8

1.3K 140 41
                                    


Tahu tidak tentang istilah tenang sebelum badai?

Jika tahu, syukurlah. Jika tak tahu, maka carilah.

Karena sepertinya peribahasa itu akan terjadi kepada Raga dan Afey.


***



Weekend sudah tiba dan Raga bermaksud untuk mengajak Afey main.

Dia merasa iba karena sahabatnya itu bilang dirinya jarang main keluar karena tidak punya uang.

Janjian di sebuah tempat makan seblak dan pemancingan, karena letaknya berada di tengah tengah. Jadi keduanya merasa tidak masalah.

Ternyata, Raga yang datang lebih dulu. Dia pun duduk disebuah tempat lesehan dan berencana pesan ketika Afey sudah tiba saja. Biar bareng beli seblaknya.

Posisi Raga duduk membelakangi tukang seblaknya, dia menghadap ke kolam ikan. Makannya jika ada pelanggan yang datang pun Raga tidak akan tahu.

Terasa sebuah getaran pada ponselnya, Raga pun mengangkat telepon itu dan fokus berbincang.

"Kenapa, Ma?"

"Kamu dimana?"

"Di tukang seblak langganan, Ma. Kenapa emang?"

"Sama siapa?"

"Rencananya sama Afey, tapi dia belum datang."

"Oh bagus deh kalau sama Afey, Mama gak khawatir."

"Mama jangan berlebihan deh, lagian kita kan cuman makan."

"Hm~ cuman makan nie??"

"Bener Ma, biar dia gak main ke rumah terus."

"Emang kenapa? Mama suka dia main kesini."

"Kan itu tujuan intinya. Mama inget kan dia suka sama Mama? Aku deketin Afey supaya dia gak ngejar-ngejar Mama."

Hening seketika lalu Raga mendengar jawaban setelah helaan nafas dari ibunya.

"...eh? Hah... Hati hati kalau bicara, nak."

Larut pada percakapan bersama sang ibu, Raga tidak sadar jika kedatangan dirinya kesini sudah lebih dari 30 menit. Perasaan jika naik angkot pun bisa sampai sekitar 10 menitan.

"Kok gak dateng-dateng ya si bontot?"

Hanya bisa bertanya tanya, padahal sudah ada pesan yang baru saja sempat terbaca. Dari Afey.

Afey : Maaf Raga. Gue ada kepentingan mendadak, nenek gue telepon kalau dia sakit, perlu bantuan gue...

Pemirsa yang budiman, pesan itu mungkin nampak biasa saja. Tapi percayalah... sehabis ini, ada kesedihan yang mendalam.

"Haduh, gue makan sendirian dong?" Raga pun memesan seblak beserta jus nya.

Aneh, tak seperti biasanya. Rasa seblak ini ada pait paitnya. Entah dari biji jeruk nipis yang terkunyah atau memang Raga diberi petunjuk dan hidayah lewat itu.

I Want You too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang