Jangan lupa vote dan komen 💛
🐯
Kini, Digta dan teh Nisa sedang menunggu giliran mereka untuk masuk ke dalam rumah hantu.
Kaki Digta sudah bergetar dan jantungnya deg-degan tidak normal. Ini ke dua kalinya dia masuk ke rumah hantu.
Pertama saat di jaili oleh Inyong yang nge-prank dia dan bilang dia ke sesat di dalam rumah hantu.
Sebagai teman yang solid, dia jelas menolongnya. Tapi siapa sangka, saat dia keluar dengan raut pias karena bertemu dengan berbagai macam spesies hantu kw, Digta malah melihat Inyong yang tertawa ngakak menertawakan kebodohannya karena mempercayai omongan lelaki itu.
Digta menarik nafas pelan, tinggal beberapa orang lagi giliran dia dan teh Nisa masuk.
Hati dan pikirannya sedang berdebat. Antara memilih tetap di sini dan menuruti permintaan teh Nisa, atau mengajak teh Nisa pulang.
Tapi Digta memilih opsi yang pertama. Kalo dia pergi mengajak teh Nisa pulang, nanti teh Nisa gak mau lagi dia ajak pergi.
Digta menarik nafas beberapa kali, menenangkan jantungnya yang sepertinya akan copot.
Digta menggeleng cepat. Amit-amit! Jangan sampai hal itu beneran kejadian. Gimana pun juga dia masih ingin hidup. Masih ingin melihat anak-anaknya nanti bersama teh Ayu.
Skip skip
Empat orang sudah terlewati, Kini tersisa dua orang lagi. Jantung Digta makin berdebar saat mendengar teriakan histeris seorang wanita dari dalam sana.
Glek!
Beberapa kali Digta menelan salivanya karena gugup. Teh Nisa menoleh ke arah Digta yang wajahnya pias dan keringetan. Gadis itu mengamati ekspresi Digta yang terlihat aneh. "Mas?"
"Hah?" Spontan Digta menoleh ke arah teh Nisa. Dia menelan salivanya lagi untuk menekan kegugupannya. "Kenapa?"
"Mas gapapa? Muka mas pucat"
Digta buru-buru menggeleng. "E-nggak papa ko, serius! T-tadi saya cuma ke inget kucing saya yang belum mandi. Hehe iya, ke inget itu" Digta nyengir dengan tangan yang mengusap tengkuknya.Teh Nisa menatap Digta dengan dahi mengerut. Lagi-lagi Digta menelan salivanya. Takut ketahuan bohong oleh teh Nisa.
Teh Nisa mengalihkan pandangannya saat mendengar suara petugas menginterupsi mereka. Ternyata sudah giliran mereka untuk masuk ke dalam wahana rumah hantu.
Teh Nisa mengangguk antusias, dia tidak sabar untuk merasakan sensasi di dalam rumah hantu.
Sedangkan Digta sudah seperti orang sekarat. Wajahnya pias, tangannya keringatan, kakinya bergetar dan nafasnya memburu. Juga jangan lupakan jantungnya yang berdebar seperti orang baru jatuh cinta.
Sekali lagi, Digta menarik nafas untuk menenangkan diri. Dia sudah pernah melihat hantu-hantu di dalam sana dan seharusnya akan baik-baik saja kan?
"Siap?" tanya seorang petugas yang menjaga di depan pintu kepada mereka berdua.
Teh Nisa mengangguk antusias, sedangkan Digta mengangguk kaku.
Kemudian, mereka di dorong masuk ke dalam rumah hantu oleh si petugas.
"ASTAGFIRULLAH ALAZIM!"
Nah kan, baru juga masuk, si Digta sudah teriak histeris.
Di depan sana, mereka sudah melihat kuntilanak yang menggendong seorang bayi dan dipenuhi oleh darah. Kuntilanak itu tersenyum lebar, sangking lebarnya Digta sampai takut bibirnya sobek.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA
Teen FictionAlbara Bagaskara, ketua geng motor Tygrs pertama yang tampak seperti dewa dalam mitologi Yunani. Wajah tampan, hidung mancung, rahang tegas, bibir tipis dan tatapan mata setajam elang itu mampu membuat para gadis jatuh hati. Tapi di balik ketampana...