Sebenarnya, setelah kejadian kemarin itu Raga tidak ingin mengubah apapun tentang hubungan mereka. Tidak berniat juga.
Tapi! Entah kenapa setelah pengakuan berdalih menjauhkan Afey dari perasaan suka kepada ibunya, Raga mulai aneh dengan dirinya sendiri.
Raga mulai merasa aneh ketika menatap Afey.
Apalagi... saat Afey bengong melihatnya begini.
"Kenapa?" Raga bertanya pelan. Agak canggung juga.
"Lo beneran suka--"
"Haduh, jangan diungkit lagi. Nanti sukanya dibatalin, mau?" Raga menjawab ngawur. Dia mendorong wajah Afey hingga terdengar bunyi protes dari anak itu.
"Gak asik ah!"
Afey pun berdiri dan pergi begitu saja.
"Lo mau kemana?"
"Mau jajan es krim!"
"Cuaca dingin gini beli es krim!"
"Biarin!"
"Dasar bocil."
Biasanya, jika bertengkar kecil seperti saat ini, Raga akan marah dan merasa terganggu dengan Afey.
Tapi kok... sekarang justru rasanya mendebarkan ya?
"Hahaha... kayaknya gue mau demam nih." Ucap Raga berusaha menyangkal pikiran barusan, sambil mengusap dahinya.
Namun, tangan itu yang tadinya menyentuh wajah Afey kini menguar wangi yang tidak biasa.
"Bangsat... ini wangi apaan."
Tangan itu dia arahkan ke dekat hidung dan mencium wanginya. Wangi samar, bukan dari parfum tapi sepertinya dari Afey.
"Biasanya anak itu bau comberan... kok sekarang wangi bunga bungaan?"
Raga pun tertawa sendiri, kemudian berbaring di sofa.
"Kayaknya gue demam deh... hehehe... hahaha."
Lalu Raga ketiduran dengan perasaan campur aduk.
***
Jam berapa sekarang? Perasaan tadi ia sedang kebingungan sendiri, lalu berbaring diatas sofa ini dan ketiduran."Fey?"
"Hm?"
Si bontot menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya ke acara tinju yang dia tonton di siaran Youtube.
Raga pun menghela nafas dan memperhatikan Afey dalam diam.
Sekilas dia lihat waktu, ternyata baru pukul 7 malam. Lalu kembali lagi dia memperhatikan Afey.
Sejak kapan ya rambut Afey terlihat halus begitu?
Sejak kapan ya Afey terlihat sangat kecil?
Apa dari dulu Afey selalu wangi begini?
Kok pipi itu lucu ya kalau dilihat dari arah Raga rebahan.
Hidungnya kecil gitu... lucu.
Lehernya bersih, tengkuknya juga... Raga jadi bertanya tanya, apa Afey gak pernah panas panasan hingga lehernya bisa semulus itu?
"Mhh hah..."
Lalu bibirnya yang sedang makan es krim itu warnanya jadi memerah.
Raga lupa... sebelum sebelumnya gimana pandangan nya terhadap Afey?
Perasaan cuman anak bontot yang ketawanya renyah banget tapi kalau udah pundung susah bener buat dibujuk.
Lalu apa lagi ya?
Kok kesannya sekarang berbeda.
"Fey..."
Alah, bodo amat.
Raga mencondongkan tubuhnya... pertama, dia mengendus wangi dari leher Afey. Lalu menciumnya sekali.
Membuat anak itu bergidik kaget hingga es krim yang dia makan terjatuh.
Sebelum mendengar protes, Raga keburu meraih dagu itu dengan paksa... Lalu melumat bibir yang dingin dan manis itu lagi.
Setelah selesai... barulah Raga sadar.
"EH! ... JANGAN NANGIS... maaf, gue ngagetin lo ya?"
Buru buru Raga bangun dan hendak merengkuh Afey ketika anak itu sudah mulai terlihat ketakutan.
Tapi kemudian tanpa ia duga sebuah tinjuan mendarat di pipinya. Sakit!
"Aduh! Sakit Fey!"
Raga memegangi pipinya ini lalu menatap balik Afey dengan marah.
Tapi, melihat pipi Afey yang kemerahan, mata berair dan kedua tangan yang saling mengepal itu, Raga jadi urung untuk marah.
Raga ingin menjelaskan sesuatu, tapi ketika ia melangkah maka Afey akan mengangkat tinjunya, siap buat menonjok.
Oke, berarti artinya Afey tidak mau didekati.
Demi keamanan wajah gantengnya, Raga pun mundur pelan pelan dan pamit buat pulang. Tapi sebelum itu dia sempat membersihkan es krim yang jatuh tadi dan berjanji menggantinya besok di sekolah.
Tanpa jawaban dari Afey, Raga akhirnya bisa keluar dari hawa hewan buas Afey. Raga pulang ke rumah dan tengah malam nya benar benar demam.
"Gue kenapa sih anjrot..."
Miss Edna datang buat menangani anak semata wayangnya itu. Dia cuman tersenyum sabar ketika mendengar gumaman berisi kata kasar tadi. Kalau Raga sehat ya beda lagi. Kali ini pengecualian karena lagi sakit.
"Kamu kena virus merah muda." Edna berkata sambil mengecek suhu tubuh Raga.
"Virus apa itu Ma? Temennya Korona?"
"Bukan, nak. Virus ini agak lain... soalnya cuman menyerang orang yang lagi kasmaran doang."
Setelah itu, Raga tidak ingat apapun. Soalnya efek obat sudah mulai bekerja dan dia tidur dengan pulasnya.
Afey?
Dia cuman berusaha buat tidur. Walau rasa ciuman tiba tiba tadi masih sangat jelas.
Afey menarik selimutnya sampai wajah yang kini memerah tertutup semua.
"Raga kayak monyet.... tai lah." Gumamnya lalu ketiduran sampai pagi menjelang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You too!
Humor"Biar emak gue gak diincar si Afey, gue kudu jadi pawangnya dia." Pada hari itu, Raga tidak pernah menyangka hanya karena satu kalimat, pandangan terhadap sahabatnya jadi berubah drastis.