Setelah mengucapkan itu, Raga dan Afey cuman bisa diam diaman.
"Maksudnya gimana?" Afey bertanya, matanya sudah berkaca-kaca. Sepertinya dia takut dengan situasi saat ini.
Raga lupa jika Afey itu lemot. Jadi, dia pun memberanikan diri buat memeluk Afey dan tersenyum manis. Walau dalam hati sudah kejang kejang merasa geli.
"Gue suka sama lo Fey. Gue gak rela lo ngejar cinta orang lain."
Maka terdengar lah suara kaget dan melengking dari si bontot. Dia mendorong Raga dengan keras dan langsung berdiri menatap nyalang.
"Lo... Lo.. lo gay?!"
"Enggak! Najis!" Raga langsung menyela.
"Eh, maksudnya gue gay cuman buat lo doang." Raga masih berusaha meyakinkan.
"Enggak! Gue sukanya Miss Edna..."
"Ck!" Raga mulai kesal karena Afey masih saja keras kepala.
Kenapa dia tidak menyerah saja? Padahal Raga sudah menahan malu mengatakan omong kosong ini. Supaya Afey berhenti mengejar ibunya! Raga bahkan masih memikirkan perasaan Afey jika dia menolak dengan tegas bahwa dirinya tidak merestui hubungan seperti apa yang Afey mau bersama sang ibu.
Raga yang marah pun menarik lengan Afey, mendorongnya keras kearah kasur. Tadinya mau dia tonjok muka itu! Tapi melihat Afey yang terkejut dan ketakutan membuat amarahnya redup.
Dan yang Raga lakukan malah memperparah hubungan mereka kedepannya.
Dia menarik dagu Afey, mendekat lalu menyatukan bibir keduanya. Dia menghisap bibir atas dan bawah Afey, sampai anak itu menggeliat geli dan meminta lepas. Lalu lidahnya dia masukan, bertemu dengan lidah Afey dan bermain main disana.
"Mhh..."
Ragan ingin membuat Afey melupakan ibunya.
Dan dengan cara ini sepertinya berhasil, buktinya Afey menjadi lebih jinak dan diam saja. Bahkan ketika dia memulai ciuman kedua, ketiga, keempat... keterusan.
"Udah. Berhenti ngejar ibu gue. Gue bisa ngelakuin yang lebih dari ini." Diakhiri dengan ancaman, membuat tubuh Afey bergetar takut.
Spontan si bontot berdiri, mengambil barangnya dan pergi keluar tanpa mengatakan apapun. Bahkan dia tidak pamit kepada Miss Edna.
Besoknya, si bontot ngambek... Dia tidak sekolah. Tidak mengangkat telepon dari Raga dan bahkan tidak masuk pelajaran Miss Edna.
***
"Sial. Apa gue keterlaluan?" Raga tengah melamun.
Ternyata hari hari tanpa Afey terasa bosan. Dia bahkan mulai merindukan suara bawel Afey yang menceritakan ini itu.
Tunggu... rindu?!
"Hahaha anjing... Gue cuman merasa bersalah, ya... merasa bersalah."
Maka, dari pada melamun tak jelas, Raga memutuskan untuk datang ke rumah anak itu.
Meski sempat nyasar tapi akhirnya sampai juga. Ya, meski di sekolah mereka dekat dan bersahabat, tapi sepulang sekolah mereka jarang interaksi. Makannya cuman saling tahu alamat doang. Belum pernah main betul betulan. Apalagi sampai nginap.
Tapi, kayaknya sekarang Raga bakalan melakukan semua itu.
Soalnya, melihat kondisi rumah dan Afey yang berantakan, Raga tidak tega buat meninggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You too!
Humor"Biar emak gue gak diincar si Afey, gue kudu jadi pawangnya dia." Pada hari itu, Raga tidak pernah menyangka hanya karena satu kalimat, pandangan terhadap sahabatnya jadi berubah drastis.