Chapter VI

55 11 1
                                    

A place to lean on

-------------

Anak kecil itu menangis tersedu-sedu di toilet. Merasa dosa-dosa mengelilinginya karena dia baru saja berbohong pada Ayah kandungnya, dan lagi Ia tidak akan pernah atau lebih tepatnya akan semakin sulit baginya untuk bertemu dengan ayah dan saudaranya lagi.

"Sudah jangan nangis!" bentak seorang pria yang kemudian menariknya pergi dari sana.

"A- Ayah beneran janji ga akan nyakitin Tsumu kan?"

"Iya, kerja bagus" Ayahnya menyimpulkan senyum pada anaknya 'Karena kau sudah melakukannya tanpa sadar'

Hanya Osamu yang tidak tahu mengenai hal ini, Ia hanya tahu jika hanya Ayahnya yang akan menemuinya. Ia tidak tahu jika Atsumu ada disana, bahkan mendengarkannya.

"Hik... "

"Sudah jangan nangis! Kau pikir biaya pengobatanmu itu murah?!"

"Ma- maaf" Osamu menunduk, menggenggam erat baju yang dikenakannya.

"Aku hanya memintamu mengatakan itu pada Ayahmu, bukannya itu tidak sebanding dengan uang yang kukeluarkan untukmu?! Kurang baik apalagi aku padamu?!"

"Maaf.. maaf Ayah..."

Tidak, sebenarnya Ialah yang paling untung disini. Jika ingin menghancurkan saingannya secara tidak langsung Ia perlu menghancurkan sesuatu yang sangat penting baginya kan? Dan ya dia berhasil memanfaatkan Osamu untuk tujuannya itu. Awalnya jika Osamu tidak mampu melakukannya Ia akan melakukannya sendiri bahkan Ia sudah menemui anak itu secara langsung, tapi ternyata anak sambungnya ini sudah melakukannya lebih dulu darinya, yah ternyata Osamu bermanfaat juga pikirnya.

"Jika saja bukan karena ibumu aku pasti sudah membuangmu. Ayo pergi"

"Iya pa- maksud saya Ayah"

"Kenapa Samu nangis?" Tanya bundanya yang langsung menghampiri dan menenangkan anaknya begitu melihatnya keluar dari toilet umum.

"Samu nda papa kok bun, cuma kelilipan hehe"

"Bohong.. Samu jangan sedih ya, Samu kan punya bunda sama papa yang sayang sama Samu" hiburnya pada anaknya.

Osamu hanya mengangguk mengiyakan.

"Ayo beli Onigiri yang banyak" ajaknya lalu menggandeng anaknya untuk mengikutinya

"Oh iya sayang, aku belum mengatakan ini padamu ya"

"Ya?"

"Akhirnya aku hamil"

***

Sehari setelah pertemuan yang dinantikan itu, Sama seperti kemarannya. Anak kecil itu terlihat telah kehilangan harapan bedanya yang satu lebih yakin bahwa mereka tidak akan bertemu lagi, dan tidak akan pernah selamanya kembali seperti dulu.

Atsumu meringkuk, menarik rambutnya dengan kuat. Rasanya kepalanya akan meledak. Setelah kejadian itu Ia langsung dibawa Ayahnya pulang, sisanya ia tidak ingat apa yang terjadi.

Ia hanya teringat semua kenangan yang dilakukan olehnya dan adiknya, semuanya terlintas secara terus menerus tanpa henti bagai film yang rusak. Terakhir ia mengingat kembali perkataan Osamu kemarin.

'Samu memang ga mau ketemu sama Tsumu, jujur samu kadang risih'

'Tsumu begitu karena kurang kasih sayang'

'Samu udah punya keluarga baru'

"Osamu sudah membuangku" Ia terus bergumam mengulangi kalimat itu.

"Osamu sudah membuangku... Lalu sekarang siapa yang menyayangiku? Dimana aku bisa bersandar? Sekarang apa? untuk apa aku hidup?" Tanyanya berulang-ulang sambil memukul-mukul dadanya.

PuppetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang