6

1.4K 158 36
                                    



Ternyata, Raga demam sampai harus istirahat total selama beberapa hari.

Afey bisa belajar dengan fokus karena itu, dia juga bisa melupakan sedikit perasaan aneh sejak semalam. Walau sebenarnya setelah keluar dari kelas, penjelasan dari guru suka langsung hilang dan bayangan tentang ciuman semalam jadi muncul kembali.




"Afey, kok sendirian aja?"

Afey menelan ludah, sebenarnya... selain Raga, ada juga beberapa orang yang suka mengganggu dirinya.

Salah satunya adalah Riven.

Rumor rumornya dia suka berkumpul dengan anak anak nakal dan merokok bersama sambil merencanakan hal jahat.

Awalnya Afey tidak punya sangkut paut dengan Riven. Tapi kejadian 1 tahun lalu mengubah segalanya.

Waktu itu karena masih polos, Afey pernah melaporkan tindakan Riven ke guru bk hingga dia dihukum cukup berat. Lalu sejak masa hukumannya habis, Riven mulai menargetkan Afey sebagai mangsa untuk diganggu.

Seperti kisah sekolahan pada umumnya. Yang sebenarnya cukup menyakitkan bagi Afey karena dia tidak bisa tidur nyenyak.

Gangguan Riven memang sempat mereda sejak ia pindah kelas. Untungnya juga Afey bertemu dengan Raga yang mau mau saja jadi sahabatnya. Sejak saat itulah Afey seperti memiliki tameng, makannya dia selalu menempel kepada Raga. Supaya tidak bisa diganggu oleh Riven.


"Gila... selama satu semester baru kali ini si Raga sakit. Bikin gue bosen aja nungguin waktu lo sendirian gini... Hahaha." Riven, dengan gaya angkuh nya mendekat dan menghentikan langkah Afey.

Dalam pikir Afey, pasti saat ini Riven mau mengganggunya lagi. Karena pada akhirnya salah satu penghalang dia sedang absen sekolah.


"Gue kesel banget sama si Raga. Sok sok an melindungi lo dari belakang. Emangnya lo pacarnya? Hah?" Riven terus memojokkan Afey.

Dan berkat pertanyaan itu, sialnya tanpa tahu waktu, adegan ciuman semalam terngiang ngiang lagi.

Kan Afey jadi nge-blush!

Eit...

Tunggu dulu Afey, memang kamu ini pacarnya Raga?!

"Eh?" Afey tersadar!

Raga kan cuman bilang kalau dia suka sama dirinya. Dia belum confess. Jadi... mereka belum pacaran! Duh, tapi kok Afey sudah mikir kejauhan ya?

Ekspresi bengong khas dari Afey entah kenapa membuat Riven kesal. Dia pun menyuruh beberapa temannya untuk menarik tas Afey dan membawa anak itu ke belakang perpustakaan yang terkenal angker.

"Heh. Gue bener bener muak! Gue masih dendam kesumat sama lo yang berani beraninya ngelaporin kesenangan gue!"

Afey cuman merem saja saat Riven membentaknya.

Lalu, saat merasakan sakit yang luar biasa, tanpa sadar Afey menangis. Karena Riven sudah memukul pipinya. Dua kali. Kiri kanan.

"Ayo laporin lagi! Kalau lo mau gue hajar habis habisan!"

Sontak Afey melindungi kepalanya. Dia mau kabur namun teman teman Riven menahan segaramnya.

Benar benar menyakitkan!

Afey harus gimana supaya lepas dari keadaan ini nih! Dia mau pulang, dia mau nangis dirumah saja. Disini malu.

Tapi keadaan membuatnya terjebak disini dan terasa sangat lama.

I Want You too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang