11

457 42 3
                                    

Kehidupan Afey dan Raga kembali seperti sedia kala.

Raga yang sok keren di sekolah dan Afey yang masih saja tidak bisa matematika.

Semua berjalan sebagaimana mestinya.

"Perhatian, tolong yang belum ikut ekstrakulikuler segera join ke club yang diminati ya." Ketua kelas membagikan sebuah formulir. Membuat Raga merasa malas dan ogah-ogahan. Beda sekali dengan Afey yang nampak bersemangat dan senang. Dengar dengar anak itu mau ikutan ekstakulikuler jurnalistik.

"Gak mau gabung basket aja?" Raga bertanya, ia rasa dirinya tak perlu ikut organisasi lainnya selain basket, beda lagi dengan Afey yang dari dulu tidak pernah ikut apa apa.

Afey menggeleng, lalu tersenyum sambil memperlihatkan formulirnya. Disana sudah lengkap biodata Afey serta keikutsertaannya ke club jurnalistik.

"Kok mau join kesana?" Raga bertanya penasaran.

Tapi jawaban Afey malah membuat kesal.

Anak itu mencondongkan tubuhnya, kemudian berbisik pelan pelan sampai membuat Raga salah fokus akan rona pipi Afey yang kemerahan serta bibirnya yang merah juga akibat minum ale ale strawberry.

"Ra-ha-si-a!"

Ah sialan. Raga sudah tidak melihat Afey sebagai anak bontot ingusan seperti biasanya.

"Jangan lupa pulang sekolah kalian ikut gabung dulu ke kumpulan club masing-masing." Penutup dari ketua kelas pun menjadi akhir dari jam pelajaran, semua siswa bubar dari kelas dan berlomba lomba menuju kantin.

Sedangkan Afey masih terlihat sibuk, lebih tepatnya sok sibuk. Malah sekarang gelagatnya aneh. Dia berjalan sok asik membelah gerombolan anak anak kelas lalu menghampiri seseorang.

"Nina, nanti bawa apa aja?"

"Hm? Oh di club? Buat sekarang gak akan disuruh bawa apa apa, cuman perkenalan aja kok. Ditunggu ya, Fey."

"Oh gitu. Oke makasih Nina."

Lalu setelah Nina si bendahara kelas dan temannya pergi Afey berjalan mundur lagi menuju bangkunya sendiri dan tersenyum senyum kearah Raga.

Tentu Raga melihat suatu hal yang aneh. Tepatnya sangat mengganggu dan menyebalkan. Tapi tidak tahu apa.

Tapi Raga tidak mau membuat hubungan keduanya renggang lagi, baru seminggu nih mereka akur. Jadi rasa mengganjal di hati itu ia simpan saja. Bahkan ketika mereka di kantin sekalipun, Afey tidak fokus pada sepiring nasi goreng yang ia traktir, malah fokus kepada Nina yang asik tertawa sama teman temannya. Dasar tidak tahu diri.

Namun sekali lagi, Raga sabar.

Singkatnya pulang sekolah sudah tiba, semua siswa tidak langsung pulang namun pergi ke area ruangan ekstrakulikuler termasuk Afey. Kebetulan lapang basket indoor dan ruang jurnalistik berdekatan, Raga masih bisa mengekori Afey.

"Fey."

Dan sebelum mereka berpisah, Raga tanpa sadar menarik lengan Afey hingga anak itu menatap heran.

"Apa?"

"Nanti pulangnya bareng."

"Oh oke."

Afey memang tersenyum dan mengiyakan ajakannya. Namun anak itu bergegas melaju ke ruang jurnalistik tanpa menoleh sama sekali.

"Oy Raga, buruan masuk. Kita harus kenalan sama adik kelas." Temannya berseru tapi Raga acuh. Ia melambai lalu memberi instruksi kepada mereka supaya memulai acara tanpa dirinya. Karena saat ini ada suatu hal yang membuat ia kepikiran.

I Want You too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang