Part 3. Markas II

77 12 1
                                    

Happy new year!🎉
Semoga tahun ini lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya!🎉

Author sengaja up buat nemenin para kaum manusia yang masih melek jam segini🤍

Btw jangan lupa vote dan komen 💛

***

Ares terbangun ketika mendengar suara berisik. Dia menatap sayu sekelilingnya sebelum bangkit untuk duduk.

"Hayo lho, Ares bangun. Lo pada sih, pada berisik" tatapan Caca memicing menatap mereka satu persatu.

"Gak usah nyalahin orang, lo juga berisik tadi" ujar Inyong. Lelaki itu melahap sate terakhir miliknya. Dia sengaja menyisakan bumbunya supaya bisa di campurkan dengan nasi yang ada di dapur markas.


"Yang paling berisik kan si ono noh"

Walaupun Caca tidak menunjuknya secara langsung, tetapi terlihat jelas dari tatapan matanya yang terarah pada Gembel yang sedang asik mencomoti sate milik Arkan karena miliknya telah habis.

Gembel membalas tatapan mata Caca dengan dahi yang mengkerut. "Apaan ke gue-gue?"

"Ngga, tadi ada laler masuk ke hidungnya Inyong" jawab Caca asal.

"Dih, bocah tengil!"

Arza berdecak malas. Sedari tadi dia hanya menyimak perdebatan di antara mereka. Tidak ada niat untuk menimbrung dari dalam hati serta pikirannya. Lagipula percakapannya juga unfaedah.

"Lo laper gak Res?" Tanya Bara pada Ares. Dia melihat Ares seperti akan terlelap lagi jika tidak dibangunkan.

Ares membuka matanya dengan sayu. Dia menatap Bara yang juga menatapnya. Dia mengangkat sebelah alisnya untuk bertanya.

Yang tadi gak denger kayanya.

"Lo mau makan gak? Si Caca beli sate tadi" tawar Bara menunjuk beberapa bungkus sate di atas meja.

Ares melirik bungkus sate yang terletak di atas meja. Dia lalu menggeleng. Bangun tidur begini ditawari makan, ya jelas tidak akan nafsu.

Ares memilih untuk tidur lagi karena dia benar-benar mengantuk. Entah semalam dia tidur jam berapa karena bermain ponsel.

Digta berpindah posisi duduk di samping Caca membuat sofa itu tidak muat lagi untuk Ares tiduri.

Ares menghela nafas pelan. Akhirnya dia memilih untuk menyenderkan dirinya di sofa dan mulai memejamkan mata.

Saat baru memejamkan mata, tiba-tiba dia merasakan seperti ada yang menepuk bahunya.

Ck sialan! Mau tidur aja susah banget!

"Sini aja nih, dari pada badan lo pegal-pegal" Caca menepuk pahanya untuk di jadikan bantal oleh Ares.

Melihat itu Arkan terkekeh dan berbisik pada Ael. "Si Caca modusnya bisa aja ya"

Ael ikut terkekeh dan membenarkan ucapan Arkan.

"Yaelah, Ca. Bilang aja lo mau modus kan!"

Semua tatapan mata kini tertuju pada Caca. Tatapan menggoda sekaligus memicing. Caca berdecak kesal. Padahal dia kan berniat baik, ya walaupun ada modusnya dikit.

ALBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang