik, soalnya keadaannya lagi gak baik gitu.
"Eh? Gak papa Raga. Gue mau menikmati perjalanan di angkot ini... sambil nginget nginget senyuman cantik Miss Edna."
"Sebegitu sukanya lo sama Miss Edna?" Raga bertanya. Soalnya baru kali ini dia melihat seorang murid yang sebegitu sukanya kepada sang guru. Suka dalam artian percintaan."Iya lah! Bahkan gue rela nyerahin first kiss gue buat beliau."
Mendengar jawaban itu, Raga ingin sekali menghajar Afey. Tidak peduli anak itu lebih lemah dan kecil, tidak peduli dia itu temannya, tidak peduli soal waktu dan tempat. Kepalan tangannya bahkan sudah mengeras ketika mendengar ucapan itu, yang ditujukan buat ibunya.
Tapi...
"Karena tau gak? Mendapat hal yang kita anggap istimewa dari orang istimewa yang kita cinta itu sangat berharga. Momen yang akan lo inget seumur hidup."
Melihat Afey begitu sungguh sungguh dengan gagasan cinta dan kasih sayang, kepalan tangan Raga melemah.
Karena ingat ucapan mendiang sang ayah...
"Jangan remehkan orang yang sedang jatuh cinta. Kamu ada di dunia pun karena Papa cinta sama Mama."
Duh... serba salah. Tapi pada akhirnya Raga mengatur emosi.
"Beneran gak mau bareng? Irit ongkos."
"Enggak papa. Lo hati hati ya."
Setelah mengucapkan itu, Afey masuk kedalam angkot dan duduk dengan khidmat. Dia bahkan tidak komplen saat berdesakan. Dia cuman bilang...
"Bu ibu jangan dekat dekat ya, saya udah punya Miss Edna."
Maka semua ibu ibu didalam angkot ini merasa ingin menghajar Afey dengan sayuran milik masing masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You too!
Humor"Biar emak gue gak diincar si Afey, gue kudu jadi pawangnya dia." Pada hari itu, Raga tidak pernah menyangka hanya karena satu kalimat, pandangan terhadap sahabatnya jadi berubah drastis.