"Yang benar saja"
Dia mengeluh dan membanting tubuhnya di tepi pintu masuk. Bersandar pada dinding berwarna putih gading itu.
Sebuah bel dari perunggu yang ada di atas pintu itu tak kunjung berbunyi. Mulai berkarat seakan menanti seseorang membuka pintu.
Biasanya tempat ini akan ramai, orang-orang datang berkonsultasi dan masalah mereka diselesaikan dengan cemerlang. Biasanya begitu, kecuali untuk satu minggu ke belakang ini.
Unit kegiatan mahasiswa yang Bernama Detektif Kode itu tak juga mendapat pengunjung. Apakah merasa skeptis dengan namanya atau mungkin semua orang tengah baik-baik saja sekarang.
Itulah yang membuat pemuda berambut pendek seperti jarum itu mendesah kuat. Seperti seorang bocah yang tak kunjung mendapat mainan favorit nya. Dia adalah remaja dengan kulit agak gelap, berbeda dengan dua orang lain di ruangan itu yang relatif putih.
Namun bukan berarti ia jelek. Pemuda berkulit gelap itu memiliki karisma tersendiri. Terlihat manis, ditambah kacamata mahal itu yang amat cocok dengan bentuk wajahnya. Dia tampak seperti seseorang yang bisa diandalkan.
"Aduh, Yurlov. Jangan bikin malu"
Seorang gadis menatap horror pada pemuda yang duduk sesukanya itu. Dia adalah gadis cantik yang tanpa ia sadari sudah menjadi pembicaraan banyak orang di kampus itu.
Seorang wanita dengan alis melengkung dan potongan rambut wafy bob bergelombang dan sependek bahu itu. Tak salah jika banyak yang naksir memang, dia tampak seperti selebriti di sini. Dia memakai kacamata dengan frame bulat yang amat cocok dengan bentuk wajahnya itu.
Uniknya, pemuda itu langsung nurut. Bak seorang bocah yang dimarahi ibunya. Ia memasang tudung penutup kepala yang ada di hoodie itu. Itu adalah gaya favorit pemuda yang Bernama Yurlov ini. Mungkin keren menurutnya memakai tudung penutup kepala itu.
"Jangan terlalu keras, Jelita. Lagi pula belum ada yang datang"
Seorang pemuda yang mengenakan kaos itu menegurnya. Dia adalah ketua dari klub tersebut. Orang-orang bilang dia adalah tipe orang yang sibuk dengan dunia yang ia bangun dalam otaknya sendiri. Sangat jarang kedengaran orang Bernama Vasco ini melawak didepan teman-temannya.
Dia terkenal kalem, namun bukan anti sosial. Dia sangat cakap dan bisa diandalkan. Itulah kenapa dua orang itu menjadikannya ketua di klub mereka. Sebuah klub yang mungkin dianggap aneh untuk sekelas anak kuliahan.
Mungkin kalau tingkat SMP dan SMA masih dianggap wajar. Namun siapa yang masih bermain detektif-detektifan di umur segitu? Mereka sudah mahasiswa sekarang.
Itulah yang dikatakan banyak orang, sebelum mereka menyadari kemampuan klub ini. Sudah banyak kasus yang mereka pecahkan.
Terlebih gelar "orang bijak" samar-samar disematkan pada duo Vasco dan Halim. Banyak yang datang untuk minta pendapat, walau talk sedikit juga yang datang hanya untuk caper pada Jelita.
"Tapiii, ini sudah seminggu dan belum ada yang datang untuk curhat? Aku bosan" pemuda berambut tajam itu sekali lagi meregangkan badannya. Bak seekor kucing yang sudah terlalu lama berbaring dan mencoba bergerak.
"Bukankah itu artinya dunia sedang sangat baik? Tak ada orang yang kena masalah seminggu ini"
Pemuda yang menjadi ketua itu tampak menaikkan alisnya sedikit. Ia kaget dengan potongan coklat yang tengah ia makan itu.
"Hei, jangan bengong Vasco"
Yurlov memanggilnya, dan Vasco kembali ke kesadarannya dari surga coklat itu. Ini adalah coklat yang baru ia beli dan belum pernah dicoba. Siapa sangka rasanya akan sangat enak dan unik begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Kode #4: Bisnis Online Skema Ponzi
Mystery / ThrillerVasco dikejutkan dengan harga bonsai yang tiba-tiba menjadi tinggi. Perubahan tak wajar itu membuat masyarakat dimabuk bisnis baru itu. Ini merusak nama pecinta bonsai, alih-alih sebagai hobi ini malah dipakai sebagai modus kejahatan baru. Perdagang...