7

1.4K 145 19
                                    

"Lo yakin mau sekolah hari ini?" Afey bertanya ketika pagi pagi Raga terbangun dan katanya mau bersiap.

"Iya, absen 2 hari udah cukup kok. Gue juga udah sembuh."

Raga mengambil dua handuk, yang satu terlihat seperti miliknya dan satu lagi sepertinya baru.

Afey mengambilnya setelah dikasih, lalu duduk menunggu giliran mandi.

Sambil menunggu Raga mandi, dia disuguhi roti dan susu sama Miss Edna. Namun Afey masih sungkan.

"Loh, kok gak dimakan, Afey?"

Duh... Miss Edna menatapnya dengan sayang. Tersenyum pula.

Afey jadi senang, jadi suka...

"Miss, cantik." Gumam Afey, sebenarnya keceplosan bilang begitu... tapi berhubung tidak ada Raga, jadi gak papa deh.

Miss Edna awalnya tersenyum senang, terkikik geli. Tapi kemudian beliau menatap iba kepada Afey. Entah karena apa.

Afey jadi salah tingkah, "maaf Miss... enggak maksud apa apa kok."

"Afey."

"I-iya Miss-!" Jawab Afey dengan gugup.

Gimana ini. Afey takut kena marah, takut ditatap jijik karena ia suka sama Miss...

"Afey punya Raga, kalau ada apapun cerita aja sama dia. Miss bisa dengerin cerita kamu, tapi Raga lebih tepat. Selain jadi pendengar yang baik, dia selalu punya solusi."

Afey tidak mengerti kenapa Miss Edna bilang begitu. Dia hanya mengangguk saja dan mulai makan rotinya pelan pelan.

"Eh eh, anak bontot sarapan gak nungguin gue."

Tiba tiba Raga datang sambil berusaha mencubit pipinya. Tapi tidak sempat, karena Raga keburu diceramahi oleh Miss Edna.

"Kebiasaan! Kalau habis dari kamar mandi gak mastiin kaki kamu kering dulu. Lantainya jadi licin, Raga."

"Duh iya iya maaf, ini mau dilap."

Raga patuh dan mengambil kain pel, membersihkan sisa jejak kakinya yang basah di lantai.

Afey buru buru habiskan roti ini dan melesat ke kamar mandi.

Pipinya merah, berusaha ia halangi pakai handuk.

Tadi itu... Raga topless...











"Kok salting! Kan gue juga punya!" Ucap Afey setelah sadar dengan apa yang terjadi.

Dia menggeleng kencang. Tadi itu, ketika melihat tubuh Raga yang sangat wow... bagus, Afey sempat oleng. Dia pun berusaha menyangkal itu dan meyakinkan diri bahwa dia masih suka lekuk tubuh wanita yang seperti gitar. Bukannya badan berisi dan sudah terbentuk ototnya. Bukan. Bukan. Bukan.

Setelah menyadarkan diri, Afey pun mengguyur diri dengan air dingin. Padahal didalam ember sudah disiapkan air hangat sama Raga.

Sia sia deh.



***



"Lo duluan aja, gue parkir dulu." Raga berkata sambil pura pura menggeser motornya.

Afey tidak curiga sama sekali, dia nyelonong saja melewati parkiran, masuk ke area lobi kantor lalu naik tangga ke area kelas.

Setelah benar benar pergi, Raga pun melepas senyuman ramahnya.

"Hahaha bangsat. Emang kocak bener lah yang kemarin itu."

Barulah, ketika ada suara yang ia kenal... Raga tersenyum kecil sambil menarik bahu orang itu.

"Apa apaan--"

PLAK!

Bak drama Ind*siar yang menayangkan adegan melabrak pelakor, Raga menampar pipi orang itu sampai dia tertahan oleh komplotannya.

Parkiran yang belum sepi pun kini berubah ricuh setelah beberapa orang menyaksikan kejadian itu.

"ANJING! NYARI GARA GARA YA LO BANGS--"

PLAK!

Sekali lagi tamparan mendarat pada pipi kanannya. Membuat beberapa orang termasuk orang itu juga terkejut.

"Gue gak peduli mau senakal apa lo di luaran atau pun di dalam sekolah ini. Asal jangan nyentuh Afey, maka gue pun gak bakalan ngurusin tai kayak lo."


Raga menunggu reaksi Riven, yang nampak murka. Kemudian untuk mengancam lagi, Raga maju dan memasang pose ingin memukul.

Riven nampak takut dan spontan melindungi kepalanya. Membuat Raga tertawa pelan lalu pergi begitu saja.


"Gila, hebat bener gue. Andai lo liat Fey." Gumam Raga dengan bangganya sambil menaiki tangga.

Saat di tangga terakhir, langkahnya terhenti karena melihat Afey sedang tertawa lepas hanya karena melihat teman sekelas jatuh akibat sok sok an memperagakan adegan Ninja Warrior.

"Nah, bagusan ketawa gitu lo bontot. Jangan nangis kesakitan lagi." Raga mengangguk, kemudian menghampiri Afey dan merangkul kepala anak itu.

"Hahaha hey lepasin! Pengap weh." Afey berprotes sambil berusaha menjauhkan tangan Raga.

Namun fokusnya malah kearah telapak tangan Raga yang memerah.

"Ini kenapa?" Tanya nya pelan.

Raga melirik dia sekilas kemudian nyengir tanpa dosa.

"Habis nampar nyamuk rabies."

"Hah? Sejak kapan ada nyamuk rabies... gila lo."

"Sejak si bontot diem diem merhatiin gue lewat beliin obat sama vitamin."

"Cih! Jangan ngejek dong! Gue beli itu pake duit sendiri ya." Afey ngambek, dia pun pergi ke kelas setelah lepas dari Raga.

Raga diam didepan kelas setelah sadar sesuatu...

Memang siapa Raga berhak bilang begitu? Disaat dia juga diam diam mendengarkan keluh kesah Afey yang diganggu Riven dan hari ini ia balas dengan hal yang sama...

I Want You too!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang