Hai guys i'm back!!!
Ada yang kangen sama cerita ini?Btw, aku bikin cerita baru lagi!🎉
Sepupunya si Bara yaitu 'AARON'
Bisa langsung cek ke akun ku okey👌Happy reading jangan lupa vote dan komen💛
🐯
Bara menghembuskan nafas lelah. Berkali-kali, dia juga mengusap peluh di dahinya karena terik matahari.
Di depan mereka, ada pak Budi. Guru piket yang sedang memelototi mereka sambil berdiri di tempat yang tidak terkena panas dan menyeruput jus jeruk. Kalian bisa menebak kan? Yap, mereka sedang di hukum karena ketahuan membolos kemarin.
Saat Bara datang tadi, pak Budi sudah stand by di dekat pagar sekolah untuk menangkap mereka dan menghukumnya.
Bara mendengus, padahal dia sengaja datang lebih pagi supaya terhindar dari hukuman tapi malah tertangkap juga.
"Arza, angkat kaki kamu lebih tinggi!" Arza yang di tegur berdecak. Dengan ogah-ogahan, dia menuruti apa kata si guru hamil itu.
"Gamael, hormat yang bener!"
Gembel misuh-misuh. "Iya Pak, iya"
Bara menghela nafas berat. Mereka sudah berdiri di tengah lapangan sekitar satu jam lebih. Bel kedua juga sudah berbunyi sedari tadi. Belum lagi mataharinya yang menyengat tepat ke arah mereka.
Sial, rasanya Bara ingin sekali menghajar guru hamil itu sampai tidak bisa bernafas. Tapi dia masih punya rasa kemanusiaan untuk tidak membuat guru itu 'dead' saat ini juga.
Sedari tadi juga, Digta yang berdiri di sebelah Bara grasak grusuk tak tentu arah.
"Ngapain sih lo?" Tanya Bara pada Digta dengan suara pelan. Dia sangat risih melihat Digta yang seperti cacing kepanasan.
"Gue pengen pipis anjir" jawab Digta memelas. Kalo dia ngompol di sini pokonya yang salah pak Budi aja!
Sebuah ide muncul di kepala Bara.
"Pak" panggil Bara.
Pak Budi yang sedang mencoba mengambil es batu dari minumannya untuk di kunyah mendongak. "Kenapa?"
"Saya mau ke kamar mandi" jawab Bara.
Arkan, Gembel, Inyong, dan Ael melotot melihatnya. Pasti nih bocah mau kabur!
"Tahan aja" jawab pak Budi santai.
"Kalo saya ngompol di sini bapak mau tanggung jawab?" Balas Bara.
Pak Budi mengerutkan keningnya dan berjalan menghampiri Bara, setelah membuang gelas plastik yang menjadi wadah es-nya. "Ngapain saya tangung jawab, memang saya menghamili kamu?"
Bara memutar bola matanya malas dan berdecak. Tindakan tidak sopan tapi pak Budi lebih kurang ahlak.
"Saya udah kebelet pak" ujar Bara lagi.
Mata pak Budi memicing, mematikan apakah muridnya ini berbohong atau tidak. "Ya sudah sana! Tapi jangan lama"
Bara mengangguk. Digta mengikuti langkah Bara yang berjalan lebih dulu.
"Heh, mau kemana kamu?!" Cegah pak Budi.
Bara dan Digta menoleh bersamaan. "Kan saya mau ke kamar mandi pak" jawab Bara. Ini guru pikun atau gimana.
"Bukan kamu! Itu yang di belakangmu" tunjuk pak Budi pada Digta.
Digta menunjuk dirinya sendiri. "Saya?"
"Ya iya, siapa lagi memang!"
"Saya mau ke kamar mandi" jawab Digta dengan polos.
Bara dan yang lainnya ikut memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Teen FictionAlbara Bagaskara, ketua geng motor Tygrs pertama yang tampak seperti dewa dalam mitologi Yunani. Wajah tampan, hidung mancung, rahang tegas, bibir tipis dan tatapan mata setajam elang itu mampu membuat para gadis jatuh hati. Tapi di balik ketampana...